Komnas HAM: Guru di Jember Ungkap Siswa Teriak Belatung di MBG

4 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Anis Hidayah mengungkapkan keterangan sejumlah guru terkait kasus 58 orang siswa yang menjadi korban keracunan makan bergizi gratis (MBG) di SDN 05 Sidomekar, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

"Berdasarkan keterangan dari guru bahwa sejumlah siswa berteriak-teriak, jika makanannya terdapat belatung, dan beberapa siswa yang telah makan makanan tersebut mengalami gejala sakit berupa mual, muntah, dan pusing," kata Anis mengutip Antara, Sabtu (4/10).

"Kalau sesuai data itu, memang terjadi peningkatan jumlah keluhan pada 10 menit setelah mengonsumsi MBG. Itu yang mual keluhannya ada 17 anak, kemudian 12 anak mengeluh mual, dan yang mengeluh nyeri perut sebanyak 7 anak," tambahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan menu dalam MBG tersebut yakni roti tawar, telur rebus yang digoreng, selada, timun, mayones, saus saset, keju parut, susu UHT, dan mendol tempe.

"Selada dan timun merupakan makanan yang paling kuat dikaitkan dengan dugaan keracunan, dengan mempertimbangkan kejadian yang cepat yaitu 10 sampai 15 menit setelah mengonsumsi," katanya.

Keracunan MBG Jember dari selada dan timur

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember menyebut bahwa sayuran selada dan timun yang terpapar bahan kimia diduga menjadi penyebab keracunan dalam program makanan bergizi gratis (MBG) 

"Berdasarkan analisa data epidemiologis, bahwa selada dan timun merupakan makanan yang diduga kuat penyebab keracunan dalam program MBG di SDN Sidomekar," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Jember Rita Wahyuningsih.

Hal tersebut juga disampaikan kepada Rita menjelaskan penyebab paling mungkin adalah akibat paparan bahan kimia atau bisa diasumsikan ada residu pestisida atau deterjen pada sayuran mentah selada dan timun.

Untuk memastikan dugaan itu, Dinkes Jember mengambil sampel makanan dan mengirimkan ke laboratorium kesehatan di Surabaya, namun hasilnya belum diterima.

Sementara Plt Kepala Dinkes Jember A. Helmi Lukman mengatakan bahwa kemungkinan besar penyebabnya pada pencucian sayuran kurang bersih, sehingga masih mengandung residu bahan kimia pada selada dan timun.

"Mengolah sayuran memang sebaiknya dilakukan terakhir agar tidak cepat layu atau rusak, sehingga kebersihan tetap terjaga hingga disajikan kepada siswa," ujarnya.

(tim/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial