Wamentan Harap Pesantren Jadi Mitra Strategis Ketahanan Pangan

7 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, melihat potensi pesantren sebagai mitra strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Pandangan ini ia sampaikan saat berkunjung ke Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Selasa (8/10).

Menurut dia, pesantren memiliki keunggulan sebagai pusat pemberdayaan ekonomi dan agribisnis di pedesaan. Model yang dikembangkan Al Ittifaq membuktikan bahwa lembaga pendidikan berbasis keagamaan bisa menjadi penggerak produksi pangan sekaligus membina petani secara profesional.

"Pesantren seperti Al Ittifaq ini adalah contoh konkret bagaimana lembaga keagamaan bisa menjadi agregator pertanian. Dari lahan 14 hektare milik pesantren dan lebih dari 400 hektare lahan masyarakat binaan, mereka mampu membangun sistem produksi yang terintegrasi dan efisien," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (8/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mas Dar, sapaan akrabnya, mengapresiasi sistem budi daya hortikultura di Al Ittifaq yang sudah menggunakan metode modern. Salah satunya adalah teknik tumpang sari empat varietas dalam satu bedengan, hasil adaptasi dari berbagai negara.

Dirinya bahkan menugaskan Direktorat Jenderal Hortikultura untuk membentuk lembaga pelatihan khusus. Program ini ditujukan bagi anak muda dari daerah dengan karakter agroklimat serupa seperti Wonosobo, Temanggung, Malang, dan Pasuruan.

"Ilmu yang dipelajari dari luar negeri tidak bisa ditiru mentah-mentah. Harus disesuaikan dengan kondisi kita. Karena itu saya ingin ada pelatihan yang bisa memperbanyak model keberhasilan seperti Al Ittifaq di seluruh Indonesia," papar dia.

Mas Dar menilai, pola agribisnis pesantren bisa menjadi penggerak baru ekonomi pedesaan. Melalui sistem koperasi, pesantren dapat membantu petani melakukan standarisasi produk, pengendalian mutu, hingga pemasaran hasil panen ke berbagai segmen pasar.

Model ini juga dinilai mampu menciptakan rantai produksi yang lebih teratur, di mana proses penyortiran hingga penentuan standar kualitas dilakukan secara terpusat, sehingga memberikan nilai tambah bagi para petani.

Ia pun mengaitkan kemandirian pertanian pesantren dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi prioritas pemerintah. Menurutnya, program tersebut bukan hanya soal pemerataan gizi anak sekolah, tetapi juga harus menggerakkan ekonomi desa.

"MBG ini harus memutar uang di desa. Sayur, ayam, telur, bumbu, nasi, semuanya dari desa untuk desa. Bukan membuat yang kaya makin kaya, tapi membuat masyarakat kecil makin sejahtera," tegasnya.

Dengan jejaring luas dan basis sosial yang kuat, pesantren diyakini mampu mempercepat adopsi teknologi pertanian, memperkuat kelembagaan petani, dan memperluas pasar produk hortikultura lokal.

Kementerian Pertanian berharap, melalui dukungan pelatihan, pendampingan, dan kemitraan pasar, model agribisnis pesantren seperti Al Ittifaq dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi desa dan ketahanan pangan nasional.

(rir)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial