Seperti Zarra Puspita, yang tubuhnya mulai protes karena terlalu lama duduk sejak Work From Home alias WFH. Pekerjaan perempuan berusia 34 tahun ini sebagai data analyst full remote sejak 2021 membuatnya lebih produktif, tapi juga lebih diam. “Saya benar-benar suka WFH. Lebih tenang, lebih nyaman. Tapi aktivitas fisik yang bikin keringetan nyaris nggak ada,” ujarnya.
Awalnya ia masih mencoba berolahraga seperti biasa. Yoga sesekali, stretching seadanya. Tapi waktu selalu kalah dari tumpukan kerjaan dan notifikasi yang tak henti. Sampai akhirnya ia melihat video TikTok yang memperlihatkan para wanita berjalan anggun di atas alat ramping sambil kerja. “Saya jadi pengin coba juga kayak mereka,” tuturnya. Zarra menebus alat itu dengan harga Rp 2 juta.
Walking pad yang ia beli dari e-commerce akhirnya datang. Alat itu tipis, bisa dilipat, dan cukup diselipkan di bawah sofa. Ia mulai dari 10 menit, sambil nunggu Zoom meeting. Lalu jadi 20 menit, sambil mendengarkan presentasi. Sekarang bahkan Zarra bisa berjalan di atasnya hampir satu jam sehari sambil menonton film drama Korea kesukaannya.
“Saya nggak langsung jalan 1 jam tapi nambah durasinya sedikit-sedikit sampai bisa menyesuaikan,” katanya. Melalui fitur yang disediakan walking pad miliknya, ia bisa mengatur durasi, kecepatan dan mengetahui seberapa jauh langkah yang sudah ditempuh. Ia merasa lebih ringan, tidur lebih nyenyak, dan tak mudah lesu. Bahkan suasana hatinya di pagi hari membaik. “Saya lebih fokus kerja setelah jalan kaki,” tambahnya.
Walking pad bukan sekadar alat kebugaran baru. Ia hadir dengan menjawab kebutuhan zaman, bagaimana tetap aktif meski ruang terbatas, waktu habis di depan layar, dan motivasi olahraga serasa menguap. Dengan kecepatan maksimal hingga sekitar 10 km/jam dan desain tanpa pegangan tangan, walking pad memang tidak dirancang untuk pelari profesional. Tapi justru di situlah kekuatannya, ia ramah bagi pemula.
Menurut Cleveland Clinic, walking pad bisa dianggap sebagai bagian dasar dari treadmill. Tanpa fitur kemiringan atau layar interaktif, ia menawarkan kesederhanaan. Dan kesederhanaan itu justru membuatnya mudah digunakan, kapan saja, bahkan saat sedang balas email atau nonton Netflix.
Chris Dempers, ahli fisiologi olahraga dari Cleveland Clinic, menyebutkan bahwa walking pad sangat cocok bagi mereka yang baru ingin mulai aktif. “Walking pad mungkin lebih bermanfaat bagi mereka yang baru saja mulai berolahraga dibandingkan orang yang lebih aktif dan teratur dalam olahraga,” ujarnya.
Sementara Aldo Hartanto, 43 tahun, ayah dua anak yang bekerja sebagai desainer interior freelance, juga merasakan manfaat serupa. Di tengah proyek yang silih berganti, Aldo sulit meluangkan waktu untuk olahraga. Ia sadar tubuhnya mulai melambat, padahal anak-anaknya masih aktif mengajak bermain.
"Saya nggak bisa ninggalin rumah lama-lama. Tapi saya juga nggak mau terus-menerus lemas dan gampang capek," katanya. Lokasi rumahnya yang terletak di sebuah gang padat penduduk di kawasan Grogol, Jakarta Barat, juga membuat aktivitas luar ruangan jadi tidak nyaman. “Kalau mau jalan kaki di luar, jalannya sempit, kanan kiri rumah. Kalau keluar ke jalan besar, banyak motor dan mobil. Belum lagi asap knalpot dan polusinya. Udara panas, berdebu,” ujarnya. Setelah berdiskusi dengan istrinya, Aldo memutuskan membeli walking pad.
Awalnya, ia sempat ragu alat itu akan terpakai. Tapi begitu mencoba pertama kali, ia justru ketagihan. “Begitu kaki mulai jalan, rasanya ringan banget. Nggak kerasa capek. Saya bisa denger podcast atau baca-baca sambil jalan pelan. Nggak seperti olahraga yang bikin ngos-ngosan,” katanya. Ia merasa seperti menemukan celah kecil di tengah rutinitas padat untuk kembali bergerak tanpa beban.
Ia menggunakan walking pad di pagi hari sebelum anak-anak bangun. "Sambil denger podcast, saya jalan kaki 30–45 menit. Kadang istri ikutan juga, kami pakainya bisa sambil gantian," katanya. Kini Aldo punya target harian untuk mencapai 10 ribu langkah. Ia rutin berjalan lima kali seminggu, kadang sambil membawa laptop ke meja kecil portabel yang ia letakkan di atas walking pad.
Seleb TikTok sekaligus pengusaha kuliner Shania Amelia pun menggunakan walking pad sebagai bagian penting dari proses transformasi tubuhnya. Ia pernah mencapai berat badan 100 kg dan merasa berbagai usaha dietnya selalu gagal. Sampai akhirnya ia mengambil pendekatan baru yang lebih realistis dan lebih konsisten.
“Sebenarnya, dokter cuma minta workout minimal 300 menit seminggu, tapi sekarang aku treadmill 630 menit seminggu,” ujar Shania dalam salah satu videonya. Ia memulai rutinitas jalan kaki dengan walking pad selama 1,5 jam setiap pagi. Dalam sebulan, beratnya turun 8 kg. Dan dalam 10 bulan, total penurunan berat badannya mencapai 31 kg. Selain walking pad, Shania juga menerapkan intermittent fasting, menjaga pola makan sehat, minum air putih yang cukup, dan berkonsultasi dengan dokter gizi.