49 Boeing Pesanan Garuda Baru Tiba di RI pada 2031

12 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Pelaksana Danantara Rosan Roeslani mengungkapkan sisa 49 pesawat Boeing yang dipesan Garuda Indonesia baru akan tiba pada 2031-2032 mendatang.

Rosan menegaskan deal antara Garuda dengan Boeing bukan baru terjadi ketika Presiden AS Donald Trump menurunkan tarif resiprokal bagi Indonesia dari 32 persen ke 19 persen. Penjajakan pembelian 50 pesawat dari AS sudah dilakukan sebelum pandemi covid-19.

"Yang sudah ter-delivery, yang sudah terkirim itu baru 1 (pesawat Boeing), jadi 49 yang kurang. Nah, dalam hal ini mereka (Boeing) pun sudah bertemu dengan Garuda dan bertemu juga dengan kami (Danantara) untuk membicarakan ini kelanjutannya seperti apa," ungkapnya usai Konferensi Pers di Kementerian Investasi, Jakarta Selatan, Selasa (29/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Delivery-nya ini untuk Boeing sekarang yang baru itu paling cepat adalah 2031-2032 untuk pesawat yang baru," beber Rosan.

Oleh karena itu, Rosan meminta manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk memaksimalkan pesawat yang ada. Uang untuk merawat armada eksisting itu diambil dari suntikan modal Danantara.

Ini sejalan dengan komitmen pendanaan Danantara senilai US$1 miliar atau Rp16,32 triliun (asumsi kurs Rp16.329 per dolar AS). Sejauh ini, shareholder loan Danantara sudah masuk Rp6,65 triliun ke kas emiten berkode GIAA itu.

"Karena banyak sekali pesawat dari Citilink maupun Garuda yang sudah di-grounded, tidak bisa terbang. Padahal, kita tetap bayar leasing-nya. Itu kita bilang dibenerin dulu supaya mereka bisa terbang. Karena sekarang Garuda average terbang pesawatnya itu per hari baru 5 jam, idealnya 12 jam," jelasnya.

Bos Danantara itu menegaskan ada 3 langkah yang mesti dilaksanakan Garuda Indonesia. Pertama, GIAA harus mengoptimalkan pesawat yang sudah di-grounded agar bisa terbang kembali.

Kedua, mengoptimalkan penerbangan yang tercermin dari penggunaan setiap pesawat Garuda. Ketiga, Danantara meminta transformasi teknologi, pelayanan, sampai aspek-aspek lain di Garuda Indonesia.

"Yang Boeing ini memang delivery-nya baru 2031-2032, jadi masih 6 tahun-7 tahun dari sekarang. Kita kan mesti antisipasi. Kalau kita baru pesan, misalnya nanti saja 2030, mungkin datangnya baru berapa tahun lagi," kata Rosan soal deal dengan Boeing.

"Jadi yang kita sampaikan kepada direksi Garuda, 'you coba bikin planning-nya. Kita optimalkan pesawat yang ada, kemudian juga dari rute-rutenya. Next-nya oke nanti 6-7 tahun lagi you butuh pesawat baru itu berapa banyak yang akan kita negosiasikan dengan Boeing'. Karena masih ada 49 lagi yang belum ter-deliver dari 50 yang sudah kita tanda tangani pada saat sebelum covid," sambungnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi itu menegaskan Pemerintah Indonesia memang berkomitmen membeli 50 pesawat Boeing. Akan tetapi, ia menyebut akan ada upaya renegosiasi.

Kendati demikian, Rosan memilih tak menjawab apakah pembelian pesawat dari Boeing itu akan menggunakan uang Danantara atau bukan.

"Mungkin kita akan coba renego lagi dari term dan condition yang lebih baik. Karena sekarang kami ingin supaya pemikiran dari manajemen, bukan hanya Garuda, harus long term. Jangan pemikirannya hanya 2 tahun-3 tahun atau 4 tahun-5 tahun, mesti pemikirannya jangka panjang juga," tegasnya.

Di lain sisi, anak buah Presiden Prabowo Subianto itu menyinggung soal pembelian produk energi AS senilai US$15 miliar atau setara Rp244,41 triliun (asumsi kurs Rp16.294 per dolar AS). Itu termasuk impor komoditas minyak mentah alias crude.

Rosan menegaskan impor tersebut juga dibarengi dengan investasi refinery alias kilang minyak di Indonesia. Ia menekankan itu adalah komitmen bersama antara Indonesia dengan AS. Kilang minyak tersebut nantinya akan dibangun sesuai karakteristik minyak mentah yang diimpor dari Amerika.

"Jadi, ini adalah suatu proses bisnis dan ini juga tidak akan membebani kita. Karena kalau dulu kita impor crude oil dari Nigeria, Arab Saudi, ini sekarang porsinya lebih banyak mengambil dari Amerika Serikat," tandas Rosan.

[Gambas:Video CNN]

(skt/pta)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial