Jakarta -
Ibadah kurban yang setiap tahun kita rayakan selalu menjadi alarm dan pengingat bahwa Islam mewajibkan pengorbanan. Ketika Nabi Ibrahim AS yang makin menua, dan tidak mendapatkan keturunan, secercah harapan muncul ketika Ibu Hajar melahirkan Nabi Ismail AS yang menandai lahirnya anak-anak Nabi Ibrahim berikutnya. Kehadiran Ismail di hati Nabi Ibrahim bak oase di padang gurun.
Di saat hati Nabi Ibrahim mendayu-dayu, menimang bayi Ismail penuh kasih sayang, namun Allah SWT memerintahkan kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail melalui mimpinya. Semula Ibrahim ragu akan ta'wil mimpinya, apakah itu firman Tuhan atau kah bunga tidur.
Namun perintah itu tersirat kuat sebagai pesan Allah SWT. Kebimbangan itu dijawab oleh Ibrahim dengan melaksanakan perintah-Nya untuk menyembelih bayi Ismail.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nabi Ibrahim lulus ujian, kemelekatan hatinya terhadap anak, tidak mampu menduakan terhadap kepatuhan dan kehambaannya kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim memilih 'jalan pedih', sebagai puncak kehambaan untuk menunjukkan totalitas kecintaan kepada Allah SWT. Pembuktian ini dibalas kontan oleh Allah SWT dengan menyelamatkan bayi Ismail.
Kisah ini terus kita peringati setiap tahun dalam Idul Adha, bermakna sangat dalam. Adakah kita sebagai hamba mampu menunaikan tugas sebagaimana yang di jalani oleh Nabi Ibrahim? Rasanya tidak ada yang mampu melampaui Nabi Ibrahim. Bisa jadi karena tidak ada yang mampu, Allah SWT telah 'mendiskon' kewajiban umat, khususnya kepada kaum muslimin.
Atas maha kasih-Nya, Allah SWT hanya memerintahkan kita berkurban hewan kepada yang mampu. Makna kurban derajatnya diturunkan oleh Allah SWT dengan mewajibkan yang kaya untuk berbagi kepada yang miskin. Alangkah tidak tahu dirinya kita sebagai hamba kalau mengabaikan perintah yang 'terdiskon' ini.
Kesadaran berkurban harus kita pupuk sebagai kesadaran yang imanen, bahwa kita bisa sebagai 'tangan' Tuhan untuk berbagi nikmat dan kegembiraan, walau hanya melalui media daging kurban kepada yang fakir.
Bagi kita makan daging sesuatu yang biasa saja, atau bahkan kita sudah fase enggan makan daging. Namun bagi rakyat miskin, konsumsi daging adalah hal yang tidak mereka jumpai tiap hari. Momen yang spesial buat mereka dan keluarganya
DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, di hari kurban ini, alhamdulillah, telah menyalurkan 403 ekor sapi kami distribusikan ke Kantor Kantor DPC PDI Perjuangan se-Jawa Timur, lembaga pendidikan pesantren, masjid, ormas keagamaan, dan tokoh masyarakat.
Barangkali upaya kecil ini tidaklah begitu hebat, namun kami berharap terus bisa menyalakan harapan kepada saudara kita yang fakir, para Wong Cilik. Membantu pemerintah menambah kualitas gizi mereka yang miskin, walau hanya sementara waktu.
Hewan kurban dari DPD PDIP Jawa Timur Foto: dok. DPD PDIP Jawa Tiimur
Namun sepenuhnya kami sadar, tugas kepartaian tentu bukan perihal 'karikatif' semata. Ada kewajiban struktural lebih strategis yang kita perlu perjuangkan bersama yakni membuat program dan kebijakan pemerintahan di semua jenjang bisa merubah nasib rakyat miskin.
Dari upaya kecil berkurban ini, kami berharap juga bisa menggerakkan roda ekonomi para peternak sapi, khususnya di Madura. Bagi warga Madura, Idul Adha adalah Lebaran besar. Warga Madura memiliki tradisi Toron atau kembali ke kampung halaman, melepas rindu kepada keluarga. Berkah rezeki dari berjualan sapi akan menggenapi warga Madura menjamu keluarga di rantau saat pulang kampung.
Selamat merayakan Idul Adha 1446 Hijriah.
Taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga kurban kita diterima Allah SWT dan menjadi berkah bagi semua.
Said Abdullah, Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur
(prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini