Jakarta -
Wakapolsek Pelawan Singkut, Ipda Sunaryo (46), mengembangkan budidaya jamur tiram hingga menampung puluhan tenaga kerja di Desa Percobaan Sido Mukti, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Sunaryo juga membantu pemekaran desa yang tak kunjung terealisasi selama 10 tahun.
Ipda Sunaryo menjadi salah satu anggota Polri yang diusulkan untuk Hoegeng Awards 2025 oleh pembaca detikcom. Joko Sudarno, petani dan juga tokoh masyarakat di Desa Sido Mukti bersyukur budidaya jamur tiram yang dikembangkan Ipda Sunaryo menyerap banyak tenaga kerja.
"Kami sebagai masyarakat, bersyukurlah ada satu aparat kepolisian membantu masyarakat kecil, terutama anak-anak muda, karena tenaga kerja cukup banyak ada 60-an orang. Kalau awalnya usahanya rumahan, kalau sekarang memang produksinya sudah banyak dan sudah merekrut banyak masyarakat bekerja di rumah dia," kata Joko kepada detikcom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joko mengatakan Ipda Sunaryo menyiapkan mobil pribadinya untuk dijadikan mobil siaga. Hal itu sudah dilakukan Ipda Sunaryo sejak masih jadi Bhabinkamtibmas di wilayah setempat.
"Itu mobil Fortuner untuk mobil siaga. Jadi kalau ada orang keperluan mendesak langsung ke sana, pokoknya gratis total, kalau sopir Pak Naryo ada yang siap, sopirnya dari Pak Naryo. Tapi kalau masalah bensin, perawatan mobil, Pak Naryo sendiri," tutur dia.
Joko menyebut Ipda Sunaryo juga membantu pemekaran desanya. Sunaryo menghibahkan tanah untuk lahan kantor desa.
"Kalau dilihat ukuran tanahnya 30x30 meter itu, kalau Rp 50 juta itu dibeli orang, karena di pinggir jalan tanah itu. Dihibahkan ke balai desa, terus untuk pemekaran beliau bantu Rp 22 juta," jelasnya.
Penjabat Kepala Desa Sido Mukti, Muzaki, juga memberikan kesaksian mengenai sosok Ipda Sunaryo. Muzaki menjadi Pj Kepala Desa sejak September 2024 lalu ketika pemekaran disetujui oleh gubernur.
"Meskipun saya baru, saya lebih kurang 5 bulan di sana, saya lihat beliau sangat positif sekali, dari untuk pemekaran itu ajalah, itu beliau membantu menghibahkan tanah untuk persiapan tanah. Kemarin biaya pemekaran, panitia itu seluruhnya beliau sebanyak Rp 22 juta," kata Muzaki.
Ipda Sunaryo budidaya jamur tiram di Sarolangun, Jambi Foto: dok. Istimewa
Muzaki menyebut Ipda Sunaryo sering kali membantu semua kebutuhan Desa Sido Mukti yang saat ini masih percobaan. Berbagai kegiatan pun dibantu oleh Ipda Sunaryo.
"Dari jiwa sosilanya, saya lihat beliau sangat inilah... saya merasakan, saya itu karena nggak ada anggaran, setiap ada pertemuan, kalau sekedar snack 200 kotak aman banget, tinggal telepon aja. Kami juga di sini Kecamatan Singkut, ada senam keliling giliran tiap desa, saya kebetulan baru, itu giliran desa saya itu ditanggung semua Rp 5 juta," jelasnya.
Mazuki bersyukur dengan adanya budidaya jamur Ipda Sunaryo. Sebab, kata dia, budidaya itu menyerap banyak lapangan kerja. Terutama bagi pemuda-pemuda setempat.
Budidaya jamur tiram Ipda Sunaryo di Sarolangun (Foto: dok. Istimewa)
Dia menambahkan bahwa mobil siaga Ipda Sunaryo juga memudahkan warga untuk berobat. Dia menyebut warga desa sebelah juga bisa menggunakan mobil tersebut.
"Memang teruntuk untuk desa kita, tapi desa lain sering makai, kalau perlu sopir disiapkannya, bensin nggak usah mikirin, kadang-kadang orang nggak enak juga kalau udah kasih pinjaman, ada yang isi (bensin) sendiri. Mobilnya standby di rumahnya, kalau warga butuh, silakan," tutur dia.
Ipda Sunaryo menyediakan mobil siaga untuk warga di Sarolangun Foto: dok. Istimewa
Awal Mula Budidaya Jamur Tiram
Ipda Sunaryo memulai budidaya jamur ini sejak tahun 2008. Dia mulanya melakukan budidaya kecil-kecilan di rumah bersama istri. Menurutnya, polisi juga harus bisa berkarya.
"Polisi itu ya harus berkarya, sehingga kita melakukan budidaya jamur tiram, karena budidaya jamur tiram itu sangatlah mudah, banyaknya media tanam yang ada di lingkungan kita, kita olah. Sampai akhirnya masyarakat itu bekerja, membudidaya, memasarkan produk yang kita buat," kata Ipda Sunaryo kepada detikcom.
Lokasi budidaya jamur tiram ini ada di belakang rumah Ipda Sunaryo. Budidaya jamur tiram ini dilakukan di dalam ruangan. Ipda Sunaryo membangun pondok-pondok khusus untuk lokasi budidaya ini.
Proses budidaya jamur tiram ini dimulai dengan mempersiapkan media tanam yakni serbuk kayu. Ipda Sunaryo sendiri menggunakan serbuk kayu pule. Serbuk kayu itu kemudian dilakukan sterilisasi. Kemudian serbuk kayu dan bibit jamur tiram dimasukkan ke dalam wadah plastik atau baglog ukuran 1,5 kg.
Budidaya jamur tiram Ipda Sunaryo di Sarolangun. (Foto: dok. Istimewa)
Baglog itu kemudian disusun di rak-rak yang sudah disediakan. Ipda Sunaryo menyebut jamur baru bisa panen pada hari ke-45 setelah pembibitan.
"Proses dari awal itu memakan waktu 45 hari sudah bisa menghasilkan produk jamur sudah tumbuh (dan dipanen). Pada 10-15 hari berikutnya akan tumbuh lagi dan siap panen. Begitu banyak media tanam yang kita siapkan, sehingga mereka panennya bergantian, sehingga setiap hari ada panen," tutur dia.
Pada saat memulai budidaya, Ipda Sunaryo hanya menghasilkan jamur tiram sebanyak 2-5 kg per hari. Kini, per harinya bisa menghasilkan ratusan kilo. Biasaya jamur tiram akan dijual ke pasar tradisional Singkut, pasar di Kabupaten Sarolangun hingga pasar di Bangko.
"Sekarang panennya sampai 100 kg per hari, kadang bisa lebih. Per kg Rp 20 ribu, omzet per hari bisa 2 juta lebih," jelas dia.
Ipda Sunaryo membudidayakan jamur tiram di Sarolangun (Foto: dok. Istimewa)
Setelah beberapa tahun berjalan, Ipda Sunaryo mengajak 15 orang warga untuk melakukan budidaya. Dia pun memberikan modal 1.000 kantong media tanam.
"Mereka hanya menyiapkan tempat sehingga penen mereka dikumpulkan tempat kita, dijadikan sebuah wadah sehingga bisa menyetel harga pasar, namum berbagai macam, rezeki yang ada kurang mungkin, sehingga mereka banyak yang sudah mundur," tutur dia.
Ipda Sunaryo mengatakan memang butuh kesabaran dalam budidaya jamur ini. Terkadang hasil panen pun tak sesuai dengan harapan.
"Kendalanya mereka ketika manen jamur masih sedikit, panen sehari hanya 3-5 kg, sehingga mereka tidak sabar, sehari cuma menghasilkan 60 ribu-80 ribu, harus bangun subuh, harus bangun jam 4, karena manennya jam 4, jam 3 malah, sehingga mereka tidak sabar sehingga enak kerja ajalah, sehingga kerja sama kita," jelasnya.
Ipda Sunaryo membudidayakan jamur tiram di Sarolangun (Foto: dok. Istimewa)
Hingga saat ini ada 41 karyawan yang bekerja di tempat budidaya jamur tiram Ipda Sunaryo. Para karyawan biasanya mendapatkan upah setiap dua minggu.
"Per item yang dia kerjakan diterima per 2 minggu sekali, kalau per seminggu itu rata-rata menghasilkan 700-800 ribu per satu orang. Berarti Rp 1,4-1,5 juta per dua minggu gajian," jelasnya.
Ipda Sunaryo mengatakan serbuk kayu untuk media tanam jamur tiram ini diambil dari usaha kayu miliknya. Ipda Sunaryo juga mengelola usaha kayu untuk bahan pensil dari kayu pule.
"Kayu pulai berasal dari kebun karet masyarakat yang sedang ditebang untuk kebun sawit sehingga kayu tersebut kami beli dan kebun itu sudah bersertifikat semua," jelas Ipda Sunaryo.
Sunaryo mengatakan kayu pule yang digunakannya telah mendapatkan sertifikat legalisasi pengolahan hasil hutan dari komite akreditasi nasional. Dia menyebut usaha itu menyerap tenaga kerja 90 orang.
"Untuk serbuk kayu, kayu pulai dan sudah legal. Dan untuk perihal kayunya kami buat produk bahan dasar pembuatan pensil yang menyerap tenaga kerja 90 orang. Serbuk kayunya untuk jamur dan kayu ya kayu pulai yang sudah kami legalkan. Bahan dasar pensil itu kami kirim ke Tangerang," tutur dia.
Usaha kayu untuk bahan dasar pensil dan serbuk kayu untuk jamur Ipda Sunaryo (Foto: dok. Istimewa)
Sediakan Mobil Siaga Gratis
Selain itu, Ipda Sunaryo juga menyediakan mobil siaga untuk warga setempat. Mobil itu bisa diakses gratis oleh warga yang membutuhkan. Mereka bisa langsung datang atau menghubungi Ipda Sunaryo jika ingin menggunakan mobil tersebut.
"Itu ada sopirnya juga, salah satu karyawan kita gaji bulanan dia, kalau dia ndak ada kegiatan dia yang nyupir, namum disopir oleh yang memakai itu apabila dia bisa mengendarainya," jelasnya.
Mobil itu disiapkan Ipda Sunaryo sejak 2 tahun yang lalu. Dia ingin masyarakat tak perlu susah memanggil ambulans jika pergi ke rumah sakit.
"Mobil siaga itu untuk seluruh masyarakat siapapun boleh memakai mobil siaga itu, untuk mengantar orang sakit. Bahkan hari ini lagi mengantar orang sakit ke Jambi. Jadi kendaraan itu dipake, itu sudah 2 tahun lebih. Mobil pribadi, mobil Fortuner tahun 2008," tutur dia.
Ipda Sunaryo menyediakan mobil siaga untuk warga di Sarolangun (Foto: dok. Istimewa)
Hibahkan Tanah untuk Pemekaran Desa
Ipda Sunaryo juga menceritakan awal mula dia menghibahkan tanah untuk kantor desa. Dia menyebut rencana pemekaran Desa Pasar Singkut sudah diupakan sejak 10 tahun yang lalu. Namun terkendala dana dan lahan untuk kantor desa.
"Sekitar 10 tahun yang lalu desa kita mau pemecahan selalu gagal. Ketika saya setahun yang lalu saya menjadi Bhabinkamtibmas di desa itu, saya berinisiasi 'ayo kita bentuk lagi panitia'. Salah satunya tidak ada tanah untuk kantor desa, di situlah masyarakat panik ketika usulan pemekaran diterima oleh Bapak Guburnur, namun harus ada tanah 30x30 meter untuk kantor desa," tutur dia.
Ipda Sunaryo mengatakan dalam rapat panitia pemekaran itu, tidak ada warga yang ingin menghibahkan tanahnya. Lalu, Sunaryo berbicara dengan istrinya, hingga akhirnya menghibahkan tanah miliknya seluas 30x30 meter.
"Silakan dipake, saya hibahkan langsung, saya tandatangani dokumennya hibah tanah bersama istri saya dan alhamdulillah diterima sama panitia, diterima sama masyarakat, dan masyarakat menerima dengan baik, akhirnya sekarang desanya sudah pecah menjadi Desa Sido Mukti," jelasnya.
Ipda Sunaryo bersama perangkat desa saat meninjau lahan yang dihibahkan. (Foto: dok. Istimewa)
Desa Pasar Singkut akhirnya dimekarkan menjadi dua desa usai 10 lamanya. Desa pemekaran bernama Desa Sido Mukti. Desa ini masih menjadi desa persiapan dan sudah dibentuk pada September 2024.
"Itu satu tahun (desa persiapan), kemarin Bapak Gubernur menyampaikan desa persiapan Sido Mukti harus menjadi desa difinitif, berarti satu tahun dari bulan 9 kemarin, karena banyak data yang harus disiapkan seperti pemetaan wilayah, pendataan penduduk, peralihan, yang tapal batas paling pokok," tutur dia.
Ipda Sunaryo juga menyumbang Rp 22 juta untuk proses pemekaran desa ini. Sedangkan lokasi kantor desa sementara berada di gedung posyandu. Sunaryo juga berencana membantu pembangunan kantor desa ketika masa percobaan telah selesai dan Sido Mukti menjadi desa definitif.
"Saya sama istri ada bantu dana sedikit sebesar 22 juta dari rezeki yang kita miliki, kita berikan kepada panitia, 'ini untuk terserah mau untuk pembangunan kantor desa, mau untuk ngurus segala kebutuhan desa baru', yang penting sudah saya serahkan dana untuk kebutuhan desa baru," tutur dia.
(lir/knv)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu