Jakarta -
Ukraina mendukung proposal Amerika Serikat (AS) soal gencatan senjata selama 30 hari. Selain itu, Kyiv juga menyetujui untuk segera berunding dengan Rusia.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah perundingan di Jeddah, Arab Saudi, pada Selasa (11/02). Tanggapan positif Ukraina itu mendorong pemerintah AS untuk mencabut pembekuan bantuan militer dan berharap bahwa ini adalah permulaan untuk mengakhiri perang sejak 2022 silam.
Lantaran pertemuan Volodymyr Zelenskyy dengan Donald Trump di Washington cukup memberi tekanan besar pada Ukraina, dan menyinggung Moskow, para pejabat Kyiv menghadiri pembicaraan di Arab Saudi untuk perbaikan dan mengusulkan gencatan senjata parsial terhadap serangan udara dan laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penasihat Trump menyebut Ukraina menyetujui usulan mereka untuk gencatan senjata selama sebulan penuh dalam perang yang telah merenggut ribuan nyawa tersebut. Hal itu disampaikan setelah perundingan selama hampir 9 jam di sebuah hotel mewah di Jeddah.
"Hari ini kami mengajukan sebuah tawaran yang telah diterima Ukraina, yaitu untuk melakukan gencatan senjata dan melakukan perundingan segara," kata Menteri Luar Negeri Menlu AS Marco Rubio kepada awak media setelah perundingan.
Marco Rubio juga mengatakan bahwa saat ini pihaknya akan membawa proposal gencatan senjata tersebut ke Rusia. Sehingga, keputusannya ada di tangan Rusia.
Respons "jelas" Moskow ditunggu
Rubio menyebut rencana itu akan disampaikan kepada Rusia lewat berbagai saluran. Penasihat keamanan Trump, Mike Waltz, akan bertemu dengan mitranya dari Rusia. Sementara utusan khusus Trump, Steve Witkoff, direncanakan berkunjung ke Moskow pekan ini untuk bertemu Putin.
"Harapan kami adalah Rusia akan menjawab "setuju" secepat mungkin, sehingga kami dapat mencapai tahap kedua, yaitu negosiasi yang sesungguhnya," kata dia mengacu dari arahan Donald Trump.
Rubio menyebut kalau Washington menginginkan kesepakatan penuh dengan Rusia dan Ukraina dalam "tempo secepatnya".
"Jika mereka mengatakan tidak, kita sama-sama tahu apa yang menjadi penghalang perdamaian di sini," sebut Rubio.
Ajudan utama Zelenskyy, Andriy Yermak, mengatakan bahwa Ukraina telah menyatakan keinginannya soal perdamaian.
"Rusia perlu mengatakan, dengan sangat jelas, mereka menginginkan perdamaian atau tidak, mereka ingin mengakhiri perang ini, yang mereka mulai, atau tidak," kata Yermak kepada wartawan.
AS akhiri pembekuan bantuan
Sejak penghentian bantuan dan pertukaran data intelijen oleh AS, Rusia telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi di Ukraina dan merebut kembali lahan di wilayah Kursk, Rusia, yang telah disusupi oleh pasukan Ukraina.
Beberapa jam sebelum pertemuan di Jeddah, Ukraina melancarkan serangan besar-besaran ke Rusia menggunakan ratusan pesawat nirawak yang menargetkan Moskow dan beberapa kota lainnya. Tiga orang dilaporkan tewas.
Rubio mengatakan bahwa AS akan segera melanjutkan bantuan militer dan pembagian intelijen, yang sempat dihentikan dengan tujuan memberi tekanan kepada mitra perangnya setelah gagal berunding pada 28 Februari 2025 di Gedung Putih, antara Trump dan Zelenskyy.
Trump, yang berada di Washington, mengatakan bahwa dia siap untuk menyambut Zelenskyy kembali ke Gedung Putih, dan mungkin akan berbicara dengan Presiden Vladimir Putin pekan ini.
Saat ditanyai soal prospek gencatan senjata yang komprehensif di Ukraina, Trump menjawab: "Saya berharap ini akan terjadi dalam beberapa hari ke depan, saya menantinya."
Sekutu harus berhati-hati
Pada Rabu (12/03), Rubio akan bertolak menuju Kanada dan sejumlah negara lain yang berseteru dengan Trump. Tujuannya, untuk mengadakan pertemuan dengan menteri luar negeri dari negara G7.
Rubio mengatakan kalau dia akan mendorong G7 supaya menghindari bahasa "antagonis" soal Rusia, karena takut akan menggagalkan diplomasi.
Presiden Perancis Emmanuel Macron, yang telah mempertimbangkan pasukan Eropa di Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan, pada Selasa (11/03) memuji "kemajuan" yang dibuat dalam pembicaraan Jeddah. Akan tetapi bersikeras bahwa Kyiv membutuhkan jaminan keamanan yang "kuat" dalam gencatan senjata.
Kemudian, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut kesepakatan itu sebagai "terobosan yang luar biasa", sementara Giorgia Meloni dari Italia mengatakan bahwa gencatan senjata "keputusannya tergantung pada Rusia".
Di Polandia, pendukung utama Ukraina, Perdana Menteri Donald Tusk memuji "langkah penting menuju perdamaian" oleh Amerika Serikat dan Ukraina.
mh/rs (AFP, Reuters)
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu