Jakarta -
Berbagai masalah kesehatan silih berganti menerpa Tony Adiyanto (53), seorang mantan pengemudi bus antar kota asal Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Di masa-masa sulit itu, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) selalu setia menemaninya berjuang sembuh sembari mencari nafkah. Saat mengakses layanan di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Purwokerto, Tony menuturkan bahwa ia pertama kali memanfaatkan Program JKN menjalani pengangkatan tumor jinak.
"Awalnya muncul benjolan kecil, ya seperti jerawat. Namun anehnya, lama-lama benjolan ini membesar, muncul ruam, dan mulai beraroma tidak sedap. Ini tentu membuat tidak nyaman apalagi di hari kelima saya tiba-tiba demam. Wah, harus segera berobat ini, begitu pikir saya waktu itu," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (19/5/2025).
Ia pun mengunjungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) untuk berkonsultasi dengan dokter sekaligus menjalani pemeriksaan awal. Namun, dari indikasi medis ia perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan insisi tumor jinak. Setelah dicek darahnya di rumah sakit, Tony diminta berpuasa sebagai persiapan menjalani tindakan operasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Total tiga hari saya harus menjalani rawat inap untuk pemulihan setelah insisi tumor jinak, pelayanannya bagus dan cekatan. Alhamdulillah cukup kontrol sekali untuk pengambilan benang operasi, semuanya kembali normal seperti biasa," ungkapnya.
Tony merasa beruntung memiliki kepesertaan JKN aktif yang didapatkan dari perusahaan tempatnya bekerja. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan gratis tanpa biaya tambahan membuatnya yakin untuk selalu menjadikan Program JKN sebagai andalannya. Baru saja setahun menjalani operasi pengangkatan tumor jinak, Tony kembali harus berjibaku dengan masalah penyumbatan saluran kemih.
Tekanan pekerjaan sebagai seorang pengemudi bus membuatnya kurang menjaga pola hidup yang sehat. Ia sering menahan buang air kecil dan kurang mengonsumsi air putih yang cukup. Gejala yang ia rasakan kala itu yakni keluar darah saat buang air kecil, rasa nyeri, dan berlanjut dengan demam selama empat hari.
"Walau begitu, saya paksakan untuk tetap bekerja. Tapi akhirnya saya tumbang juga. Karena sudah tidak tertahankan saya berujung pingsan dan langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit. Setelah dilakukan rontgen, ternyata ada penyumbatan pada saluran kemih. Saat itu saya diberikan obat penghancur batu penyumbat," tuturnya.
Tony menghabiskan waktu selama empat hari untuk dirawat inap secara intensif di rumah sakit. Setelah pulih dari permasalahan kesehatan ini, ia yang mengaku masih menjalani pola hidup yang kurang sehat harus kembali mengalami penyumbatan saluran kemih di tahun 2023.
"Saya kembali mengalami penyumbatan saluran kemih dan harus mendapatkan penanganan medis yang kurang lebih sama dengan sebelumnya. Pelayanannya bagus, dokternya sangat bersahabat dan peduli. Saya merasa tidak dibeda-bedakan dengan pasien lainnya," jelasnya.
Perjalanan panjang Tony bersama Program JKN dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan membuatnya semakin sadar bahwa memiliki asuransi kesehatan yang berkualitas dan dapat diandalkan merupakan hal yang krusial. Hal ini juga yang mendasarinya untuk tanpa ragu mendaftarkan diri sebagai peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU).
"Sayang saja kalau pemerintah sudah menghadirkan jaminan kesehatan yang sangat terjangkau oleh masyarakat, tapi kita tidak ikut serta. Walaupun bayar sendiri, tapi karena ada kelas-kelasnya, jadi bisa disesuaikan dengan kemampuan finansial kita. Tidak perlu cemas pelayanannya akan dibedakan, yang penting kita pahami prosedurnya dan jaga status JKN kita sekeluarga agar selalu aktif," tegasnya.
(akd/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini