Warga Palestina mulai mengungsi ke wilayah yang mereka anggap lebih aman setelah serangan udara intensif kembali mengguncang Gaza utara. Serangan terbaru terjadi di wilayah Beit Lahiya dan Jabalia, dua kawasan padat penduduk yang kini menjadi titik panas dalam konflik yang terus memburuk. Serangan yang terjadi pada Sabtu, 17 Mei 2025, memicu kepanikan di antara warga sipil.
Mereka membawa barang-barang seadanya—dari kasur, tas ransel hingga anak-anak kecil—berjalan kaki menuju selatan. Sebagian besar dari mereka tak tahu pasti ke mana akan pergi, hanya berharap tempat yang dituju lebih aman dari wilayah yang mereka tinggalkan.
Serangan di Beit Lahiya dan Jabalia merupakan bagian dari operasi militer besar-besaran yang dilakukan Israel menyusul eskalasi konflik selama beberapa pekan terakhir. Rumah-rumah hancur, infrastruktur lumpuh, dan akses terhadap bantuan kemanusiaan semakin terbatas. Kondisi ini membuat kehidupan warga sipil semakin terjepit, dengan risiko keamanan dan kekurangan kebutuhan pokok yang makin parah.
Organisasi internasional kembali menyerukan gencatan senjata dan jalur kemanusiaan yang aman bagi warga sipil. Namun, hingga kini, belum ada jaminan perlindungan bagi ribuan warga yang harus berpindah tempat. Banyak di antara mereka kini tinggal di bangunan kosong, tenda darurat, atau bersama kerabat yang masih memiliki tempat berteduh.
Pemandangan pengungsian massal ini menambah daftar panjang penderitaan warga Gaza yang terjebak dalam konflik berkepanjangan. Di tengah ketidakpastian, mereka tetap bertahan, berharap pada dunia yang lebih peduli dan masa depan yang lebih damai.