Politik Prancis Semakin Kacau, Sekutu Desak Macron Mundur

2 hours ago 2

CNN Indonesia

Rabu, 08 Okt 2025 10:56 WIB

Mantan PM Prancis yang juga sekutu Presiden Emmanuel Macron, Edouard Philippe, memintanya mundur untuk mengakhiri krisis politik yang semakin kacau. Situasi politik Prancis semakin kacau, Presiden Emmanuel Macron didesak mundur. (AFP/Ludovic Marin)

Jakarta, CNN Indonesia --

Mantan Perdana Menteri Prancis yang juga sekutu Presiden Emmanuel Macron, Edouard Philippe, memintanya mengundurkan diri untuk mengakhiri krisis politik yang semakin kacau.

Philippe mengatakan ketidakstabilan politik Prancis tak boleh berlangsung lama. Dia juga menyarankan pemilihan umum lebih awal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"[Janji Macron untuk tetap bertahan hingga pemilihan umum 2027] akan terlalu lama dan akan merugikan Prancis," kata dia ke stasiun radio Prancis RTL pada Selasa (7/10), dikutip Euro News.

Philippe lalu menyarankan Macron sebaiknya menunggu hingga anggaran 2026 disahkan sebelum mengadakan pemilihan umum.

"Saya tidak mendukung pengunduran diri yang tiba-tiba dan brutal," ungkap PM pertama di pemerintahan Macron ini.

Di luar itu, Philippe disebut-sebut akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden berikutnya.

Eks perdana menteri lain Gabriel Attal, yang diangkat pada 2024 selama masa jabatan kedua Macron, juga sempat mengkritik presiden.

"Seperti banyak orang Prancis lainnya, saya tidak lagi memahami keputusan presiden," ujar Attal kepada penyiar TF1.

Namun, Attal tak sampai menuntut pengunduran diri Macron.

Krisis politik membayangi pemerintahan Macron. Sejak tiga tahun terakhir, Prancis sudah empat kali ganti perdana menteri.

Terbaru, Macron memilih Sebastien Lecornu pada September lalu. Namun, belum genap sebulan menjabat, dia mengundurkan diri.

Gonjang-ganjing politik di Prancis ini bermula saat Macron membubarkan majelis rendah pada Juni 2024. Setelah pembubaran, Prancis menggelar pemilihan legislatif.

Namun, suara di parlemen seimbang, tak ada kubu mayoritas sehingga menyulitkan Macron memimpin pemerintahan.

Aliansi yang dipimpin partai Macron sudah merosot sejak 2022, sementara partai sayap kanan ekstrem Partai Nasional muncul jadi partai terbesar.

(isa/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial