Jakarta -
Saat ini, kondisi ekonomi Indonesia masih berada di bawah tekanan. Hal itu terlihat dari sejumlah aspek seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergejolak dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan.
Gejolak IHSG sudah berlangsung sejak 6 tahun belakangan ini. Penurunan mulai terjadi setelah IHSG berhasil meraih rekor tertinggi pada level 7.905,390 di 19 September 2025 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 13.475 triliun di hari tersebut.
Data RTI Business menyebutkan setelah mencetak rekor, IHSG kembali merosot berada di sekitar level 7.496,09 di 4 Oktober 2024 lalu. Meskipun begitu, akhir Oktober 2024 lalu IHSG mencoba bangkit, namun angkanya tidak mencetak rekor terbaru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upaya bangkitnya IHSG masih belum terlihat hingga saat ini. Bahkan trennya cenderung terus mengalami penurunan.
Ada sejumlah faktor yang bisa memberikan pengaruh terhadap anjloknya IHSG seperti sentimen pasar, makro ekonomi tidak stabil, penurunan kinerja perusahaan, kebijakan global, dan lain sebagainya.
Begitu dengan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Rupiah sudah mulai loyo sejak beberapa waktu terakhir. Meskipun begitu, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga sempat berada di posisi kuat.
Adapun posisi Rupiah kuat terjadi pada 26 September 2025 berada di angka Rp 15.099 ribu per 1 US$. Setelah itu, Rupiah kembali loyo hingga saat ini. Bahkan nilai tukar mendekati Rp 17.000 ribu per 1 US$.
Menariknya, investasi emas justru mencuri perhatian di masa-masa ekonomi RI mengalami tekanan. Hal itu terlihat dari harga emas yang hampir setiap saat mencetak rekor tertingginya. Bahkan, emas diprediksi bisa tembus hingga Rp 2 juta per gram.
Tak hanya itu, instrumen investasi ini juga tergolong aman dari inflasi. Sehingga emas dinilai mampu mengamankan aset yang dimiliki dari gerusan inflasi dan krisis.
Dikutip dari hargaemas.org, harga emas di awal tahun 2020 berada di angka Rp 771 ribu per gram, kemudian naik menjadi menjadi sekitar Rp 1 juta hingga Rp 965 ribu per gram di pertengahan tahun 2020. Kenaikan tersebut tidak terlepas dari dampak pandemi COVID-19 yang sukses mengerek harga emas di level tertinggi saat itu.
Kemudian berada di angka Rp 939 ribu per gram pada 2021, Rp 1,024 juta per gram pada 2022, Rp 1,1 juta per gram pada 2023, Rp 1,5 juta per gram pada 2024, dan Rp 1,8 juta pada akhir Maret 2025.
Saat ini, untuk memiliki emas tidaklah sulit. Salah satunya dengan memanfaatkan layanan Pegadaian. Melalui layanan Tabungan Emas, masyarakat bisa dengan mudah untuk memiliki emas.
Layanan ini menghadirkan sejumlah keunggulan seperti jaminan emas 24 karat, dapat dicetak menjadi emas batangan atau tukar dengan perhiasan, keamanan emas terjamin di Pegadaian, dapat digadai serta dijual, transaksi secara online, pembelian terjangkau mulai dari 0,01 gram. Tidak hanya itu, saldo emas yang terkumpul juga dapat digadai, dijual kembali atau bahkan didepositokan.
Nah, untuk memanfaatkan layanan Tabungan Emas bisa langsung mendownload aplikasi Pegadaian Digital di sini.
(akn/akn)