Siklon Alfred Tak Separah yang Dibayangkan, WNI di Queensland Tetap Waspada

1 day ago 5

Biro Meteorologi Australia memperingatkan hujan deras dan badai petir masih mengancam negara bagian Queensland dan New South Wales sebelah utara, seiring pergerakan sisa Siklon Tropis Alfred.

Peringatan banjir darurat sudah dikeluarkan, dan lebih dari 200.000 rumah serta bisnis masih mengalami pemadaman listrik.

Rosalia Pertiwi, warga Indonesia yang tinggal di Goodna, tidak jauh dari kawasan Brisbane River, mengatakan angin yang bertiup saat siklon tidak mempengaruhi rumahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, sempat diprediksi jika angin akibat siklon tersebut bisa berhembus dengan kecepatan 100 kilometer per jam.

"Angin enggak parah-parah banget, kita over expectation," kata Rosalia.

"Justru yang ngeri-ngeri sedap karena hujan enggak berhenti, kita takut kena banjir."

Sebelumnya para pakar memprediksi jika siklon Alfred berubah arah dan kekuatannya melemah, namun tetap membawa hujan lebat dan banjir.

Hingga saat ini Rosalia mengatakan tetap waspada karena pernah mengalami banjir besar di tahun 2022, salah satunya akibat air sungai yang meluap.

"Jadi kalau listrik mati kayak 2022 lalu, kita siap ada generator," ujarnya.

'Tidak separah' yang dibayangkan

Selain Rosalia, warga Indonesia yang terdampak siklon Alfred adalah Nadya Nofita.

Ia tinggal di Wellington Point, daerah pesisir di kota Redland, tak jauh dari Brisbane.

Nadya mengatakan siklon Alfred yang menghantam rumahnya "tidak separah" yang dibayangkan.

Meski begitu, listrik di rumahnya mati sejak Jumat sore dan baru menyala lagi Senin pagi.

"Masak pakai kompor gas untuk camping," kata Nadya yang rumahnya menggunakan kompor listrik.

"Internet mati, karena enggak ada ada akses informasi, enggak bisa nonton TV juga, jadi enggak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."

Meski hujan sudah mereda, Nadya masih belum berani untuk bepergian jauh dari rumah demi keamanan.

"Makanan aman, enggak perlu belanja lagi, banyak makanan instant," ujarnya.

Nadya namun mengkhawatirkan dampak setelah angin siklon Alfred.

"Khawatir siklonnya sebentar, tapi dampaknya setelah itu bisa saja jalanan terputus, air tercemar," katanya.

"Kalau jalan terputus, jadinya makanan, supplies ke supermarket pun enggak ada, air tercemar, listrik mati belum tentu nyalanya cepat."

Persiapan mengurangi dampak bencana

Sejumlah warga Indonesia yang tinggal di Brisbane mengaku peringatan dan pesan yang dikirim pemerintah dan otoritas cuaca membantu mereka untuk melakukan persiapan.

Sudah jauh-jauh hari badan meteorologi di Australia memprediksi kedatangan angin siklon Alfred, yang juga menjadi pemberitaan.

Di jejaring sosial, warga bahkan sempat membuat 'meme' dan video parodi yang mempertanyakan kedatangan siklon, karena tak kunjung tiba saat itu.

Tapi bagi warga Indonesia di Queensland, persiapan menjadi salah satu hal yang membuat mereka bisa lebih waspada dan selamat.

Sebelum siklon datang akhir pekan lalu, Nadya harus memindahkan bahan-bahan bangunan ke gudang karena keluarganya sedang renovasi rumah.

"Persiapan membantu karena banyak yang terbang, barang-barang kecil," katanya.

Selain memindahkan barang-barang, Nadya juga membersihkan area luar rumah agar tidak ada barang-barang yang berserakan dan berpotensi membahayakan jika diterbangkan angin kencang.

Untungnya walau dekat dengan pantai, rumahnya berada di dataran tinggi sehingga potensi banjir kecil.

Rosalia juga terbantu dengan persiapan maksimal sebelum bencana.

Sebelum siklon menerjang, Rosalia sempat mengunggah kondisi warga Goodna yang kesulitan mencari telur di supermarket di akun Instagram miliknya.

Ia berhasil membeli bahan pokok, menyiapkan kegiatan anak di rumah, dan mengecek kondisi rumah, termasuk menyiapkan generator.

"Sejauh ini stok makanan masih aman, worst scenario kita masak yang ada di freezer," tambahnya.

Pengalaman banjir 2022 menjadi pelajaran baginya, meski rumahnya tak sampai terendam.

Bisnis terbebas dari banjir

Liana Partogi adalah warga Indonesia lainnya yang tinggal di Brisbane.

Ia memiliki restoran Indonesia, yang berlokasi hanya satu kilometer dari Sungai Brisbane.

Liana mengaku bersyukur karena restorannya tidak kebanjiran.

"Puji Syukur, Nusa [Dining] aman, enggak ada banjir, hanya beberapa area West End kena banjir," katanya.

Sebelum siklon datang, Liana mengambil langkah-langkah pencegahan dengan memasang karung pasir di sekitar restorannya.

Bersama suaminya, ia dua kali mendatangi tempat pengambilan karung pasir yang disediakan pemerintah di New Market pada hari Selasa dan Rabu.

Total, mereka mengangkut 12 karung pasir, masing-masing seberat 15 kilogram.

Sebagai tindakan pencegahan, restoran terpaksa ditutup sejak Rabu hingga Senin petang.

"Kerugiannya, karena tidak bisa trading beberapa hari yang lalu dikarenakan cyclone, jadi resto tidak ada income," ceritanya.

"Public transport juga ditutup oleh Brisbane City Council, beberapa staf enggak bisa travel ke tempat kerja."

Sebelum siklon datang, sejumlah pelanggan membatalkan reservasi, terutama untuk hari Jumat yang menurutnya biasanya ramai, sementara karyawan restorannya diliburkan.

Liana mengaku sempat khawatir dengan Siklon Alfred karena asuransi restorannya (AIG) tidak mencakup bencana banjir.

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial