Bogota -
Pelaku percobaan pembunuhan senator Kolombia, Miguel Uribe Turbay, adalah seorang remaja. Praktik perekrutan anak di bawah umur untuk melakukan tindak kriminal bengis ini ternyata umum terjadi di negara itu.
Foto-foto kejadian menyebar dengan cepat.
Seorang pemuda berwajah kekanak-kanakan dengan rambut sebahu dilumpuhkan pihak kepolisian. Dia mengenakan celana jins dan kaus hijau,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itulah momen penangkapan tersangka utama dalam penyerangan terhadap Miguel Uribe Turbay.
Pada Sabtu (07/06), senator oposisi dan calon presiden itu ditembak saat berkampanye di Bogot dan kini kondisinya kritis.
Beberapa jam setelahnya, Presiden Kolombia Gustavo Petro secara resmi mengonfirmasi dugaan tersebut: pelaku adalah remaja berusia 15 tahun.
Dia membawa pistol Glock 9 milimeter yang berasal dari AS.
Senjata semi-otomatis ini banyak digunakan oleh pasukan keamanan di seluruh dunia dan tidak mudah didapatkan sembarang orang.
"Pemerintah distrik sudah mengidentifikasi latar belakang konflik anak pembunuh itu," tulis Petro pada Senin (10/06) di platform X.
Menurut Petro, tersangka sebelumnya secara sukarela meninggalkan program pendidikan perdamaian.
Surat kabar Kolombia, El Tiempo, melaporkan bahwa ketika remaja itu ditangkap,dia meyakini bahwa perintah untuk menyerang Uribe Turbay diberikan oleh "pria dengan panci".
Sebutan ini merujuk pada salah satu titik penjualan narkoba di ibu kota Kolombia.
Pihak berwenang tengah mencari dalang di balik kejahatan yang dilakukan melalui perekrutan anak di bawah umur oleh kelompok bersenjata dan kriminal untuk melakukan pembunuhan.
Praktik ini meluas di Kolombia.
Baca juga:
- Siapa Miguel Uribe Turbay, capres Kolombia yang ditembak di bagian kepala?
- Cara ekstrem penyelundupan narkoba di Kolombia: Bikin kapal selam rakitan sepanjang 15 meter dan dikirim ke Eropa melalui Samudera Pasifik
- Cerita bidan yang bekerja di 'ibu kota horor' Kolombia
Pada 2024, sebanyak 409 anak-anak dan remaja direkrut, menurut Kantor Ombudsman Kolombia.
Angka ini meningkat dibandingkan 342 kasus yang tercatat pada 2023.
Otoritas setempat mengakui jumlah tersebut merupakan estimasi dan kemungkinan di lapangan jumlahnya jauh lebih banyak.
Konflik bersenjata dan kejahatan terorganisir yang telah berlangsung puluhan tahun di Kolombia membuat ribuan anak di bawah umur menjadi korban kekerasan di Kolombia.
Mereka direkrut kartel narkoba, gerilyawan sayap kiri, pasukan paramiliter, serta aktor-aktor bersenjata dan kriminal baru.
"Bahkan ada penggunaan anak di bawah umur dalam operasi rahasia oleh pasukan publik. Semua aktor konflik telah melakukannya," papar Max Yuri, direktur Institut Studi Politik di Universitas Antioquia, kepada BBC Mundo.
Anak-anak pembunuh bayaran Pablo Escobar
Pada era 1980-an, di tengah teror Pablo Escobar, banyak anak dan remaja mendedikasikan diri menjadi pembunuh bayaran.
"Di lingkungan kartel Medelln, praktik ini dikenal sebagai 'Orang Swiss'; yaitu pemuda dan anak di bawah umur yang terlibat dalam misi bunuh diri," ujar Jorge Mantilla, doktor kriminologi dari University of Illinois di Chicago (AS) dan konsultan isu kejahatan, keamanan, serta konflik Kolombia, kepada BBC Mundo.
Salah satu pembunuh bayaran paling ikonik adalah John Jairo Arias Tascn, alias "Pinina".
Berbagai karya jurnalisme investigasi menyebutnya sebagai salah satu "favorit" dan orang terdekat Escobar.
Baca juga:
- Mantan gerilyawan dan mantan ART menangi pilpres Kolombia, siapa mereka?
- 'Kuda Nil Kokain' warisan Pablo Escobar menjelma jadi 'bom waktu ekologis'
- Kisah fotografer pribadi gembong narkoba Pablo Escobar
Pinina dikaitkan dengan beberapa kejahatan besar.
Salah satunya adalah pembunuhan Menteri Kehakiman Rodrigo Lara Bonilla pada 1984.
Selain itu, dia juga dikaitkan dengan serangan terhadap pesawat Avianca 203 yang menewaskan 110 orang pada 1989.
Belum lagi sejumlah pembunuhan terhadap politisi, jurnalis, warga sipil, dan musuh.
Pinina tewas pada 1990 di usia 29 tahun dalam sebuah operasi polisi di Medelln. Dia diperkirakan mulai menjadi pembunuh bayaran pada usia 15 tahun.
Pada 22 Maret 1990, remaja pria 14 tahun bernama Andres Arturo Gutierrez Maya menembak mati calon presiden Bernardo Jaramillo Ossa dari Partai Persatuan Patriotik di Bandara El Dorado, Bogot.
Insiden ini terjadi di antara bulan-bulan 1989 dan 1990, ketika tiga calon presiden sayap kiri tewas terbunuh.
"Kasus signifikan lainnya adalah Gerardo Gutierrez, alias 'Yerry'. Dia adalah seorang pemuda yang diduga menjadi pembunuh calon presiden Carlos Pizarro Leongmez dari Aliansi Demokratik M-19," imbuh Mantilla.
Pada awalnya Escobar disalahkan atas kejadian ini, tetapi bandar narkoba itu membantah keterlibatannya.
Menurut Pusat Sejarah Kolombia, Yerry ditembak seorang anggota pengawal dari Departemen Keamanan Administratif (DAS).
Bertahun-tahun kemudian, pemimpin kelompok paramiliter Pasukan Bela Diri Bersatu Kolombia, Carlos Castao Gil, mengaku telah melatih Yerry.
Perencanaan pembunuhan Leongmez dilakukan Gil melalui kolusi dengan aparat negara yang korup.
Pusat Sejarah mengakui bahwa sistem keadilan Kolombia belum sepenuhnya menuntaskan kasus pembunuhan besar ini.
Anak di bawah umur sebagai senjata perang
Anak-anak yang digunakan oleh kelompok bersenjata dan kriminal biasanya memiliki latar belakang yang sama.
Sebagian besar dari mereka berasal dari daerah rentan dan berpenghasilan rendah di perkotaan, serta wilayah pedesaan terpencil dengan kehadiran negara yang minim.
"Perekrutan anak di bawah umur didorong oleh kurangnya perlindungan terhadap anak-anak yang terlantar atau terpinggirkan. Selain itu, celah hukum dalam sistem hukum dan pidana Kolombia terkait pertanggungjawaban anak di bawah umur turut menjadi faktor," ujar Mantilla.
"Sistem pidana remaja adalah salah satu kendala terbesar di Kolombia," imbuhnya.
Namun, ada perbedaan signifikan antara perekrutan di perkotaan dan pedesaan.
Peningkatan taraf hidup dari segi sosial dan ekonomi merupakan motivator utama bagi anak di bawah umur di perkotaan.
Adapun para pemuda di pedesaan sering kali direkrut secara paksa oleh kelompok bersenjata. Mereka diintegrasikan melalui paksaan dan ancaman terhadap keluarga.
"Mereka adalah pekerja murah, mudah diganti. Karena mudah dibentuk, mereka sering diberi tugas mengerikan seperti memutilasi," tutur Yuri.
"Di perkotaan, mereka juga terlibat dalam pengangkutan senjata, narkoba, penjualan narkotika, penagihan pemerasan, pembunuhan bayaran, dan pembunuhan."
Badan Peradilan Khusus Perdamaian, sebuah badan peradilan transisi di Kolombia, memperkirakan bahwa lebih dari 18.000 anak-anak direkrut oleh FARC-Ep antara 1996 hingga 2016.
Tahun 2016 adalah tahun ketika kelompok gerilyawan sayap kiri ini menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Kolombia.
Kerentanan dan pengabaian negara turut menjelaskan tingginya jumlah anak di bawah umur yang direkrut di Kolombia (Getty Images)
Kolombia masih terlibat konflik dengan gerilyawan dan kelompok bersenjata lainnya, seperti Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dan para pembangkang FARC yang tidak mematuhi perjanjian damai.
Selain itu, ada juga Tentara Gaitanista Kolombia, yang dikenal sebagai Klan Teluk, dan dianggap pemerintah Kolombia sebagai organisasi kriminal terbesar di negara itu.
Hal ini mempersulit pengukuran besarnya fenomena tersebut, meskipun angka-angka tetap mengkhawatirkan dan metode perekrutan semakin canggih.
Pada Juni 2024, BBC melaporkan bagaimana kelompok bersenjata menggunakan platform seperti TikTok untuk merekrut anak-anak kecil di daerah terpencil Kolombia.
Jumlah yang dikhawatirkan meningkat
Dari 409 anak di bawah umur yang direkrut dan dilaporkan oleh Kantor Ombudsman Kolombia, 300 kasus di antaranya terdeteksi di Cauca.
Departemen ini merupakan salah satu wilayah paling bermasalah di Kolombia. Selain menjadi pusat peredaran kokain, Cauca juga menjadi lokasi operasi militer yang sering terjadi.
Wilayah lainnya adalah Putumayo dan Valle del Cauca yang mengalami kondisi serupa.
Menurut Ombudsman, pembangkang dari Staf Umum Pusat FARC (EMC) adalah perekrut utama yang teridentifikasi dengan 135 anak di bawah umur.
Mantilla mengatakan bahwa beberapa data menunjukkan perekrutan paksa diperkirakan telah meningkat hingga 1.200% dalam beberapa tahun terakhir tepatnya setelah pandemi.
"Kami tahu bahwa dalam dekade terakhir, sekitar 13.000 anak di bawah umur telah dituntut dan divonis atas jenis kejahatan ini," kata peneliti tersebut.
Pada tahun 2024, 1.953 anak di bawah umur yang hilang dilaporkan di negara itu, di mana lebih dari separuhnya masih belum ditemukan, menurut surat kabar El Tiempo.
Informasi ini didasarkan pada angka dari Institut Nasional Kedokteran Hukum, dan salah satu hipotesisnya adalah bahwa mereka yang hilang telah direkrut secara paksa.
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini