Jurnalis Yahudi Ini Pernah Mualaf dan Pro-Iran, Kini Malah Dukung Israel

10 hours ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang jurnalis keturunan Yahudi, Catherine Perez-Shakdam, menjadi sorotan media Iran setelah mengungkap identitas aslinya dan pandangan barunya yang kini mendukung Israel.

Sikapnya itu ia sampaikan usai bertahun-tahun dikenal sebagai figur pro-Iran yang aktif di media pemerintah Teheran.

Perez-Shakdam, warga negara Prancis yang sempat menjadi mualaf dan pengikut Islam Syiah, pernah mewawancarai Presiden Iran Ebrahim Raisi pada 2017 dan muncul secara rutin di berbagai saluran media pemerintah seperti Press TV.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga menghadiri konferensi besar yang dibuka langsung oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Selama bertahun-tahun, ia dikenal sebagai salah satu suara asing yang sering membela narasi Iran terhadap isu-isu regional.

Ia menjadi kontributor tetap di berbagai media pemerintah dan sering tampil sebagai komentator pro-Iran di televisi pemerintah, termasuk dalam program-program yang mendukung kelompok seperti Hezbollah dan Hamas.

Sempat mualaf dan kini tinggalkan Islam

Salah satu artikelnya yang paling kontroversial di rilis di 2014 di media Iran dengan judul provokatif, "Zionists are planning to annihilate Islam (Zionis berencana untuk memusnahkan Islam)."

Dalam tulisan tersebut, ia menyebut warga Yahudi religius yang naik ke Temple Mount sebagai "anjing gila."

"Saya benar-benar masuk ke dalam lingkaran itu. Saya tampil di televisi sepanjang waktu. Saya rasa saya pernah menulis untuk hampir semua media mereka, dan saya juga bertemu banyak tokoh penting," ujarnya dalam wawancara dengan Times of Israel.

Namun, setelah bertahun-tahun menjadi juru bicara tidak resmi rezim Iran dan menulis puluhan artikel bernada anti-Israel, Perez-Shakdam kini justru membuka kembali identitasnya sebagai seorang Yahudi dan menyatakan telah meninggalkan Islam.

Dalam wawancara dengan Times of Israel, ia mengaku sempat termotivasi oleh "rasa benci terhadap diri sendiri" yang membuatnya menolak asal-usul Yahudinya. Namun, kini ia menyadari bahwa ia tidak bisa terus menghindari siapa dirinya sebenarnya.

"Saya menyadari bahwa selama bertahun-tahun saya bermain dalam tangan orang-orang yang ingin kami lenyapkan," katanya.

Pernyataan dan tulisan-tulisannya yang baru ini memicu badai kemarahan media-media di Iran dan Timur Tengah.

Tulisan blog miliknya yang terbit di Times of Israel pada November lalu, yang menceritakan pengalamannya mewawancarai Raisi, awalnya tidak banyak diperhatikan.

Tetapi mulai viral tiga bulan kemudian, memicu badai reaksi dari media berbahasa Persia dan Arab.

Media pemerintah Iran hapus jejak digitalnya

Media pemerintah Iran buru-buru menghapus sebagian besar jejak digitalnya, sementara tokoh-tokoh yang pernah tampil bersamanya terpaksa mengeluarkan klarifikasi.

Bahkan, tuduhan bahwa dirinya adalah mata-mata Mossad pun muncul.

Kantor Ayatollah Khamenei juga secara resmi menyatakan tidak memiliki hubungan apapun dengannya, sebagai bentuk penolakan terhadap keterlibatan masa lalunya.

Perez-Shakdam membantah tuduhan itu.

"Ketika mereka tidak suka dengan apa yang Anda katakan, mereka akan menyerang karakter Anda. Tapi saya tidak menyangka akan sebesar ini," ujarnya.

"Yang paling mengganggu mereka adalah fakta bahwa mereka baru sadar saya Yahudi setelah saya sudah masuk ke lingkaran dalam mereka."

Kehidupan Perez-Shakdam

Lahir di Paris dari keluarga Yahudi yang melarikan diri dari Nazi, Perez-Shakdam mengaku dibesarkan dalam lingkungan sekuler dan tanpa identitas keagamaan yang kuat.

Perempuan keturunan Yahudi itu memeluk Islam setelah menikah dengan pria asal Yaman, dan akhirnya tertarik pada Syiah.

Ia bahkan pernah mengikuti Arba'een di Karbala dan menggambarkannya sebagai pengalaman spiritual yang mendalam.

Perez-Shakdam dikenal sangat mendalami aspek spiritual Syiah, termasuk pengagungan terhadap Imam Hussein.

Dalam salah satu videonya, ia menggambarkan kekaguman mendalam terhadap semangat para peziarah Arba'een yang menempuh perjalanan jauh sebagai bentuk cinta dan pengorbanan.

Bersambung ke halaman berikutnya...


Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial