Masa Depan RI Ada di Desa, Akademisi Dorong Mahasiswa Bantu Pembangunan

4 hours ago 3

Jakarta -

Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Sofyan Sjaf menegaskan bahwa masa depan Indonesia ada di desa. Jika desanya maju, niscaya Indonesia akan menjadi bangsa yang maju, demikian sebaliknya.

Sayangnya, lanjut Sofyan, saat ini di desa masih terdapat banyak pengangguran. Selain itu, masih banyak kepala desa yang kurang cakap untuk memimpin desanya. Karena itu tak mengherankan jika hanya sebagian kecil desa yang masyarakatnya sejahtera.

"Karena itu saya mendorong agar para mahasiswa kembalilah ke desa, jika satu saat nanti kuliah kalian sudah selesai. Jadilah kepala desa," kata Syofan dalam keterangannya, Minggu (18/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan itu disampaikan Sofyan saat menjadi narasumber pada acara Sarasehan Kehumasan MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan. Acara tersebut berlangsung di Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) Jl. Raya Darmaga Kampus IPB, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (17/5). Tema yang dibahas adalah MPR RI Ekologi Kebangsaan Dalam Harmoni Manusia dan Lingkungan.

Untuk mempercepat laju kesejahteraan desa, kata Sofyan, desa harus menjadi fokus pembangunan. Selain itu pembangunan yang dilaksanakan di desa harus berbasis dari data desa presisi. Jangan terus mengulangi kesalahan data, seperti yang terjadi pada kasus bansos.

"Data tentang profil dan karakter masyarakat desa, itu bisa diketahui dengan mudah. Karena itu kita tak habis pikir, kenapa jumlah masyarakat miskin selalu banyak saat ada bansos," ujarnya.

Pendapat serupa disampaikan staf ahli MPR RI dan juga pembicara kedua pada sarasehan kehumasan tersebut, Yana Indrawan. Menurut Yana, jumlah masyarakat miskin walaupun mengalami penurunan, namun penurunannya semakin landas.

Kemiskinan seperti kerak yang susah diatasi. Padahal, kemiskinan bukan hanya buruk bagi masyarakat miskin sendiri, tetapi juga tidak baik bagi orang kaya. Karena masalah kemiskinan masyarakat, bisa berpotensi menimbulkan kerawanan sosial, terlebih apabila kesenjangan sosial semakin lebar.

Untuk itu, lanjut Yana, agar Pancasila dapat abadi sebagai dasar dan ideologi Negara, maka Pancasila harus menjadi 'nyata'. Rakyat Indonesia harus merasakan bahwa dalam 'Rumah Pancasila' segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia merasa dilindungi dan maju dalam kesejahteraan.

"Kita memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Dari laut saja, mengutip pendapat

Rokhmin Dahuri Pakar Kelautan misalnya, laut kita memiliki potensi sangat besar, mencapai lebih dari lima kali APBN setiap tahunnya. Belum lagi kekayaan alam lainnya," ungkap Yana.

Meski banyak persoalan yang terus menghantui bangsa Indonesia, Yana percaya lambat laun masalah itu akan teratasi. Syaratnya, seluruh bangsa Indonesia menerapkan sila-sila dalam Pancasila.

Menurut Yana, dengan mengamalkan sila pertama saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, seluruh persoalan bisa kita atasi. Tuhan jangan hanya dihadirkan di ruang privat, Tuhan juga harus hadir di ruang publik.

Ketika penyelenggara negara akan membuat kebijakan, Tuhan hadir di situ. Ketika akan menandatangani keputusan, Tuhan pun hadir.

Ketika, lanjut Yana, akan melakukan apa pun, Tuhan selalu hadir. Dengan hadirnya Tuhan di ruang publik, maka korupsi dan bentuk penyelewengan lainnya akan lenyap di muka bumi Indonesia.

(ega/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial