Jakarta -
Sehubungan banjir yang terjadi di wilayah Jabodetabek sekarang ini, saya sampaikan beberapa upaya yang perlu kita lakukan bersama untuk mencegah berbagai penyakit yang mungkin timbul. Pertama, Diare. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar.
Di saat banjir juga ada kemungkinan akan terjadi pengungsian dimana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Hal tersebut potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat. Untuk ini ada 4 anjuran: 1) membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan / minum serta sehabis buang hajat, 2) membiasakan merebus air minum hingga mendidih, 3) menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal, serta tidak lupa 4) menghubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare.
Kedua, penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, dan ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus. Pada saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia dimana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seseorang yang mempunyai luka kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi dapat terinfeksi dan jatuh sakit.
Empat langkah mengantisipasinya adalah: 1) menekan dan menghindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar kita dengan selalu menjaga kebersihan, 2) hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama jika mempunyai luka, 3) menggunakan pelindung misalnya sepatu, bila terpaksa harus ke daerah banjir, 4) segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil.
Ketiga, peningkatan penyakit Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan penyakit kulit baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain. Kalau musim banjir masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik, dan juga daya tahan tubuh jadi menurun. Belum lagi kalau ada tempat pengungsian sementara yang padat sehingga penularan ISPA dan penyakit kulit lebih mudah terjadi.
Keempat yang perlu diantisipasi adalan penyakir cerna lain, misalnya demam tifoid dan lain-lain. Juga harus di antisipasi tentang kemungkinan peningkatan kasus Demam Dengue (DBD). Ada dua hal yang perlu diantisipasi sehubungan Dengue ini, pertama genangan air yang menjadi perindukan nyamuk dan ke dua adalah penjelasan Kementerian Kesehatan beberapa minggu yang lalu (bahkan sebelum banjir) yang memang menyebutkan kita perlu mewaspadai Demam Dengue ini.
Kelima, perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari. Untuk itu setidaknya perlu tiga hal, pertama konsultasi pada petugas kesehatan tentang penyakit kronik yang memang sudah lama di alami, ke dua jangan lupa konsumsi obat rutin untuk mengendalikan penyakit kronik dan ke tiga adalah selalu menjaga daya tahan tubuh.
Penulis merupakan mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
(jat/jat)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu