Jakarta -
Kanselir Friedrich Merz mengumumkan bahwa Jerman, bersama Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, telah mencabut batasan jangkauan senjata yang dikirimkan ke Ukraina. Langkah ini memungkinkan Kyiv untuk menyerang target militer di wilayah Rusia.
Ukraina sejatinya telah lama menuntut pencabutan larangan tersebut, namun selalu ditolak oleh negara-negara Barat dengan dalih tidak ingin dianggap terlibat perang.
Kini "tidak ada lagi batasan jangkauan untuk senjata yang dikirim ke Ukraina — baik oleh Inggris, Prancis, kami, maupun Amerika Serikat," kata Merz di konferensi digital re:publica di Berlin, Senin (27/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan keputusan ini, Ukraina berarti diizinkan mempertahankan diri, misalnya, dengan menyerang posisi militer di Rusia... Sesuatu yang hingga kini nyaris tak dilakukan. Sekarang mereka bisa melakukannya," lanjutnya.
Merz menegaskan kembali komitmennya terhadap Ukraina lewat unggahan di platform X (dulu Twitter), dengan menulis, "kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk terus mendukung Ukraina."
Meski demikian, Merz tidak merinci negara mana yang terlebih dahulu membuat keputusan tersebut atau pada tahap mana keputusan itu diambil.
Rusia: "Berbahaya" dan bertentangan dengan upaya perdamaian
Kremlin mengecam keputusan tersebut sebagai langkah "berbahaya" dan bertentangan dengan tujuan penyelesaian damai.
"Jika keputusan ini benar-benar diambil, maka itu sangat bertolak belakang dengan aspirasi kami untuk penyelesaian politik... Ini adalah keputusan yang cukup berbahaya," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada jurnalis Rusia Alexander Yunashev.
Rusia telah lama mengecam pengiriman senjata jarak jauh oleh negara-negara Barat ke Ukraina, dan secara khusus memperingatkan Jerman agar tidak mengirim sistem rudal Taurus kepada Ukraina, karena memiliki daya jelajah hingga 500 kilometer.
Perubahan sikap Barat
Pada awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, negara-negara Barat enggan mengirim senjata jarak jauh untuk mencegah eskalasi konflik. Namun, kebijakan itu mulai berubah. Inggris dan Prancis telah memasok rudal jelajah Storm Shadow/Scalp yang dapat menjangkau sekitar 250 kilometer.
Pada November 2024, Presiden AS saat itu Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan sistem rudal ATACMS untuk menyerang target di Rusia. Pada bulan yang sama, Ukraina dikabarkan menembakkan rudal Storm Shadow ke wilayah Rusia setelah mendapat persetujuan dari Inggris. Prancis juga menegaskan bahwa serangan terhadap target militer di Rusia adalah opsi yang sah.
Di bawah bekas Kanselir Olaf Scholz, Jerman memilih tidak mengirim sistem rudal Taurus demi menghindari provokasi terhadap Moskow. Sebaliknya, meski Merz pernah menyatakan dukungannya secara terbuka, dia tidak menyebutkan Taurus secara spesifik dalam pernyataannya hari Senin.
Pemerintah baru Jerman kini memilih untuk tidak mengumumkan secara terbuka jenis senjata yang dikirim ke Ukraina, dengan alasan strategi ambiguitas.
Rusia memperingatkan bahwa jika Ukraina menggunakan rudal Taurus buatan Jerman untuk menyerang infrastruktur transportasi, hal itu akan dianggap sebagai "keterlibatan langsung" Berlin dalam konflik.
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha
Editor: Hendra Pasuhuk
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini