Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menargetkan pembangunan sawah baru seluas 100 ribu hektare untuk mempercepat swasembada pangan di Papua.
Langkah ini disebut sebagai agenda besar pemerintah untuk memastikan Papua mandiri pangan mulai 2027 dan tidak lagi bergantung pada pasokan dari luar pulau.
"Mimpi kita adalah Papua mandiri pangan. Tidak lagi bergantung pasokan dari Makassar atau Jawa. Papua harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena kalau kita ngangkut dari daerah lain, itu biaya transportasinya ditanggung oleh masyarakat," ujar Amran dalam keterangan resmi saat penyaluran beras SPHP di Jayapura, Selasa (9/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bos Badan Pangan Nasional (Bapanas) itu menjelaskan kebutuhan beras Papua mencapai sekitar 660 ribu ton per tahun, sementara produksi lokal baru sekitar 120-124 ribu ton. Kekurangan sekitar 500 ribu ton itulah yang menjadi dasar percepatan pembangunan sawah baru dan intensifikasi lahan.
Pemerintah menghitung penambahan areal tanam, yakni masing-masing sekitar 20 ribu hektare di Papua, 50 ribu hektare di Papua Selatan, 17 ribu hektare di Papua Barat Daya, serta tambahan potensial di Sorong dan Papua Barat, akan mampu menutup defisit pangan dalam 5-10 tahun mendatang.
"Solusi permanen ke depan, kita cetak sawah 100 ribu hektare. Kalau langkah ini konsisten, persoalan pangan Papua akan selesai. Tidak ada lagi permasalahan beras. Itu solusi permanen kita," katanya.
Selain perluasan sawah, Amran menegaskan upaya stabilisasi pangan di Papua juga mencakup percepatan distribusi beras SPHP, pembangunan gudang dan fasilitas logistik di wilayah yang belum memiliki infrastruktur penyimpanan, serta peningkatan kapasitas produksi pangan lokal.
Pemerintah telah mengalokasikan lahan sekitar 100 ribu hektare di Papua Raya, meliputi Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat, Papua Barat Daya, hingga Papua Pegunungan, yang akan dikebut pembangunannya pada 2025-2026.
Ia juga menyoroti pentingnya ketahanan pangan sebagai dasar stabilitas nasional.
"Krisis kesehatan covid-19, kita bertahan. Krisis lainnya, mampu bertahan. Tapi kalau krisis pangan terjadi, akan melompat krisis politik. Tidak ada satu negara di dunia mampu bertahan kalau pangan bermasalah. Oleh karena itu, langkah cepat kita adalah SPHP, kita bangun gudang, dan solusi permanen ke depan adalah produksi dalam wilayah sendiri," tegasnya.
Dalam dialog dengan masyarakat Papua, Amran turut menerima berbagai aspirasi dari petani, peternak hingga kelompok adat.
Ia menanggapi permintaan terkait bibit jagung, mekanisasi pertanian, serta pengembangan komoditas kakao, kopi, kelapa, dan peternakan rakyat sebagai bagian dari penguatan ekonomi lokal.
(del/pta)

1 hour ago
1































