Damaskus -
Ratusan tentara Amerika Serikat (AS) telah ditarik pulang dari Suriah dalam beberapa pekan terakhir. Penarikan pasukan ini sejalan dengan pendekatan baru Presiden Donald Trump terhadap kawasan tersebut dan sebagai dampak langsung dari jatuhnya rezim mantan Presiden Bashar al-Assad.
"Konsolidasi pasukan AS di Suriah berlangsung aman, tidak tergesa-gesa, dan didasarkan pada kondisi," tutur seorang pejabat pertahanan AS, yang enggan disebut namanya, saat berbicara kepada Al Arabiya English, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (3/6/2025).
Laporan media terkemuka AS, Fox News, yang mengutip sejumlah sumber pejabat AS menyebutkan bahwa sekitar 500 tentara AS telah ditarik pulang dari wilayah Suriah dalam beberapa pekan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilaporkan juga bahwa beberapa pangkalan AS yang ada di Suriah telah diserahkan kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF) atau ditutup. SDF telah membantu AS dalam operasi melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS) di wilayah Suriah beberapa tahun terakhir.
Fox News juga melaporkan bahwa Mission Support Site (MSS) Green Village yang ada di Suriah bagian timur laut telah ditutup, sedangkan MSS Euphrates diserahkan kepada SDF. Menurut pejabat AS yang berbicara kepada Fox News, satu pangkalan AS lainnya yang ada di AS juga telah dikosongkan.
Pangkalan AS di Suriah, atau yang disebut sebagai Mission Support Site itu, pada dasarnya merupakan fasilitas yang menyediakan layanan dan sumber daya untuk mendukung operasi dan misi militer.
Para pejabat AS mengonfirmasi kepada Al Arabiya English bahwa sejumlah pasukan telah dikerahkan ke lokasi-lokasi lainnya dan bahwa pangkalan-pangkalan itu ditutup atau diserahkan ke SDF sejak bulan lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Belum ada tanggapan resmi dari Pentagon atau Departemen Pertahanan AS soal laporan Fox News tersebut. Sementara Komando Pusat AS atau CENTCOM saat dimintai komentar, justru merujuk pada pengumuman juru bicara utama Pentagon Sean Parnell soal konsolidasi pasukan pada April lalu.
Pengumuman Parnell pada saat itu menyebutkan bahwa AS akan mengkonsolidasikan pasukan di Suriah di bawa Combined Joint Task Force - Operation Inherent Resolve ke lokasi-lokasi tertentu di negara tersebut, sehingga jumlah pasukan AS di Suriah berkurang menjadi di bawah 1.000 personel.
"Seiring dengan konsolidasi ini, yang konsisten dengan komitmen Presiden Trump untuk perdamaian melalui kekuatan, Komando Pusat AS akan tetap siap untuk melanjutkan serangan terhadap sisa-sisa ISIS di Suriah," kata Parnell pada saat itu.
AS menempatkan pasukannya di Suriah selama bertahun-tahun sebagai bagian upaya internasional melawan ISIS, yang bangkit dari kekacauan perang saudara di negara tersebut untuk merebut sebagian besar wilayah di sana dan di negara tetangga Irak lebih dari satu dekade lalu.
ISIS telah menderita kekalahan besar di Suriah dan Irak, namun masih menjadi ancaman hingga kini. AS tetap mempertahankan kemitraan dengan SDF yang dianggap penting dalam perang melawan ISIS selama beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, meskipun memiliki keraguan untuk terlibat dengan Presiden interim Suriah Ahmed al-Sharaa, pemerintahan Trump telah mencabut sanksi-sanksi terhadap negara tersebut, yang membuka jalan bagi para pemain regional dan internasional untuk memasuki pasar Suriah dan membantu pemulihan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini