Jakarta, CNN Indonesia --
Langit di Betlehem begitu cerah pada Rabu (24/12). Genderang drum dari pasukan marching band juga meramaikan jalanan di Betlehem, Tepi Barat, Palestina. Ini, situasi yang tepat untuk bersuka ria.
Untuk pertama kalinya dalam dua tahun, tempat kelahiran Yesus Kristus merayakan Natal di tengah gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina yang diterapkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Betlehem bersolidaritas untuk warga Jalur Gaza yang digempur habis-habisan pasukan Israel dengan tidak merayakan Natal. Di Betlehem hari itu, umat Kristen berbagai usia berbondong-bondong ke Palungan Square.
"Hari ini penuh sukacita karena kami tak bisa merayakan karena perang," kata Milagros Antras, salah satu anggota marching seperti diberitakan AFP.
Di sekitar alun-alun, tampak pula laki-laki berpakaian ala Santa Claus menjual apel karamel dan mainan. Beberapa yang lain terlihat berfoto di depan bingkai raksasa berisi boneka bayi yang diasosiasikan kelahiran Yesus.
Saat malam tiba, lampu-lampu warna-warni bersinar di atas Manger Square dan pohon Natal yang menjulang tinggi berkilauan di samping Gereja Kelahiran Yesus. Warga Bethlehem berharap perayaan Natal akan menghidupkan kembali kota ini.
Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzabal, mengatakan Natal tahun ini adalah yang warga inginkan. (AFP/HAZEM BADER)
"Kita perlu menyampaikan pesan ini ke seluruh dunia dan ini satu-satunya cara," kata George Hanna, dari kota tetangga Beit Jala.
"Apa artinya Natal tanpa perayaan?"
Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzabal, mengatakan Natal tahun ini adalah yang warga inginkan.
"Tahun ini kita menginginkan Natal yang penuh cahaya karena inilah yang kita butuhkan setelah dua tahun dalam kegelapan," kata dia.
Namun, Pizzabal masih merasa prihatin atas situasi di Jalur Gaza. Akhir pekan lalu, dia sempat mengunjungi wilayah tersebut.
Pizzabal menggambarkan situasi di Gaza betul-betul mengerikan. Warga di sana banyak yang masih tinggal di pengungsian dengan alat dan barang yang sangat terbatas. Saat ini, padahal sedang musim dingin.
Meski sangat terbatas, Pizzabal mengatakan warga Gaza tetap menyalakan asa mereka.
"Tapi, saya juga melihat di sana keinginan untuk hidup seperti di sini. Di tengah kehampaan, mereka mampu merayakan," ucap dia.
Perayaan Natal tahun ini berlangsung meriah di Tepi Barat, wilayah yang diduduki pasukan Zionis. Anggota kelompok Katolik Italia yang mengunjungi Betlehem Carmelina Piedimonte mengaku bahwa meyaksikan perayaan Natal di Tepi Barat memberi dia harapan.
"Jika di dalam hatimu ada cinta, maka mungkin untuk memiliki dunia tanpa perang," ucap Piedimonte.
Perayaan Natal di Betlehem ini terjadi saat Israel dan Hamas sepakat gencatan senjata. Gencatan itu tercapai usai lebih dari dua tahun pasukan Zionis menggempur Palestina pada Oktober 2023. Sejak saat itu, lebih dari 70.000 orang tewas dan jutaan warga mengungsi.
(isa/end)

3 hours ago
4































