Jerman Terus Memburu Penjahat Nazi yang Masih Hidup

1 day ago 8

Jakarta -

Klaus Barbie, Kurt Lischka, dan Herbert Hagen, adalah tiga dari sekian banyak nama penjahat yang telah berkolaborasi dengan Nazi. Klaus Barbie, Kepala Kepolisian Rahasia Nazi (Gestapo) di Lyon tahun 1942-1945, yang karena kekejamannya begitu dikenal sebagai 'Tukang Jagal Lyon', Kurt Lischka, dan Herbert Hagen yang merupakan dalang dibalik deportasi 76.000 orang Yahudi dari Prancis ke kamp-kamp konsentrasi, 11.400 diantaranya adalah anak-anak. Ketiga penjahat tersebut berhasil ditemukan oleh Serge dan Beate Klarsfeld, yang dikenal sebagai 'pemburu Nazi'

Para pemburu Nazi ini bekerja keras memastikan bahwa ketiga pelaku tersebut dapat dihukum setimpal dengan kejahatan mereka. Namun masih banyak penjahat Nazi lainnya yang belum berhadapan dengan pengadilan dan masih menjalani hidupnya seperti biasa.

Serge Klarsfeld, seorang pengacara yang juga seorang penyintas Holokaus, menjelaskan strategi investigasi mereka secara sederhana: "Kami hanya mengejar para penjahat yang telah membuat keputusan tentang nasib banyak orang Yahudi," tulisnya kepada DW. "Kami hanya mengejar para pemimpin yang terlibat dalam 'Endlsung der Judenfrage', atau rencana genosida sistematis terhadap kaum Yahudi Eropa. Pencarian dan keterlibatan kami dalam penangkapan Barbie adalah perjuangan selama 12 tahun dari 1971 hingga 1983, membuat kami mendapat apresiasi besar di Prancis."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penemuan Klaus Barbie di Bolivia sangat diapresiasi oleh Jerman, yang selama beberapa dekade melakukan pencarian pihak-pihak yang terlibat dalam Holokaus, namun terbatas pada 'aktor' besarnya saja. Pasangan Klarsfeld kemudian menerima Order of Merit atau penghargaan tanda kehormatan dari Republik Federal Jerman pada tahun 2015 atas komitmen mereka dalam mencari dan membawa para penjahat Nazi ke pengadilan.

Klarsfeld telah memberikan fondasi baru bagi parlemen Jerman Bundestag yang kemudian melahirkan sebuah keputusan parlemen yang bersejarah pada 3 Juli 1979. Setelah hampir 20 tahun dipenuhi perdebatan - bagaimana mengadili kejahatan Nazi - Bundestag sepakat dan memutuskan bahwa kasus pembunuhan dan genosida tidak lagi memiliki kedaluwarsa atau batasan waktu.

"Jika Jerman undang-undang tahun 1979 diberlakukan di tahun 1954, tentu ribuan kasus kejahatan Nazi akan diperiksa oleh jaksa penuntut umum dan masuk ke pengadilan. Tetapi pada tahun 1954 masih banyak hakim yang berkaitan dengan partai Nazi dan akan bersikap lunak terhadap para pelaku kejahatan," kata Klarsfeld.

Perjalanan panjang untuk keadilan

Banyak pelaku kejahatan kecil yang terlibat dalam skema genosida Nazi mengharapkan keringanan hukuman dalam beberapa tahun terakhir. Contohnya Irmgard Furchner, yang meninggal pada Januari lalu di usia 99 tahun. Mantan sekretaris di kamp konsentrasi Stutthof ini dinyatakan bersalah pada 2022 karena membantu dan bersekongkol dengan Nazi untuk membunuh lebih dari 10.000 orang.

Proses pengadilan diprakarsai oleh jaksa penuntut umum senior Thomas Will, yang telah menjabat sebagai kepala Kantor Pusat Administrasi Peradilan Negara untuk Penyelidikan Kejahatan Nazi di Ludwigsburg selama lima tahun.

"Misi kami adalah untuk terus mencari para 'aktor' serta mengadilinya," katanya kepada DW. "Kami masih terus menyelidiki kamp-kamp konsentrasi. Di setiap kamp, ada banyak orang yang kemungkinan masih hidup tapi belum kami temukan." Namun, kini hanya mereka yang lahir pada tahun-tahun tertentu yang mungkin masih hidup dan dapat diadili. "Secara realistis kami mempertimbangkan mereka yang lahir di tahun 1925 hingga 1927 atau 1928," jelas Will.

Sebuah upaya global

Seorang mantan penjaga berusia 100 tahun di kamp konsentrasi Sachsenhausen diadili di Pengadilan Distrik Hanau karena membantu dan bersekongkol dalam pembunuhan lebih dari 3.300 kasus. Melacak para penjahat Nazi setelah 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua merupakan tugas yang sangat berat bagi Will dan timnya. Menemukan data pribadi yang lengkap, termasuk tempat dan tanggal lahir, adalah hal yang sangat sulit. Semakin sedikit data yang tersedia, semakin kecil kemungkinan proses penuntutan akan berhasil. "Contohnya, mencari Karl Mller, tanpa informasi tambahan apa pun, adalah hal yang mustahil," kata Will.

Sejak Kantor Pusat Administrasi Peradilan Negara untuk Penyelidikan Kejahatan Nazi mulai beroperasi pada 1 Desember 1958, telah terkumpul sekitar 1,78 juta kartu indeks yang mendokumentasikan individu pelaku kejahatan serta tempat kejadian perkara. Hampir 19.000 proses hukum telah dimulai di kantor kejaksaan dan pengadilan di seluruh Jerman. Namun, karena banyak pelaku Nazi yang telah beremigrasi, pencarian juga dilakukan di seluruh dunia, dengan bantuan Sistem Informasi Schengen dan Interpol.

Keadilan yang tertunda

Namun, apakah masih masuk akal untuk membawa orang-orang berusia seratus tahun, yang sering kali dinyatakan tidak layak untuk diinterogasi, di pengadilan? Will memiliki jawaban yang jelas: "Keputusan bersalah, meskipun terlambat, sangatlah penting membuat para pelaku merasa bersalah dan bertanggung jawab atas tindakannya yang melanggar hukum. Keputusan ini sangat penting bagi keluarga korban."

Will mengkritik adanya sedikit sekali vonis bersalah terhadap para pelaku Nazi di Jerman sejak akhir Perang Dunia Kedua. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan hukum pidana umum Jerman yang tidak dirancang untuk mengadili kejahatan massal yang diperintahkan negara. Selain itu, ada perbedaan perlakuan antara pelaku utama yang bertanggung jawab secara keseluruhan dengan mereka yang dianggap sebagai kaki tangan yang disesatkan Nazi.

"Kondisi sosial ini harus berubah. Namun, tidak diragukan lagi bahwa meskipun demikian, hukuman bisa dan seharusnya lebih banyak," kata Will. "Itulah sebabnya mengapa penting juga untuk memahami pekerjaan Kantor Pusat Administrasi Peradilan Negara untuk Penyelidikan Kejahatan Nazi dan banyaknya dokumen yang bermunculan sejak saat itu, sebagai bukti bagaimana masyarakat pascaperang dunia berurusan dengan masa lalunya, dengan Nazi."

Artikel ini pertama kali ditulis dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh : Sorta Lidia Caroline

Editor : Yusuf Pamuncak

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial