Bos Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Cabai Tembus Rp60 Ribu per Kg

3 hours ago 4

CNN Indonesia

Kamis, 25 Sep 2025 10:27 WIB

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan lonjakan harga cabai belakangan ini dipicu oleh hujan yang masih melanda sentra pertanian cabai. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan lonjakan harga cabai belakangan ini dipicu oleh hujan yang masih melanda sentra pertanian cabai. ( CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi membeberkan sejumlah faktor yang mendorong harga cabai merah keriting (CMK) meroket hingga rata-rata Rp60.767 per kilogram (kg) di tingkat konsumen.

"Kondisi cabai merah keriting hari ini, seperti tren-tren pada tahun sebelumnya, memang sedang berfluktuasi. Kita tahu curah hujan masih cukup tinggi dan di beberapa tempat disertai angin kencang. Itu mempengaruhi tanaman sedulur petani cabai kita," ujar Arief dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (24/9).

Arief menambahkan peralihan sebagian petani dari cabai merah keriting ke cabai rawit merah turut mempengaruhi pasokan ke pasaran. Penurunan pasokan ini berdampak langsung pada kenaikan harga di tingkat konsumen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Badan Pangan Nasional mendorong pemerintah daerah saling bersinergi. Kita ada program FDP (Fasilitasi Distribusi Pangan). Mari kita ciptakan keterhubungan antardaerah," lanjutnya.

Data Bapanas per Selasa (23/9) menunjukkan rata-rata harga CMK di tingkat produsen berada di Rp51.662 per kg, sementara harga di konsumen mencapai Rp60.767 per kg, melebihi harga acuan pembelian (HAP) dan harga acuan penjualan (HAP).

Beberapa daerah produsen, seperti Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan, masih mencatat harga dalam kisaran HAP produsen Rp22 ribu-Rp29.600 per kg.

Dalam Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) percabaian, Bapanas mendorong kerja sama antardaerah agar harga CMK tetap stabil di tingkat produsen dan tidak turun di bawah HAP. Intervensi ini juga bertujuan mengurangi fluktuasi harga di pasar konsumen.

Arief menyoroti tren Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) yang menurun 6,21 persen menjadi 122,89 pada Agustus 2025, setelah Juli sempat mencapai 131,04, level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Penurunan ini menunjukkan tekanan pada pendapatan petani cabai akibat fluktuasi harga.

Sebagai langkah antisipatif, Bapanas mendorong pemerintah daerah dan pelaku usaha percabaian untuk merapatkan koordinasi, menjalankan program FDP, dan memperluas operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM), mengingat kondisi CMK diperkirakan masih akan berfluktuasi hingga sebulan ke depan.

[Gambas:Video CNN]

(del/agt)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial