Petugas meninjau peta selama penghitungan satwa liar tahunan di Lewa Wildlife Conservancy, Kenya Utara, Kamis (27/2/2025).
Para pegiat konservasi di Kenya memperingatkan tentang menyusutnya ruang satwa liar di negara Afrika timur yang menghasilkan pendapatan besar dari pariwisata satwa liar.
Meskipun upaya konservasi selama dua dekade terakhir telah menghasilkan pemulihan banyak spesies yang terancam, hewan-hewan tersebut kehilangan sebagian besar habitatnya karena ancaman yang berasal dari perubahan iklim dan perilaku manusia yang merusak, para aktivis memperingatkan.
Namun, mereka juga mengutip peluang dalam apa yang dikenal sebagai koridor satwa liar-sebidang tanah yang menghubungkan area yang seharusnya dipisahkan oleh aktivitas manusia. Dengan memungkinkan pergerakan hewan bebas dan mengurangi insiden konflik manusia-satwa liar, koridor tersebut mendukung pertumbuhan populasi satwa liar.
Salah satu kelompok konservasi yang mencoba membuat koridor tersebut adalah Lewa Wildlife Conservancy, yang terletak sekitar 260 kilometer (160 mil) di utara Nairobi, ibu kota Kenya.
Populasi gajah Lewa meningkat dari 350 ekor pada tahun 2014 menjadi lebih dari 450 ekor pada tahun 2024, menurut angka yang diberikan oleh lembaga konservasi tersebut. Pertumbuhan serupa terlihat pada badak putih dan hitam, yang menjadi daya tarik utama bagi pengunjung.
Namun, meningkatnya populasi satwa liar membebani ekosistem dan perlu diimbangi dengan upaya yang lebih kuat untuk melindungi habitat dan menciptakan koridor baru.
Kenya Wildlife Service, atau KWS, mendorong lembaga konservasi seperti Lewa dan pemilik lahan pribadi untuk membuka koridor satwa liar bagi pergerakan hewan secara bebas, dengan upaya translokasi juga sedang dilakukan untuk mendistribusikan kembali hewan dari ekosistem yang padat ke wilayah yang kurang padat penduduknya.