Pekanbaru -
Kepolisian Daerah (Polda) Riau tengah menggencarkan kampanye penyelamatan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Komitmen ini bukan hanya dilakukan dengan kampanye, tetapi juga melakukan penegakan hukum terhadap pelaku perambahan hutan di kawasan Tesso Nilo.
Seperti diketahui, luas lahan konservasi di Tesso Nilo saat ini semakin berkurang. Berdasarkan data Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (PKH), dari total 81.000 hektare lahan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi, luas hutan Tesso Nilo kini tersisa 16.000 hektare.
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga kawasan Tesso Nilo sebagai habitat gajah untuk mencegah kepunahan satwa liar. Kampanye penyelamatan hutan ini bahkan ia gaungkan sejak menjabat sebagai Kapolda Riau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan konsep Green Policing, Irjen Herry Heryawan memulai gerakan penyelamatan hutan dan lingkungan di Bumi Lancang Kuning melalui gerakan penanaman pohon. Ia menyadari, perambahan hutan dan karhutla masih menjadi persoalan serius di Provinsi Riau.
Oleh karena itu, jenderal bintang dua ini melakukan pendekatan dengan berbasis lingkungan. Green Policing merupakan pendekatan pemolisian yang menempatkan kelestarian lingkungan hidup sebagai bagian integral dari upaya menjaga keteraturan sosial dan membangun peradaban. Secara ontologis, Green Policing lahir dari kesadaran bahwa krisis lingkungan, perubahan iklim, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta patologi sosial berbasis ekonomi dan ekologi merupakan tantangan nyata yang memerlukan respons institusi kepolisian yang adaptif dan berwawasan lingkungan.
Dengan menggandeng civitas akademika hingga Gen-Z, Irjen Herry Heryawan membuat perubahan di Bumi Lancang Kuning. Gerakan penanaman pohon terus dilakukan hingga ke seluruh lapisan masyarakat melalui perlombaan hingga festival budaya.
Pendekatan Lewat Budaya
Upayanya menghijaukan kembali kawasan hutan yang gundul akibat perambahan ini juga dilakukan melalui pendekatan budaya. Jenderal yang disapa Herimen ini menggagas Festival Budaya Melayu yang kini rutin diselenggarakan setiap malam Minggu.
Pesan-pesan cinta lingkungan ia sampaikan lewat syair dan pantun yang menjadi budaya Melayu. Melindungi alam, sekaligus merawat warisan budaya Riau.
Lebih dari sekadar sebuah gerakan kampanye, Festival Budaya Melayu bahkan menghidupkan kembali Rumah Singgah Tuan Kadi. Festival yang selalu dinantikan masyarakat setiap malam akhir pekan membawa keuntungan bagi pelaku UMKM.
Bukan itu saja, Kampung Dalam, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru yang dulu dikenal sebagai kampung narkoba kini mulai berganti wajah menjadi kampung budaya. Gagasan Irjen Herry Heryawan ini disambut positif oleh Gubernur Riau Abdul Wahid.
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan mengajak masyarakat untuk menyelamatkan hutan Tesso Nilo, rumah gajah Domang dan Tari, Minggu (22/6/2025)./Foto: dok. Polda Riau
"Begitu ada ide dari Pak Kapolda, langsung ada hiburan. Ini merupakan pergelaran seni. Di mana-mana kota, kalau kota maju itu selalu ada pergelaran seni dan saya yakin Kota Riau akan lebih maju dengan adanya pergelaran seni ini," kata Abdul Wahid malam itu.
Gerakannya tidak henti sampai situ saja. Pada 18 Juni 2025, kampanye pelestarian hutan dengan tagar saveTNTN dan SaveTessoNilo menggema di mana-mana setelah adanya demo masyarakat yang menolak direlokasi di depan kantor Gubernur Riau.
Saat itu, Herry Heryawan turun menemui massa. Ia juga sempat memfasilitasi massa bertemu dengan Gubernur Abdul Wahid di kantornya.
Herry Heryawan saat itu menyampaikan kepada massa "Saya berdiri di sini perwakilan dari gajah. Gajah-gajah ini kan nggak bisa ngomong".
Pernyataan Herry Heryawan itu viral di media sosial hingga memunculkan gerakan #SaveTessoNilo dan #SaveTNTN.
Tesso Nilo Mulai Kembali
Bukan hanya kampanye, Polda Riau juga berkomitmen melakukan penegakan hukum. Pemangku adat yang menjual lahan di kawasan Tesso Nilo dengan kedok tanah ulayat ditangkap.
Tak hanya itu, Polda Riau juga menangkap dua orang cukong yang menguasai lahan Tesso Nilo untuk perkebunan sawit. Penangkapan dua cukong ini mendapat dukungan dari Ketua Mandala Foundation Nusantara Tommy Freddy Manungkalit.
"Kami apresiasi Polda Riau dan tim gabungan karena telah menangkap dua cukong N dan D. Keduanya diduga telah menjadikan kawasan konservasi itu sebagai kebun sawit. Ini langkah penting dalam melindungi habitat Gajah Sumatera," ujar Tommy dalam keterangannya, Sabtu (27/6).
Di sisi lain, Polda Riau juga mendukung pengembalian fungi Tesso Nilo sebagai hutan konservasi. Terbaru, lahan seluas 712 hektare lahan di TNTN yang sempat dikuasi masyarakat kelompok tani dikembalikan kepada pemerintah.
"Pada hari ini kami dengan sukarela menyerahkan lahan yang telah kami usaha selama ini, yang mana wilayah lahan tersebut masuk dalam TNTN," ujar Suyadi, perwakilan dari kelompok tani Tani Maju, di TNTN, Pelalawan, Rabu (2/7).
Pengembalian lahan Tesso Nilo ini ditandai dengan pemusnahan sawit yang ada di lokasi. Sawit-sawit yang ditanam bertahun-tahun ditumbangkan secara mandiri oleh kelompok masyarakat tani.
Masyarakat kelompok tani mengembalikan 311 hektare lahan Taman Nasional Tesso Nilo yang dijadikan lahan sawit kepada pemerintah, pada Rabu (2/7/2025). Foto: dok. Istimewa
Kegiatan ini dihadiri oleh Dantim Alpha Satgas Garuda Penertiban Kawasan Hutan (PKH) Brigjen Dody Triwinarno, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan, Gubernur Riau diwakili oleh Plh Sekda Provinsi Riau M Job Kurniawan, Danrem 031 Wira Bima Brigjen TNI Sugiyono, Kajati Riau Akmal Abbas, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kemenhut Satyawan Pudyatmoko.
Gubernur Riau yang diwakili Plh Sekda Provinsi Riau, M Job Kurniawan, juga mengapresiasi pengembalian lahan tersebut. Ia mendorong kawasan hutan TNTN dikembalikan sebagaimana fungsinya sebagai rumah bagi flora dan fauna endemik.
"Saya juga sangat mengapresiasi kerelaan dari Kelompok Tani untuk memberikan kembali lahan yang selama ini digarap untuk dikembalikan menjadi hutan. Yang menjadi tempat hidup bagi berbagai macam jenis satwa liar, termasuk gajah dan juga harimau," kata M Job.
Kajati Riau Akmal Abbas juga mengapresiasi langkah ini. Pengembalian lahan Tesso Nilo ini diharapkan memulihkan ekosistem yang ada.
"ini adalah upaya untuk bagaimana mengembalikan pemulihan ekosistem yang ada di Tesso Nilo ini sendiri. Tempat habitat asli kawasan taman nasional yang hidup gajah sampai harimau yang terancam punah, akibat dari pengalihan fungsi kawasan konservasi yang berubah menjadi perkebunan sawit. Jadi ini adalah upaya negara, pemerintah, untuk mengembalikan fungsi Tesso Nilo," ungkap Akmal Abbas.
Sementara itu, Dantim Alpha Satgas Garuda Penertiban Kawasan Hutan (PKH), Brigjen Dody Triwinarno mengatakan total sampai saat ini ada 712 hektare lahan yang dikuasai warga telah dikembalikan kepada pemerintah.
"Di kegiatan hari ini ada 311 hektar, yang pertama 401 hektar. Jadi kurang lebih ada 712 hektar yang sudah terverifikasi. Sudah kita cek surat-suratnya, PT-nya di mana, tempatnya di mana. Yang penting, kita prioritaskan yang di dalam TNTN," kata Dody.
(mei/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini