Kenapa Netanyahu Melunak soal Palestina Merdeka usai Temui Trump?

10 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi pernyataan tak seperti biasanya soal pendirian negara Palestina saat bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Netanyahu bertemu Trump di Gedung Putih pada Senin (7/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kira Palestina harus punya kewenangan untuk memerintah sendiri, tapi tak ada kewenangan untuk mengancam kami," kata Netanyahu, dikutip Washington Post.

Dia lalu berujar, "Dan itu berarti kewenangan tertentu seperti keamanan secara keseluruhan akan berada di bawah kendali kami."

Pernyataan itu tampak lunak padahal selama ini Netanyahu menolak keras kemerdekaan Palestina dan solusi dua negara.

Apa penyebab dibalik melunaknya sikap Netanyahu?

Saat Netanyahu bertemu Trump, negosiasi gencatan senjata juga sedang berjalan di Doha, Qatar. Israel telah mengirim perwakilan mereka.

Al Jazeera melaporkan dalam negosiasi ituNetanyahu melaluitimnya ingin menunjukkan perang bisa berlanjut jika kesepakatan tak sesuai dengan kemauan Israel.

Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel bisa mengakhiri agresi di Palestina jika yang memimpin bukan musuh Negeri Zionis.

"Kami akan berdamai dengan tetangga Palestina kami, mereka yang tidak ingin menghancurkan kami, dan kami akan berdamai di mana keamanan kami, kedaulatan keamanan, selalu berada di tangan kami," ungkap dia.

Sejak 2007, Jalur Gaza dikendalikan Hamas, sementara wilayah lain termasuk Tepi Barat di bawah kontrol Otoritas Palestina (AP), pemerintahan yang diakui secara internasional.

Israel kerap meluncurkan serangan ke Hamas dan menduduki Tepi Barat bahkan sebelum meluncurkan agresi pada Oktober 2023.

Tahun lalu, sempat mencuat persoalan siapa yang akan memimpin Gaza jika agresi berlangsung. Israel dan sekutu dekatnya menolak Hamas.

Sementara itu, Otoritas Palestina yang dipimpin Fatah mengajukan diri memimpin Gaza. Mereka bahkan sempat menyerang Tepi Barat untuk membuktikan pasukan AP mampu mengendalikan milisi di Palestina.

Namun, hingga saat ini tak ada kesepakatan apapun. Negosiasi gencatan senjata juga masih berlangsung.

Selama agresi, Israel menggempur habis-habisan warga dan objek sipil seperti rumah sakit, tempat ibadah, hingga pengungsian.

Imbas agresi itu pula lebih dari 56.000 warga di Palestina tewas dan jutaan orang terpaksa jadi pengungsi.

(isa/bac)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial