Trump Ultimatim Putin Setop Perang di Ukraina dalam 10 Hari

9 hours ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi tenggat waktu (deadline) baru kepada Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perang di Ukraina.

Trump mengatakan Putin diberi waktu 10-12 hari untuk segera membuat kesepakatan damai dengan Kyiv.

"Saya akan membuat deadline baru sekitar ... 10 atau 12 hari, dimulai dari hari ini," kata Trump kepada wartawan saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Senin (28/7), seperti dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini merupakan deadline baru yang lebih singkat dari deadline 50 hari sebelumnya yang ditetapkan Trump kepada Putin.

Pemangkasan deadline ini dilakukan karena Trump kecewa dengan Putin yang tak kunjung berbuat banyak untuk menyetop perang di Ukraina.

"Tidak ada alasan untuk menunggu ... Kami tidak melihat kemajuan yang dibuat [Rusia]," ucap Trump.

Belum ada komentar apa pun dari Rusia mengenai ultimatum baru Trump ini.

Dalam unggahan di X, mantan Presiden Rusia sekaligus sekutu dekat Putin, Dmitry Medvedev, mengatakan Trump saat ini bermain di tepi jurang karena menggunakan ultimatum sebagai ancaman untuk Rusia.

Dia mewanti-wanti Trump bahwa AS bisa kena batunya jika Trump terus bertingkah semacam itu.

"Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negara dia sendiri," tulis Medvedev.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik deadline baru Trump. Zelensky memuji sikap Trump yang signifikan dalam menyelesaikan masalah ini.

"Sikap yang jelas dan tekad yang diutarakan oleh Presiden Amerika Serikat tepat pada waktunya, ketika banyak hal dapat berubah melalui kekuatan untuk mencapai perdamaian sejati," tulis Zelensky di X.

"Saya berterima kasih kepada Presiden Trump atas upayanya menyelamatkan nyawa dan menghentikan perang yang mengerikan ini," lanjut Zelensky.

Zelensky juga melanjutkan, pemberian sanksi yang lebih berat kepada Rusia bisa dijadikan opsi guna menekan Kremlin.

Trump sendiri sudah menyampaikan bahwa AS akan menggunakan sanksi dan tarif impor sebagai salah satu hukuman jika Moskow tak segera nurut.

"Tidak ada alasan untuk menunggu. Jika Anda tahu apa jawabannya, kenapa harus menunggu? Itu akan jadi sanksi dan mungkin saja tarif, tarif sekunder," ucap Trump.

"Saya tidak ingin melakukan itu ke Rusia. Saya menyukai orang-orang Rusia," tukas Trump.

Kementerian Luar Negeri Rusia sebelum ini sempat menegaskan bahwa perdamaian dengan Ukraina hanya bisa dilakukan jika negara-negara Barat berhenti memasok persenjataan kepada Kyiv.

(blq/dna)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial