Teleprompter Rusak, Trump Pidato 'Ngalor Ngidul' 1 Jam di PBB

2 hours ago 1

CNN Indonesia

Rabu, 24 Sep 2025 07:20 WIB

Pidato Presiden Donald Trump di Sidang Majelis Umum PBB ini menjadi yang terpanjang dengan durasi 57 menit. Presiden Donald Trump disebut memaparkan sebagian besar pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB di luar dari naskah yang sudah dipersiapkan pada Selasa (23/9). (Foto: Tangkapan layar youtube United Nations)

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut memaparkan sebagian besar pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di luar dari naskah yang sudah dipersiapkan pada Selasa (23/9).

Pidato Trump yang keluar dari naskah ini berlangsung imbas alat teleprompter di ruang sidang yang rusak hingga sang presiden sempat menyinggungnya saat membuka pernyataannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya berterima kasih hari ini[...]dan saya tidak keberatan berpidato tanpa teleprompter karena teleprompternya tidak bekerja. Meski begitu, saya tetap senang berada di sini," kata Trump saat membuka pidatonya di markas PBB, New York, Selasa (23/9).

"Saya hanya bisa mengatakan siapa pun yang mengoperasikan teleprompter ini sedang dalam masalah besar," paparnya menambahkan.

New York Times melaporkan pidato Trump tersebut berlangsung nyaris satu jam atau tepatnya selama 57 menit. Sementara itu, slot waktu yang ditentukan PBB bagi setiap kepala negara berpidato adalah maksimal selama 15 menit.

Ini menjadi pidato kepala negara terpanjang di Sidang Majelis Umum PBB tahun ini sejauh ini. Meski pihak komite memberikan batas waktu hingga 15 menit, terkadang ada kepala negara yang berpidato melebih batas waktu. 

Meski begitu, batas waktu yang dilewati oleh para kepala negara tersebut tak sampai mencapai nyaris satu jam.

Namun tampak tak ada yang berupaya memberi tahu atau menghentikan Trump, tuan rumah, setelah waktu pidatonya yang seharusnya sudah selesai. 

Dikutip CNN, Trump terus beralih ke berbagai topik lain, mulai dari upaya pengurangan kriminalitas di kota-kota AS, jejak karbon pemerintahan pendahulunya, Presiden Barack Obama, upayanya yang terhambat untuk merenovasi markas besar PBB, hingga soal efektivitas kincir angin.

"Kita tidak mau sapi lagi. Sepertinya mereka ingin membunuh semua sapi," ujarnya pada satu titik, tanpa penjelasan lebih lanjut.

Penyimpangan topik tersebut cukup mencolok bagi seorang kepala negara terutama Trump, kepala negara kedua yang memberikan pidato di Majelis Umum PBB hari ini.

"Di Asia, mereka membuang sebagian besar sampahnya langsung ke laut," katanya pada satu kesempatan.

(rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial