Saudi Pakai Sistem Makam Tumpuk, Biasa untuk Jenazah Jemaah Haji-Umrah

3 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Arab Saudi telah lama menggunakan sistem makam vertikal atau makam tumpuk, terutama untuk jenazah jemaah haji dan umrah.

Kuburan-kuburan di Arab Saudi dibuat dalam bentuk kaveling, di mana setiap makam ditandai dengan batu kecil atau bongkahan tanpa nisan berukir dan identitas apa pun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesederhanaan ini dilakukan sesuai dengan ajaran Islam yang menghindari pengagungan makam, serta untuk memudahkan penggunaan berulang pada makam.

Di Saudi, tingkat kepadatan penduduk terbilang tinggi. Pada saat yang sama, Saudi juga terus menerima jenazah jemaah haji maupun umrah sehingga lahan untuk pemakaman semakin terbatas.

Masalah ini juga yang sedang dihadapi banyak daerah di Indonesia, terutama Ibu Kota DKI Jakarta. 

Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta menyatakan sebanyak 69 dari 80 tempat pemakaman umum (TPU) di Jakarta sudah penuh.
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta M Fajar Sauri menyebut 69 TPU itu hanya menerima pemakaman dengan metode tumpang.

Menurutnya, pelayanan makam tumpang dilakukan dengan makam keluarga dan cukup efektif menjadi solusi kekurangan lahan makam.

Berdasarkan syariat Islam, setiap jenazah harus dikuburkan dalam satu liang lahat. Jenazah juga dianjurkan untuk segera dimakamkan di tempat ia meninggal, prinsip yang ditegaskan dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

"Segeralah menguburkan jenazah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jenazah seseorang yang wafat di Saudi sebetulnya boleh direpatriasi ke negara asalnya. Kendati demikian, ada syarat-syarat yang harus dilaksanakan bagi pihak keluarga, salah satunya memperoleh sertifikat kematian dan surat bebas penyakit menular.

Keluarga juga harus mengajukan permohonan ke kedutaan besar di Saudi dan mendapat izin resmi dari otoritas Saudi untuk memulangkan jenazah. Bukan cuma itu, jenazah yang hendak dipulangkan pun harus diawetkan lebih dulu sesuai standar internasional.

Karena prosesnya yang panjang dan biayanya yang mahal, hampir semua jenazah jemaah haji dan umrah pada akhirnya dimakamkan di Saudi. Hal ini pun menjadi salah satu faktor keterbatasan lahan pemakaman di Negeri Minyak.

Sebagai solusi, setiap kuburan di Saudi pun digunakan berkali-kali untuk jenazah-jenazah baru. Suatu kuburan akan dibongkar setelah jenazah sebelumnya dikubur selama beberapa tahun dan jenazahnya telah hancur.

Sebagian ulama telah menyatakan bahwa jika kuburan sudah dihuni sejak lama dan jenazahnya telah menjadi debu, maka diperbolehkan menguburkan jenazah lain di dalamnya. Namun, jika tulang-tulangnya masih tersisa, tidak boleh ada jenazah yang dikuburkan bersamanya.

Lain hal jika dalam keadaan darurat. Apabila terdapat banyak jenazah namun lahan yang tersedia sempit, maka boleh untuk menguburkan sejumlah orang dalam satu liang lahat.

Ini sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW saat Perang Uhud, di mana beliau memakamkan dua atau tiga jenazah dalam satu kuburan.

Selain itu, menguburkan dua jenazah juga diperbolehkan apabila dipisahkan oleh sekat tanah. Menurut pandangan Imam Syarkhasi, adanya sekat tanah di antara jenazah sama dengan menguburkan jenazah di liang lahat yang terpisah.

Dalam Islam, prosedur memakamkan beberapa jenazah dalam satu liang kubur juga diatur. Utamanya, para ahli Al Quran harus didahulukan dari yang lainnya. Ini disampaikan oleh Imam Rafi'i dalam kitabnya, seperti dikutip laman NU Online.

"Hal ini berdasarkan hadits bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berkata kepada sahabat Anshor saat perang Uhud, 'Galilah kubur, luaskan, dan dalamkan, lalu masukkan dua atau tiga jenazah dalam satu liang kubur, dan taruh di depan mereka yang hafalan Al-Qur'annya paling banyak, dan posisikan jenazah-jenazah yang paling utama dekat dengan tembok kubur yang menghadap kiblat." (Abdul Karim ar-Rafi'i, asy-Syarhul Kabir, juz V, hal. 245)

(blq/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial