Kupang, CNN Indonesia --
Bupati Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) Ratu Ngadu Bonu Wulla menyebut jumlah siswa yang menjadi korban keracunan usai menyantap makanan bergizi gratis atau MBG pada Rabu (23/7) mencapai 75 orang. Peserta didik tersebut yang berasal dari tiga sekolah setingkat SMA/SMK.
Dia mengungkapkan jumlah korban keracunan MBG dari hasil pendataan berasal dari SMA Negeri 1 Kota Tambolaka, SMK Negeri 2 Tambolaka dan SMK Don Bosco.
"Total ada 75 siswa, SMA Negeri 1 Kota Tambolaka 58 orang, SMK Negeri 2 Tambolaka 7 orang dan SMK Don Bosco 10 orang," kata Ratu kepada CNNIndonesia.com.
Ratu mengatakan 75 pelajar yang menjadi korban keracunan diduga usai menyantap MBG tersebut dirawat di RS. Karitas Weetabula, RSUD Reda Bolo dan Puskesmas Rada Mata.
Menurut Ratu, dari hasil konsultasi dengan dokter di RS Karitas Weetabula, untuk sementara diagnosa anak-anak mengalami keracunan makanan. Tapi masih akan ditelusuri makanan yang dikonsumsi.
"Memang tadi mereka (para siswa) habis makan tiba-tiba langsung perutnya melilit, ada yang pingsan," kata Ratu Wulla.
Ratu menambahkan hingga Rabu (23/7) sore pukul 17.00 wita, masih ada siswa yang berdatangan diantar oleh orang tua ke rumah sakit. Sehingga angkanya diperkirakan akan terus bertambah.
"Banyak siswa yang mengeluhkan sakit perut sampai melilit, mual-mual dan muntah-muntah," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Sumba Barat Daya, Yulianus Kaleka menjelaskan hingga Rabu (23/7) malam pukul 22.00 wita masih ada lima pelajar korban keracunan yang masih menjalani perawatan di Puskesmas Radamata.
"Info terbaru dari Puskesmas Rada Mata, 5 orang pasien yang masih dirawat," kata Yulius melalui pesan tertulis.
Sedangkan untuk di RSUD Reda Bolo dan RS. Karitas semua korban sudah diizinkan pulang dan mendapat rawat jalan karena kondisi sudah membaik setelah mendapat perawatan dari pihak rumah sakit.
Kronologi keracunan MBG
Kepala SMK Negeri 2 Kota Tambolaka, Kathrina Manulangga membenarkan ada tujuh peserta didik di sekolah tersebut yang mengalami keracunan usai mengkonsumsi MBG.
"Siswa saya ada tujuh anak yang mengalami keracunan, iya benar (keracunan setelah menyantap MBG)," ucap Kathrina dalam keterangannya.
Menurut dia, keracunan pertama terjadi di salah satu siswa kelas X yang secara spontan keracunan usai menyantap MBG pada Rabu pagi. Siswa tersebut langsung sakit perut bahkan sampai histeris karena tidak bisa menahan sakit yang dialaminya.
"Ada satu siswi yang spontanitas langsung setelah makan langsung sakit perut sampai histeris karena tidak tahan sakitnya hingga kami membawa ke rumah sakit," kata Kathrina.
Ia mengungkapkan siswa yang paling pertama dibawa ke Rumah Sakit Karitas karena mengalami keracunan terjadi sekitar pukul 10.30 wita.
Namun sekitar satu jam kemudian, sekitar pukul 11.30 wita menyusul tiga orang siswa yang mengalami keracunan dan langsung dilarikan ke RS Karitas.
"Lalu tiga atau empat jam setelah kejadian menyusul lagi tiga anak sehingga total ada tujuh siswa (yang mengalami keracunan) dan itu diantar ke Rumah Sakit Karitas," ujarnya.
Menurut dia, tujuh siswa SMK Negeri 2 Kota Tambolaka yang mengalami keracunan semua berawal dari sakit perut lalu berkembang sakit kepala, pusing dan bahkan ada satu anak yang muntah. Sedangkan enam lainnya mengaku sangat lemas.
Kathrina menjelaskan, kemungkinan keracunan yang dialami oleh peserta didiknya bersumber dari potongan ikan goreng yang rusak dalam menu yang disajikan oleh SPPG sebagai penyedia MBG.
"Anak-anak yang tidak kena keracunan ini buang ikannya saat itu. Ikan yang dikonsumsi itu tadi rusak sehingga anak-anak rata-rata tidak mengkonsumsi (ikan dari menu MBG) hanya beberapa anak yang keracunan ini yang konsumsi tapi itu pun tidak banyak. Mereka hanya konsumsi sedikit (tapi) mungkin ikannya sudah (rusak) jadi mereka spontan langsung keracunan," ucapnya.
Kendati demikian, ia mengakui ikan di MBG tidak terasa beraroma busuk atau mengeluarkan aroma tidak sedap. Ia menduga ikan mentahnya yang rusak lalu dimasak karena terasa gatal di mulut saat disantap oleh peserta didik.
(sai/dal)