Projo di Persimpangan Jalan PSI-Gerindra

2 months ago 17

Ilustrasi: Edi Wahyono

Selasa, 5 Agustus 2025

Kelompok relawan Pro Jokowi (Projo) tengah dalam kebingungan menentukan nasib dan arah politik ke depan. Sejak tahun lalu, beberapa pejabat teras Projo telah berulang kali meminta arahan mantan presiden Joko Widodo untuk menggelar kongres dalam rangka mempertegas status arah politik mereka ke depan.

“Di 2025 kan kita sudah minta arahan juga tentang kongres kita, belum ada respons juga,” ungkap Wakil Ketua Umum Projo Freddy Alex Damanik kepada reporter detikX pekan lalu.

Di akar rumput, desakan menggelar kongres untuk menentukan arah politik Projo semakin kuat setelah Jokowi menyatakan dukungannya kepada Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bagi sebagian kader Projo, ini merupakan sinyal bagi mereka untuk bergabung dengan PSI, yang kini dipimpin anak kandung Jokowi, Kaesang Pangarep.

Terlebih lagi, pekan lalu Kaesang sempat menyebut seseorang dengan inisial J akan bergabung dengan PSI sebagai Ketua Dewan Pembina.

“Yang berinisial J sudah berkenan untuk menjadi Ketua Dewan Pembina,” ungkap Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat PSI ini pada 28 Juli lalu. Kaesang bergeming ketika dikaitkan inisial J itu dengan nama Jokowi.

PSI menyambut dengan tangan terbuka apabila Projo dan Jokowi ingin bergabung. Kader PSI yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Francine Widjaja pun berharap hal itu dapat terwujud.

“Doakan saja, Mas,” kata Francine melalui pesan singkat.

Joko Widodo saat membuka Rakernas VI Projo di Indonesia Arena, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (14/10/2023).
Foto : Agung Pambudhy/detikcom

Desakan kongres untuk bergabung dengan PSI muncul lantaran sebelumnya wacana menjadikan Projo sebagai partai politik tidak mendapat respons positif dari Jokowi. Jawaban Jokowi ketika ditanya perihal rencana itu selalu mengawang-awang.

“Ya, terserah Projo,” kata bapak Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ini.

Sikap Jokowi ini membuat rencana kongres Projo, yang semula akan digelar pada Desember 2024, batal terlaksana. Projo, yang kala itu berencana menjadikan Jokowi sebagai ketua umum partai yang akan mereka bentuk, pun terpaksa menunggu lagi.

Pada Februari 2025, Jokowi muncul dengan gagasan baru saat diwawancarai Najwa Shihab dalam kanal YouTube-nya. Jokowi menginginkan adanya partai super tbk (terbuka) yang ketua umumnya bakal dipilih oleh seluruh kader partai.

PSI-lah yang kemudian mengakomodasi gagasan tersebut. Jokowi sendiri yang mengatakan PSI sebagai ‘Partai Super Tbk’ dalam pidatonya dalam kongres partai yang baru-baru ini mengganti logonya menjadi gambar gajah tersebut bulan lalu.

“Nah, karena memang Projo ini mendukung Pak Jokowi, maka grassroots-nya, waktu Pak Jokowi mendukung PSI, banyak yang mendorong Projo untuk ikut atau gabung PSI,” ungkap Freddy.

Menariknya, pada momen yang sama, kader-kader Projo juga mendapatkan sinyal yang berbeda dari Presiden Prabowo Subianto. Prabowo, yang hadir dalam kongres tersebut, sempat melempar canda kepada Ketua Umum Projo Budi Arie.

Dalam kongres yang digelar di Solo ini, Prabowo berkelakar dengan menanyakan posisi Budi sebagai kader partai apa. “Masuk PSI ya kau? Bukan, hah? PSI atau Gerindra kau?” kata Prabowo disambut tawa para peserta kongres pada Minggu, 20 Juli 2025.

Beberapa kader akar rumput Projo, kata Freddy, menafsirkan candaan Prabowo itu juga sebagai ajakan untuk bergabung ke Partai Gerindra. Itu membuat suara Projo untuk menentukan arah politik kini mulai bercabang.

Karena itu, menurut Freddy, kongres amat diperlukan untuk menentukan sikap dan arah politik Projo ke depan mengingat adanya desakan terus-menerus dari akar rumput. Meski demikian, Freddy mengaku, rencana kongres ini belum dibicarakan secara formal dalam pertemuan-pertemuan para pejabat teras Projo.

Jokowi, sambung Freddy, juga belum memberikan arahan apa pun terkait rencana kongres. “Terakhir itu arahan beliau itu sukseskan pemerintah Prabowo-Gibran. Sampai sekarang masih itu. Belum ada arahan terakhir,” ungkap Freddy.

Ketum Projo sekaligus Menteri Koperasi Budi Arie hanya memberi emoji bergambar tangan tengah berdoa ketika ditanya terkait rencana kongres Projo. Sementara itu, Bendahara Umum Projo yang kini menjadi Deputi Bidang Pengembangan Usaha Koperasi di Kemenkop juga menolak memberikan komentar.

Pakar komunikasi politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo mengatakan diamnya Jokowi terhadap permintaan kongres Projo merupakan langkah taktis untuk membiarkan barisan pendukungnya itu tetap pada bentuk yang sekarang, sebagai kelompok relawan atau organisasi kemasyarakatan.

Dengan bentuk yang sekarang ini, menurut Kunto, mantan Wali Kota Solo ini dapat dengan leluasa untuk masuk ke berbagai medan politik. Berbeda jika Projo menjadi partai politik atau bergabung dengan partai politik yang geraknya pasti akan terikat dengan arah perjuangan partai.

Joko Widodo saat membuka Kongres II relawan Pro Jokowi (Projo) di JIExpo, Kemayoran, Sabtu (7/12/2019).
Foto : Jefrie Nandy Satria/detikcom

Selain itu, menurut Kunto, Jokowi paham bahwa secara basis massa, Projo belum cukup besar untuk menjadi partai politik atau bergabung dengan partai politik.

“Bahwa Projo bisa jadi alat yang taktis Jokowi, iya, tapi untuk basis massa yang besar di sebuah partai, kayaknya belum,” kata Kunto saat dihubungi reporter detikX.

Menurut Kunto, Projo adalah kartu yang kini dipegang Jokowi sebagai alat politiknya. Baik untuk memengaruhi opini publik atau membuat gerakan-gerakan masif yang bakal ditafsirkan sebagai manuver politik Jokowi.

Projo sebagai kelompok relawan pendukung Jokowi juga sadar bahwa mereka saat ini sudah menjadi kartu Jokowi. Karena itu, sampai hari ini, Projo hanya bisa menunggu sinyal ataupun arahan langsung dari Jokowi terkait arah politik mereka ke depan.

“Walaupun bukan (kartu) as, ka, jack, atau quen, kan juga lumayan kan,” ungkap Kunto.

Sementara itu, terkait candaan Prabowo terhadap Budi Arie di Kongres PSI, Kunto menafsirkan berbeda dari beberapa kader Projo. Kunto justru menganggap candaan Prabowo ini sebagai upaya untuk ‘menyelepet’ Budi Arie agar mempertegas posisinya sebagai kader partai pendukung pemerintah.

“Pak Prabowo nyelepet aja itu sebenarnya. 'Lu yang jelas dong'. Maksudnya, menteri harusnya berpartai dong, kan hampir nggak ada menteri yang nggak berpartai di pemerintahannya Pak Prabowo kan,” pungkas Kunto.

Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Fuad Hasim

[Widget:Baca Juga]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial