Ini Penyebab Gempa Myanmar Tak Berdampak ke Indonesia

2 days ago 12

Jakarta -

Gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3) waktu setempat. Guncangan itu terasa hingga Thailand.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan gempa tersebut tidak mempengaruhi kegempaan di Indonesia. Sumber gempa Myanmar disebut berbeda dengan Indonesia.

"Sumber gempanya berbeda. Jalur sesar Sagaing yang menjadi pemicu Gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia," kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan tertulis, Minggu (30/3/3035).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daryono menuturkan gempa yang menewaskan ribuan orang itu, jaraknya jauh dari wilayah Indonesia. Dia mengatakan masing-masing segmen sumber gempa memiliki besaran laju geser sendiri.

"Jaraknya cukup jauh dari wilayah Indonesia. Ujung selatan jalur sesar Sagaing hingga Pulau Sabang jaraknya sekitar 1.256 km," tuturnya.

"Masing-masing segmen sumber gempa akan mengalami rilis energi sendiri-sendiri, bukan saling picu. Setiap segmen sumber gempa memiliki besaran laju geser (slip-rate) sendiri-sendiri dan tentunya dapat mengalami akumulasi tegangan sendiri-sendiri pada masing-masing segmen. Jika akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuannya, maka akan terjadi pergeseran secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa," lanjutnya.

Daryono menjelaskan tidak ada teori gempa saling picu. Bila terjadi gempa di suatu kawasan dalam waktu berdekatan, hal itu tidak saling berkaitan dan hanya faktor kebetulan.

"Tidak ada konsep/teori saling picu dan tidak ada rambatan gempa. Beberapa aktivitas gempa yang terjadi di suatu kawasan dalam waktu dan jarak yang berdekatan, sebenarnya tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, apalagi di wilayah memiliki banyak sumber gempa, sehingga beberapa jalur sesar dapat rilis gempa sendiri-sendiri. Jika terjadi gempa yang berdekatan jarak dan waktunya itu faktor kebetulan saja, tidak ada hubungannya," jelasnya.

"Masih sulit menerangkan secara empirik dugaan bahwa antar gempa dapat saling berhubungan. Hingga saat ini, kita masih lebih mudah mengkaji aktivitas gempa dalam aspek spasial dan temporal daripada mengkaji perubahan dan perpindahan tegangan (stress) di kulit Bumi. Inilah mengapa sangat sulit menerangkan secara empirik dugaan sebagian orang bahwa antar gempa dapat saling berhubungan, merambat dan dapat menjalar kesana kemari," ucapnya.

Daryono mnyampaikan saat gempa utama, kemungkinan yang bisa terjadi selanjutnya yakni gempa susulan. Gempa susulan terjadi akuba adanya gempa yang bersifat statis.

"Yang baru bisa dijelaskan adalah kaitan antara gempa utama dan gempa susulannya. Teori pemicuan antar gempa bersifat statis. Pemicuan yang bersifat statis dapat terjadi pada gempa-gempa yang sangat dekat jaraknya, sebagai contoh adalah munculnya gempa-gempa baru (aftershocks) yang terjadi di sekitar gempa utama (mainshock) yang diduga kuat akibat pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang terjadi sebelumnya. Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak dan disebabkan oleh perpindahan patahan yang permanen," ujarnya.

Dia menyebut teori pemicu antar gempa bersifat dinamis. Sehingga sulit menjelaskan gempa yang terjadi akibat dipicu gempa jauh.

"Secara empirik masih sulit menjelaskan sebuah gempa dapat dipicu oleh gempa jauh. Teori pemicuan antar gempa bersifat dinamis. Pemicuan yang bersifat dinamis dapat berkaitan dengan gempa-gempa dekat dan jauh. Transfer tegangan dinamis ini nilainya lebih kecil, berkurang dengan melambat terhadap jarak dan merupakan tegangan yang dibawa oleh gelombang seismik melalui batuan. Konsep pemicuan dinamik ini lebih sering dikaitkan dengan potensi gempa yang dipicu dari jarak jauh, namun banyak persyaratan yang harus terpenuhi sehingga konsep ini sangat kompleks dan rumit," ucapnya.

Untuk itu, kata Daryono, gempa yang terjadi di Myanmar tidak mudah mempengaruhi Indonesia. Sebab Indonesia memiliki sistem sumber gempa sesar aktif dan zona subduksi sendiri.

"Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, tampak bahwa aktivitas tektonik di zona sesar Sagaing tidak dengan mudah secara langsung mempengaruhi wilayah Indonesia. Indonesia memiliki sistem sumber gempa sesar aktif dan zona subduksi sendiri yang menjadi sumber utama aktivitas seismik di wilayahnya. Sehingga meskipun antar segmen sesar berdekatan tetapi kalau salah satu sesarnya belum matang akumulasi energinya, maka tidak akan bisa terjadi saling picu gempa," imbuhnya.

Sebelumnya, dilansir AFP, gempa M 7,7 melanda barat laut kota Sagaing di Myanmar tengah pada Jumat (28/3). Gempa menyebabkan kerusakan besar di sebagian besar wilayah negara itu.

Guncangan gempa juga mengakibatkan kerusakan dahsyat di Thailand. Gedung pencakar langit yang sedang dalam tahap konstruksi roboh di Thailand. Setidaknya, tujuh orang tewas di Thailand dan pencarian korban masih dilakukan.

Sementara, pemodelan yang dibuat oleh US Geological Service (USGS) atau Badan Geologi Amerika Serikat menunjukkan gempa bumi di Myanmar berpotensi menewaskan lebih dari 10.000 orang.

Sampai saat ini sebanyak 1.644 orang tewas akibat gempa itu. "Lebih dari 3.400 orang terluka di Myanmar, dengan sedikitnya 139 orang lainnya hilang," imbuh junta dalam sebuah pernyataan. Sekitar 10 kematian juga telah dikonfirmasi di Bangkok.

(dek/imk)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial