Jakarta, CNN Indonesia --
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, kembali jadi sorotan. Seorang siswa SMAN 3 Pamekasan menemukan belatung dalam menu makan siang yang ia dapatkan, Kamis (18/9) kemarin.
Kejadian itu sempat direkam dan beredar di media sosial. Dalam video berdurasi 23 detik itu terlihat seekor belatung yang masih hidup berkeliaran di sendok pada tray MBG tersebut.
Kepala SMAN 3 Pamekasan, Wardi, membenarkan insiden tersebut. Ia menuturkan, temuan belatung terjadi pada hari keempat pelaksanaan program MBG di sekolahnya, setelah tiga hari sebelumnya berjalan tanpa masalah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk hari pertama, kedua, ketiga Alhamdulillah tidak ada masalah. Menunya juga bagus, anak-anak juga antusias. Pas kebetulan hari Kamis kemarin ada kejadian yang ada belatungnya itu ya. Ya memang kejadiannya di sini," kata Wardi, Jumat (19/9).
Siswa yang menemukan belatung langsung dipanggil untuk dimintai keterangan. Laporan tersebut kemudian diteruskan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) agar ditindaklanjuti secara resmi.
"Jadi anaknya kami panggil ya, konfirmasi apakah betul? Memang dia sampaikan betul ya. Akhirnya kepala SPPG kita panggil ke sini untuk konfirmasi masalah itu, menyampaikan masalah itu. Bahwa menunya ini ada belatungnya ya," ucapnya.
Meski demikian, Wardi menekankan bahwa masalah temuan belatung itu hanya muncul pada satu porsi dari total 1.067 porsi yang dibagikan.
"Yang ada belatungnya cuma satu [porsi]. Cuma satu ya. Yang lainnya enggak ada," tegasnya.
Sementara itu, Kepala SPPG Dapur Usamah Pamekasan, Adli Chory Nauval Safari, mengaku langsung turun ke sekolah bersama timnya untuk melakukan pengecekan.
Namun ia menyayangkan bukti utama berupa tray atau ompreng makanan sudah tidak ada karena tercampur dengan wadah lainnya.
"Ketika sampai ke lokasi, kita mau klarifikasi terkait hal ini. Mau ngecek, barangnya mana kata saya, omprengnya. 'Enggak ada, mas sudah disatukan dengan ompreng yang lain'," kata Adli.
Ketiadaan bukti membuat pihaknya sulit melakukan evaluasi dan investigasi. Padahal, wadah berisi makanan itu bisa menjadi kunci untuk mengetahui penyebab munculnya belatung.
"Saya kan butuh bukti toh untuk mempelajari ulat itu, apa belatung itu, bahasanya belatung tapi menurut saya bukan belatung. Soalnya ulat biasa, hanya satu ya," ujarnya.
Adli menjelaskan, ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan insiden tersebut terjadi. Seperti faktor kebersihan wadah, kualitas sayuran, hingga buah yang dipakai.
"Apakah dari telurnya, apakah dari omprengnya yang kurang bersih, apakah dari sayurnya yang kurang bersih, apakah dari buahnya begitu," ubahnya.
Meski belum bisa memastikan sumber masalah, Adli menegaskan pihaknya akan memperketat standar kebersihan terutama di bagian persiapan dan pemorsian. Hal itu agar insiden serupa tidak terulang.
"Akan lebih perketat di bagian pemorsian di bagian persiapan ya. Ini yang paling inti. Pemorsian ini bagian motong sayur, bagian nyuci. Itu sudah kemarin saya perketat. Dari awal pun sudah saya perketat," pungkasnya.
(frd/gil)