Jakarta, CNN Indonesia --
Industri hasil tembakau (IHT) dinilai masih menjadi penopang penting perekonomian di berbagai daerah. Selain menjaga aktivitas produksi, sektor ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Bukan hanya itu, sektor ini juga menggerakkan rantai ekonomi dari tingkat petani, pabrik pelintingan, hingga sektor pendukung seperti perdagangan dan transportasi.
Ketua Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun menegaskan bahwa IHT memiliki kontribusi signifikan bagi ekonomi nasional dan tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembangunan ekonomi Indonesia. Ia menyoroti peran besar industri sigaret kretek tangan (SKT) dalam menciptakan lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sigaret kretek tangan ini memberikan kontribusi yang sangat tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja," ujar Misbakhun dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia di Jakarta baru-baru ini.
Misbakun menyebut, ribuan pekerja linting menggantungkan kehidupan pada aktivitas produksi rokok. Tidak hanya itu, perputaran ekonomi dari industri tersebut dinilai turut menggerakkan sektor pendukung seperti perdagangan bahan baku hingga jasa transportasi.
Dengan demikian, ia menyoroti perlunya kebijakan fiskal yang adil agar industri hasil tembakau tetap kompetitif. Ia menilai, kebijakan pajak dan pembatasan biaya operasional yang terlalu ketat, berpotensi menekan keberlanjutan industri.
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Tauhid menambahkan, sektor tembakau menjadi tulang punggung ekonomi daerah, terutama bagi pekerja dan petani.
"Saya bisa pastikan jumlahnya bukan lagi 10-20, ribuan. Memang secara masif, dalam artian berantai. Sejak 2009 berjalan terus, banyak pekerja di industri tembakau yang bertumbang tapi juga tumbuh di sisi lain," kata Ahmad.
Data INDEF mencatat lebih dari 171 ribu orang bekerja di sektor pelintingan tembakau. Di daerah penghasil seperti Malang, Kudus, dan Pamekasan, aktivitas pabrik dan gudang tetap stabil, dengan ekosistem ekonomi lokal yang melibatkan berbagai pelaku usaha kecil.
"Kalau data kami hasil survei 2024, tenaga kerja linting lebih dari 171.000 orang. Mereka sudah menciptakan satu ekosistem tersendiri yang sangat penting bagi daerah-daerah penghasil rokok," ujar Direktur INDEF Ahmad Tauhid.
Sementara Sekjen Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) K. Mudi mengapresiasi langkah pemerintah untuk tidak menaikkan cukai hasil tembakau yang dinilai mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan petani, buruh, dan industri.
"APTI memandang bahwa langkah yang dilakukan oleh Kemenkeu adalah langkah yang sangat bijak dan sangat berani," pungkasnya.
Sektor tembakau menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi nasional tidak hanya ditopang oleh kebijakan makro, tetapi juga oleh industri riil yang menggerakkan ekonomi rakyat dan menjaga stabilitas kehidupan di daerah.
(inh)

1 hour ago
1





























