Jakarta -
Pengalaman sakit maag akut dialami mahasiswa di Kota Palu Alif (20) pada Juli tahun 2023 lalu. Ia mengalami gejala muntah-muntah dan demam tinggi secara tiba-tiba.
Saat itu, kondisi tubuhnya memburuk dengan cepat, hingga membuat orang tuanya khawatir dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat. Beruntung, Alif telah terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari segmen Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU PN) kelas satu sebagai tanggungan orang tuanya yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Saya waktu itu muntah terus dari pagi sampai siang, badan juga demam tinggi. Saya pikir hanya masuk angin atau kecapekan karena memang sedang banyak aktivitas sebagai mahasiswa di kampus. Tapi lama-lama makin parah rasanya," cerita Alif, dalam keterangan tertulis, Senin (19/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena gejalanya tak kunjung mereda, orang tua Alif membawanya ke Puskesmas Nosarara untuk mendapatkan penanganan awal. Di sana, ia diperiksa oleh Dokter Umum dan diberikan obat, serta dianjurkan untuk banyak istirahat.
Namun, kondisi Alif tak juga membaik hingga sore hari. Alif mengatakan dirinya tetap merasakan mual, muntah, dan perut terasa tidak enak, apapun makanan yang masuk, akan ia muntahkan kembali.
"Akhirnya sore itu saya dibawa lagi, kali ini langsung ke UGD Rumah Sakit Anutapura," jelas Alif.
Sesampainya di UGD, Alif langsung ditangani oleh dokter dan menjalani serangkaian pemeriksaan, termasuk tes darah. Awalnya, dokter menduga Alif mengalami usus buntu karena nyeri di bagian perut dan muntah-muntah yang cukup hebat.
Namun setelah dokter melakukan observasi dan pemeriksaan lebih lanjut, akhirnya dokter memastikan bahwa Alif mengalami sakit maag akut. Setelah pemeriksaan menyeluruh, dokter bilang Alif tidak terkena usus buntu, tapi maag.
"Mungkin karena pola makan saya memang tidak teratur, kadang telat makan, dan suka minum kopi juga, dokter juga mengedukasi bahwa hal yang saya lakukan ini memang dapat memicu nyeri lambung atau maag," ungkap Alif.
Ia kemudian dirawat inap selama tiga hari di RS Anutapura untuk pemulihan. Selama masa perawatan, Alif mendapatkan infus, obat lambung, serta terapi makan khusus untuk mengurangi produksi asam lambung dan menenangkan sistem pencernaannya.
Seluruh pelayanan tersebut ditanggung oleh program JKN. Menurut Alif, ia tidak bayar sepeser pun.
"Semua ditanggung BPJS Kesehatan, mulai dari kamar, pemeriksaan laboratorium, sampai obat-obatan. Orang tua saya terbantu sekali, karena saya bisa fokus sembuh tanpa mikirin biaya," ucap Alif.
Alif juga mengapresiasi kualitas pelayanan yang ia terima selama berada di rumah sakit Anutapura. Menurutnya, tenaga medis bekerja dengan sigap dan profesional, serta menjelaskan kondisi kesehatannya secara detail, hal itu membuatnya merasa tenang dan nyaman menjalani perawatan.
Tidak ada diskriminasi layanan yang dirasakan meskipun menggunakan Program JKN. Alif menyebut pelayanan dari perawat dan dokter di rumah sakit bagus sekali.
"Mereka ramah dan cepat tanggap. Saya juga merasa nyaman karena semua prosedur dijelaskan dengan baik untuk orang awam seperti saya," tambah Alif.
Kini setelah pulih sepenuhnya, Alif menjadi lebih peduli terhadap pola hidup sehat. Ia juga mengaku semakin menyadari pentingnya Program JKN yang memberikan perlindungan kesehatan tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga bagi seluruh keluarganya.
"Banyak teman saya yang belum ikut JKN, padahal manfaatnya besar sekali. Saya jadi sering cerita ke mereka, jangan tunggu sakit baru daftar," kata Alif.
"Lebih baik kita punya perlindungan sejak dini, karena kita tidak tahu kapan sakit bisa datang," pungkasnya.
Simak juga Video: BPJS Kesehatan Ciptakan JKN Bebas Kecurangan
(akd/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini