Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berbicara banyak hal dalam acara diskusi bertajuk Double Check dengan tema 'Bagaimana Visi Kesehatan Era Prabowo?'. Mulai tak cuma obati yang sakit hingga konspirasi antivaksin.
Menkes Budi Gunadi menyampaikan itu saat diskusi di Toety Heraty Museum, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5/2025). Dalam acara itu, hadir pula Kepala PCO Hasan Nasbi.
Bukan Hanya Obati yang Sakit
Budi Gunadi sempat bicara terkait tugasnya sebagai Menteri Kesehatan. Dia menekankan tugasnya bukan hanya mengobati yang sakit, tapi juga menjaga agar masyarakat tetap sehat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mulanya memaparkan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan membagi peran penting menuju Indonesia Emas 2045.
"Kenapa namanya Menteri Kesehatan bukan Menteri Kesakitan? Karena tugasnya adalah menjaga masyarakat agar tetap sehat," kata Budi.
Dia menerangkan bahwa fungsi utama Kementerian Kesehatan adalah mendorong pola hidup sehat melalui strategi edukasi dan sosialisasi. Sedangkan mengobati, kata dia, merupakan kewenangan dokter.
"Menjaga masyarakat jangan sampai sakit. Bukan tugasnya hanya mengobati masyarakat yang sakit, bukan itu. Itu tugas dokter untuk mengobati masyarakatnya kalau sakit," ucapnya.
Budi lantas mencontohkan pendekatan promotif dan preventif dijalankan melalui program edukasi gaya hidup sehat hingga cek kesehatan gratis (CKG) yang saat ini telah diberlakukan.
"Promotif itu artinya mengedukasi, menjaga lifestyle. Preventif itu dilakukan oleh Bapak Presiden Prabowo, dengan cek kesehatan gratis," ujar Budi.
Dia menyebut program deteksi dini sangat penting dilakukan. Sebab empat penyakit kronis seperti stroke, jantung, kanker, dan ginjal sering kali tidak terdeteksi hingga kondisinya sudah parah. Padahal menurutnya, jika dicegah sejak dini, potensi kematian bisa ditekan.
"Organ kita rusaknya tuh 4 tahun, 5 tahun, baru meninggal. Masa kita nggak bisa beresin sih dalam waktu 4 tahun ini? Kita gagal beresin karena biasanya nggak pernah ngecek. Ketahuannya sudah parah rusaknya," ungkap Budi.
"Udah parah stadium kankernya. Udah parah sumbatan jantungnya. Udah parah itu tekanan darahnya sehingga pecah pembuluh darah di otak. Itu sebabnya dilakukan cek kesehatan gratis Pak Prabowo," pungkasnya.
Soroti Konspirasi Antivaksin
Menkes Budi Gunadi Sadikin. (Agung Pambudhy/detikcom)
Dia awalnya berbicara soal maraknya konspirasi terkait program vaksinasi tuberkulosis (TBC). Diketahui vaksin TBC saat ini tengah dikembangkan melalui uji klinis berbagai metode baru. Pertama kali diuji klinis di Eropa, hingga kini sudah memasuki tahap uji klinis fase 3.
"TBC ini penyakit menular yang paling banyak membunuh masyarakat di seluruh dunia dan Indonesia. 1 juta per tahun. Sudah 1 miliar manusia di bumi ini wafat dalam 100 tahun terakhir. Sekarang 1 juta per tahun di Indonesia 125 ribu setahun atau setiap 5 menit ada dua (orang meninggal karena TBC)," kata Budi Gunadi.
Ia kemudian mengungkit soal pandemi COVID-19 yang pernah melanda Indonesia beberapa waktu lalu. Dia mengatakan COVID akhirnya bisa dikendalikan karena vaksinnya telah ditemukan.
"Kenapa COVID sekarang bisa kita kendalikan? Vaksin. Lepas dengan segala macam teori konspirasi, bilang bahwa vaksin COVID itu masukin ada chip-nya, itu nanti membuat masyarakat menjadi tidak sehat," ucap Budi.
Menurutnya, narasi konspiratif justru membuat masyarakat menjadi tidak sehat karena menolak upaya ilmiah yang terbukti efektif. Padahal, lanjutnya, sejarah membuktikan bahwa pandemi hanya bisa berhenti jika ditemukan vaksinnya.
"Secara sains, semua pandemi, kalau ditemukan vaksinnya, itu berhenti, contohnya kita alami COVID," tutur dia.
"Ada satu lagi dulu pandemi yang mengerikan, namanya cacar. Kalau saya dilihatin, bahunya masih ada goresannya. Cuma itu karena pandemi itu sudah hilang, adik-adik itu lengannya lebih mulus, karena tidak dicacar," pungkasnya.
Beda Gaji Rp 15 Juta dan Rp 5 Juta
Menkes Budi Gunadi Sadikin. (Agung Pambudhy/detikcom)
"Negara maju, high income country itu definisinya jelas, Teman-teman. Gross national income per kapita itu USD 14 ribu ke atas," kata Budi.
"Sekarang Indonesia berapa? USD 4.000-an. Jadi harus naik 3,5 kali. Nah, gimana caranya itu kalau dirupiahkan, sebulannya harus Rp 15 juta," lanjutnya.
Dia menyebut rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia per bulan Rp 5 juta. Patokannya, kata Budi, bahkan dapat dilihat dari lingkungan sekitar.
"Kalau kita ada pertemuan alumni, tanya siapa yang gajinya di atas Rp 15 juta. Kalau masih banyak yang di bawah Rp 15 juta, itu artinya kita belum negara maju," ucap Budi.
Budi mengatakan pendapatan sebesar itu hanya bisa dicapai jika masyarakat sehat dan pintar. Karena itu, dia berbicara pentingnya peran Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan menuju Indonesia emas 2045.
"Apa sih bedanya orang yang gajinya Rp 15 juta sama Rp 5 juta, cuma dua. Satu dari Rp 15 juta pasti lebih sehat dan lebih pintar. Kalau dia nggak sehat dan nggak pintar, nggak mungkin gajinya Rp 15 juta, pasti gajinya Rp 5 juta," jelas Budi
"Kalau dia pintar saja tapi nggak sehat, sama juga. Kalau dia sehat tapi nggak pintar, sama juga. Jadi harus sehat dan pintar," terangnya.
(maa/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini