Tel Aviv -
Pada Kamis pagi (19/6), Iran kembali menyerang Israel dengan hujan peluru kendali. Sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel, tapi sejumlah misil menghantam bangunan di kota Holon dan pinggiran kota Tel Aviv di Ramat Gan, serta Rumah Sakit Soroka di Beer Sheba di Israel selatan. Media Israel melaporkan bahwa wilayah terdampak telah dievakuasi sehari sebelumnya.
Meski bahaya bisa datang setiap saat, "hidup harus terus berjalan, dan kita telah melalui banyak krisis lainnya, tetapi ini tentu saja merupakan masa yang sangat lain dan meresahkan," kata Lior; seorang pemuda Israel yang menolak membocorkan identitasnya kepada DW.
Baru-baru ini, ketika sirene kembali berbunyi sahut menyahut pada dini hari, salah satu rudal menghantam sebuah gedung yang hanya berjarak satu kilometer dari tempat berlindung warga. Ledakan dikabarkan mengguncang seisi bangunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kejadiannya menakutkan. Kami memahami bahwa rudal-rudal (Iran) lebih mematikan dan bahwa situasinya terasa berbeda dari konflik-konflik sebelumnya. Saya bertanya-tanya berapa lama ini akan berlangsung. Orang-orang sudah gelisah karena tidak tidur hampir setiap malam," kata Shira kepada DW, yang juga menolak menyebutkan nama belakangnya.
Bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Iran adalah ancaman terbesar bagi keamanan Israel. Sejak bertahun terakhir, Netanyahu telah mengancam dan berulang kali nyaris menyerang Iran. Tapi pada akhirnya, konflik terbuka selalu dapat dihindari. Namun hal ini berubah pada Jumat (13/6) lalu.
Dukungan meluas di Israel untuk serangan ke Iran
Di dalam negeri, posisi Netanyahu saat ini semakin tersudut. Rival domestik menuduhnya tidak ingin mengakhiri perang di Gaza dan tidak menyetujui kesepakatan baru dengan Hamas, yang akan menjamin pembebasan sandera tersisa dengan imbalan gencatan senjata.
Mengingat dakwaan korupsi yang membayangi, Netanyahu dituduh mengobarkan perang sebagai sarana untuk mempertahankan kekuasaan.
Mitra koalisi sayap kanan sebaliknya mengancam akan meninggalkan koalisi dan memicu pemilu lebih awal jika dia mengakhiri perang di Gaza, tanpa menghancurkan Hamas.
Menurut jajak pendapat terakhir, serangan besar-besaran ke Iran membuahkan dukungan luas bagi Netanyahu. Operasi udara yang didukung unit intelijen darat itu disebut-sebut sebagai keberhasilan besar.
Survey mencatat sebanyak 83 persen warga Yahudi Israel mendukung operasi militer terhadap Iran. Sebaliknya, mayoritas warga Arab di negeri Yahudi itu menentang perang dan lebih mendukung upaya diplomasi daripada aksi militer.
Di Ramat Gan, pinggiran kota Tel Aviv, Ronny Arnon memandang kerusakan yang meluas di lingkungannya dengan rasa tidak percaya. Sebuah rudal menembus sistem pertahanan Israel dan menghantam sebuah gedung, menewaskan satu orang.
"Saya termasuk golongan minoritas di sini, jadi banyak orang yang mendukung," kata Arnon kepada DW Sabtu lalu.
"Perdana menteri kita disebut pesulap, karena dia tahu cara membuat show, bagaimana kita menang dan mengalahkan semua musuh kita. Kita memulai api yang tidak kita ketahui bagaimana akhirnya."
Nasib sandera dan perang di Gaza
Terlepas dari perang dengan Iran, Israel masih harus memulangkan sandera dan mengakhiri perang di Gaza.
Pada hari Rabu (18/6), sekelompok kecil pengunjuk rasa di Lapangan Dizengoff di pusat kota Tel Aviv memegang foto-foto besar para sandera yang masih ditahan oleh Hamas. Di antara mereka adalah ibu Matan Angrest, seorang prajurit yang disandera pada 7 Oktober.
"Ketika perang di Iran dimulai, kami benar-benar takut bahwa anak kami, putra saya, akan dilupakan di Gaza. Situasinya buruk, hidupnya dalam bahaya," kata Anat Angrest kepada DW.
"Namun beberapa jam kemudian, saya mendapat banyak pesan dari banyak warga Israel yang mengatakan bahwa keberhasilan di Iran akan membantu membawa mereka kembali."
Walaupun dia mengkritik pemerintah karena tidak berbuat cukup untuk membawa putranya dan sandera lainnya pulang lebih cepat, dia yakin Hamas akan mendapat lebih sedikit dukungan dari Iran yang melemah, yang bisa menyebabkan perang di Gaza lebih cepat berakhir.
"Kami berharap bahwa keputusan untuk bertindak sekarang adalah bagian dari rencana strategis dan bahwa pemerintah Israel akhirnya akan mampu mengakhiri perang di Gaza," katanya kepada DW.
"Karena jika kita menyingkirkan para pemimpin teroris di Iran, kita bisa menyelesaikan apa yang sudah kita mulai di Gaza, dan kita tidak akan berada dalam bahaya lagi."
Artikel ini pertama kali rilis dalam bahasa Inggris
Diadaptasi Oleh: Hendra Pasuhuk
Editor: Rizki Nugraha
Tonton juga "Kepanikan Warga Israel saat Rudal Iran Hantam Rumah Sakit" di sini:
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini