TBC di RI Terus Naik, Menkes: Pak Wapres Bilang Lingkungannya Banyak yang Kena

5 hours ago 2

Jakarta -

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) prihatin kasus tuberkulosis (TBC) terus mengalami peningkatan, bahkan menjadikan RI peringkat kedua di dunia dengan kasus terbanyak. Budi Gunadi mengaku sempat dipanggil Wapres Gibran Rakabuming Raka hari ini terkait kasus TBC.

Hal itu disampaikan Budi Gunadi dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi IX DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/5/2025). Budi Gunadi mengungkap interval kasus TBC di Indonesia menghilangkan 2 nyawa dalam 5 menit.

"Memang, Pak, TBC ini sudah lebih dari 100 tahun, sudah 1 miliar orang meninggal. Ini adalah penyakit menular dengan korban paling besar dalam sejarah dunia penyakit menular. Kemudian sekarang itu 1 juta per tahun, Pak, di dunia di Indonesia 130-an tadi, which is 5 menit 2 orang yang meninggal di Indonesia," kata Budi dalam rapat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi lantas mengungkit vaksin TBC yang saat ini belum ditemukan. Budi menyebut pengembangan vaksin TBC tak terlalu maju seperti COVID lantaran dikategorikan kerap terjadi di negara miskin.

"Yang nomor dua, nah TBC ini kan jadi ramai seakan-akan ini dibiayai oleh seseorang. Sebenarnya bukan, Bapak-Ibu, vaksin TBC yang namanya BCG itu hanya efektif buat anak-anak, buat dewasa nggak," ujar Budi.

"Ya itu tadi, 100 ribu tadi itu, gimana caranya karena ini penyakit negara miskin nggak ada orang negara maju yang mau spend uang seperti COVID, jadi nggak maju-maju vaksinnya," tambahnya.

Budi mengambil contoh salah satu perusahaan Glaxo Smith Kline (GSK), yang sempat membuat vaksin TBC tetapi tak dilanjutkan lantaran hanya untuk sejumlah negara. Bill Gates lalu mendanai perusahaan tersebut untuk meneruskan pengembangan vaksin.

"Ini beruntung ada satu orang kaya mau nerusin. Dia (Bill Gates) bayarin karena dia nggak tega mungkin dengan orang, dia bayarin, jadi vaksinnya bukan punya dia. Yang bikin itu perusahaan vaksin terkenal, cuma dia yang nerusin," ujar Budi.

"Kenapa Indonesia masuk clinical trial? Karena kita nomor dua terbesar dan meninggalnya 100 ribu, kalau kita bisa vaksin ini duluan, orang yang disuntik itu nanti jadi kebal. Nomor dua, peneliti kita jadi ahli. Nomor tiga, kalau dia jadi dan berhasil, kita akan mendapatkan prioritas untuk bisa teknologi transfer dan bikin vaksinnya di sini," ungkapnya.

Lantaran hal itu, Kemenkes sempat melobi untuk memastikan Indonesia masuk dalam daftar di sana. Tujuannya, untuk menekan kasus TBC di RI.

"Itu yang membuat kenapa waktu itu Indonesia, kami di Kemenkes, melobi untuk memastikan kita masuk. Tapi kita sudah nggak masuk, Pak, di eligible country untuk clinical trial. Sekarang kita dorong supaya kita bisa mendapatkan benefit. Tujuannya apa, supaya mengurangi kematian yang 100 ribu ini," ujar Budi.

Budi menyebut peneliti dari UI dan Unpad tengah mengembangkan vaksin tersebut. Ia berharap, pada 2029, vaksin itu bisa diproduksi secara massal.

"Memang diharapkan akhir 2028 selesai, sehingga 2029 bisa diproduksi massal, bisa mulai disuntikkan ke masyarakat kita, sehingga sama seperti COVID, kita bisa tekan lagi tingkatnya. Nah, itu kita bisa meninggalkan generasi baru bangsa kita yang bersih TBC," ujarnya.

Di momen inilah Budi Gunadi menyinggung kembali parahnya kasus TBC di RI. Ia bahkan sempat diinformasikan oleh Wapres Gibran Rakabuming Raka bahwa lingkungan terdekatnya banyak yang kena TBC.

"TBC ini banyak sekali, Pak. Terus terang, tadi saya dipanggil Pak Wapres, Pak Wapres bilang banyak loh di lingkungan-lingkungan dekat-dekatnya saja banyak yang terkena TBC karena tidak terdeteksi," imbuhnya.

(dwr/eva)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial