Jakarta -
Kisah ini bermula dari nama yang beliau sandang: Prabowo Subianto.
Presiden Prabowo lahir pada 17 Oktober 1951. Lima tahun sebelumnya, pada 25 Januari 1946, dua paman kandungnya gugur dalam Pertempuran Lengkong di Tangerang Selatan, Banten.
Dua pahlawan itu bernama Soebianto Djojohadikusumo dan Soejono Djojohadikusumo. Keduanya putra kandung dari Bapak Margono Djojohadikusumo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai bentuk penghormatan, ayahanda beliau Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, dan ibunda tercinta, Dora Marie Sigar, menamai putra mereka: Prabowo Soebianto.
Dengan doa, agar Prabowo mewarisi semangat juang Soebianto untuk berkorban demi kehormatan bangsa.
"Mereka yang kuburannya tanpa nisan, atau pahlawan tanpa nama, jauh lebih pantas dihormati daripada saya," kata Pak Prabowo dalam sebuah pertemuan.
Sejak kecil, Pak Prabowo mendengar banyak kisah tentang bagaimana petani, pekebun, peternak, dan nelayan membantu para pejuang kemerdekaan, termasuk membantu kedua pamannya.
Para petani tak hanya memberi makanan dan minuman, tapi juga tempat berlindung dan keramahan.
Dari cerita-cerita itu tumbuh rasa hormat yang mendalam kepada mereka yang bekerja keras di tanah, ladang, dan lautan dengan tangan sendiri.
Cerita itu juga yang membuat Pak Prabowo memilih menjadi tentara dan mengucapkan sumpah siap mati demi kepentingan nasional Indonesia.
Rasa hormat itu makin kuat saat Pak Prabowo bertugas sebagai tentara muda ke pelosok-pelosok negeri pada era 1970-1980-an.
Kala logistik terbatas, rakyatlah yang menyambut dengan tangan terbuka.
Nasi hangat, air putih, air kelapa dari warga desa, serta senyum tulus mereka, menjadi kekuatan yang tak ternilai.
Dalam sebuah penugasan militer, Pak Prabowo istirahat di tenda.
Saat pagi tiba, ia membuka tenda dan melihat seorang petani meninggal karena kelaparan. Momen itu membekas dalam ingatannya.
Pak Prabowo semakin memahami bahwa rasa aman, perdamaian, ketersediaan air, akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, serta jaminan pembelian hasil panen sangat diperlukan oleh petani.
Tekad beliau semakin kuat, Indonesia harus damai dan rukun, penjajahan ulang harus dicegah, rakyat Indonesia tidak boleh kelaparan.
Karena itu, swasembada pangan bukan sekadar target ekonomi, tapi soal harga diri bangsa dan sumber kebahagiaan.
Itulah mengapa, pada Panen Raya Nasional di Majalengka, 7 April 2025, Presiden Prabowo menyebut kata "bahagia" hingga enam kali.
Ingatannya kembali pada pengorbanan para petani.
Ia gembira melihat petani tersenyum, panen melimpah, dan rakyat bangkit. Acara yang seharusnya satu jam pun menjadi dua jam, Presiden larut dalam suasana haru bersama para petani.
Kini, untuk pertama kalinya sejak Indonesia merdeka, cadangan beras pemerintah mencapai 4,23 juta ton.
Pencapaian ini tertinggi dalam sejarah, dan dicapai dalam delapan bulan kepemimpinan Presiden Prabowo.
Bahkan Presiden Prabowo memerintahkan pengiriman 10.000 ton beras untuk rakyat Palestina yang masih terjajah, dan langsung diserahkan Menteri Pertanian Indonesia kepada Menteri Pertanian Palestina.
Presiden juga memerintahkan pembenahan total sistem distribusi pupuk dengan membongkar aturan-aturan yang selama ini menyulitkan petani.
Sekarang pupuk lebih mudah diakses, dan harga gabah menguntungkan petani. Presiden Prabowo meminta situasi ini dipertahankan.
Per 4 Juli 2025 serapan gabah dan beras dalam negeri telah mencapai 2,66 juta ton.
Sebelumnya, Presiden Prabowo melepas ekspor perdana jagung dari Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat menuju Malaysia. Indonesia kini mulai memberi makan dunia.
Perhatian Presiden tidak hanya tertuju pada pangan, tetapi juga pada air sebagai sumber kehidupan.
Saat menjadi Menhan, Pak Prabowo memerintahkan Universitas Pertahanan untuk melakukan riset dan aksi nyata menemukan sumber air di daerah-daerah yang kekeringan.
Tahun 2023, Pak Prabowo datang ke Desa Werwaru, Pulau Moa, Maluku Barat Daya, untuk meresmikan 16 sumur air bersih.
Sebuah pesan kuat: negara harus hadir, bahkan di titik terjauh sekalipun.
Cinta Presiden Prabowo Subianto kepada petani dan air tumbuh dari sejarah keluarga dan pengalaman lapangan. "Alam takambang jadi guru".
Lebih dari blusukan, Pak Prabowo hidup bersama rakyat kecil yang penuh keringat.
Jejak perjuangan bersama rakyat terus membekas hingga kini, dan terlihat pada suara Presiden yang tiba-tiba bergetar saat Presiden menepati janjinya dengan mengumumkan kenaikan gaji bagi seluruh hakim pada 12 Juni 2025.
"Anda para hakim adalah benteng terakhir keadilan.Orang miskin, orang kecil, hanya bisa berharap kepada hakim-hakim yang adil, hakim yang tidak bisa disogok," kata Presiden Prabowo menahan air mata.
Kecintaan Presiden pada orang kecil itu juga yang melahirkan gagasan sekolah rakyat, koperasi desa merah putih, makan bergizi gratis hingga memberikan cek kesehatan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bagi Presiden Prabowo, para petani bukan hanya barisan terdepan penjaga pangan.
Mereka berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, karena itu, sudah saatnya mereka hidup lebih sejahtera serta bahagia, dan tanda ke arah sana sudah terlihat nyata.
Namun di balik berbagai pencapaian itu, tantangan besar masih membayangi, seperti praktik korupsi dan penyalahgunaan jabatan, kemudian juga menertibkan pihak-pihak yang selama mengambil untung besar di atas jerih payah para petani.
Presiden Prabowo meyakini semua ini bisa diatasi dengan kekompakkan seluruh kabinet merah putih, pemerintahan daerah serta doa dan dukungan dari seluruh masyarakat.
Presiden Prabowo menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat atas kritik, saran, dan rasa cinta yang terus menguatkan langkah bangsa Indonesia.
Ini baru menjelang sembilan bulan sebagai Presiden, masih banyak perbaikan yang sedang dan akan dikerjakan.
Mari terus bergerak maju, bersama Indonesia.
Hariqo Wibawa Satria, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan. Medsos: @hariqosatria
Tonton juga Video: Apresiasi Prabowo ke Petani: Saudara Adalah Tulang Punggung Bangsa
(azh/azh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini