Jakarta -
Warga Australia Alan Maurice dan suaminya, David, tidak sabar untuk kembali liburan ke India untuk ketiga kalinya.
Pasangan ini telah menyelesaikan rangkaian perjalanan "Segitiga Emas" yang menghubungkan Kota New Delhi, Agra, dan Jaipur. Awal tahun ini, mereka mengunjungi Mumbai dan Hampi di India Selatan, yang terkenal dengan kuil dan istananya.
"Rencananya adalah mengunjungi Kerala, Kashmir,dan Delhi segera. Tempat-tempat ini sudah ada dalam daftar tujuan kami. Agensi yang mengatur perjalanan kami sangat keren dalam mengatur tur ini," kata Maurice kepada DW.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
David setuju bahwa pengalamannya bepergian di India sangat menyenangkan. "Saya tidak ingat satu pun kejadian buruk dalam perjalanan kami. Kami berhati-hati dan waspada, tetapi banyak tempat yang kami kunjungi menawarkan lingkungan yang inklusif, yang menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat," kata David kepada DW.
Alan dan David termasuk di antara ribuan wisatawan gay yang mengunjungi India, yang sekarang dikenal sebagai tujuan wisata LGBTQ+ yang sedang berkembang, didorong oleh meningkatnya minat dari sektor perhotelan dan pariwisata serta lonjakan banyak pemain yang memasuki pasar ini. Dari wisata mewah hingga wisata hemat
Perusahaan seperti Indjapink, Pink Escapes, Pink Vibgyor, dan LGBT Tourism India secara khusus melayani pasar wisata LGBTQ+, menawarkan pengalaman yang disesuaikan. Ada berbagai macam pengalaman mewah mewah hingga pilihan backpacking hemat.
"Kami telah melihat peningkatan jumlah wisatawan LGBTQ+ yang memilih hostel kami sebagai tempat menginap untuk menjelajahi semangat India yang beragam dan semarak. Mereka datang bukan hanya untuk melihat pemandangan, tetapi juga untuk merasa diperhatikan, dihormati, dan menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar dan ramah," Pranav Dangi, pendiri dan CEO "The Hosteller," jaringan hostel backpacker.
"Kami tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga mempekerjakan anggota dari komunitas LGBTQ+ yang telah memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan organisasi kami. Di tempat kami, setiap orang bebas untuk menjadi diri mereka sendiri."
India menjadi tujuan wisata LGBTQ+ yang sedang berkembang
Menurut International LGBTQ+ Travel Association (IGLTA), jaringan bisnis pariwisata LGBTQ+, India telah membuat langkah maju dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi komunitas LGBTQ+.
"India tidak dapat disangkal lagi merupakan destinasi yang sedang berkembang di sektor perjalanan ini, dengan sektor perhotelan dan pariwisata yang jelas menunjukkan minat yang lebih besar di pasar ini," kata presiden dan CEO IGLTA, John Tanzella kepada DW.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan hukum seperti mendekriminalisasi hubungan sesama jenis dan mengakui jenis kelamin ketiga telah menandakan pergeseran budaya yang lebih luas menuju penerimaan," tambahnya.
Menurut Indeks Perjalanan Gay 2024 yang disusun oleh International Spartacus Gay Guide yang bermarkas di Berlin, India berada di peringkat ke-44 dari 213 negara dan wilayah untuk keselamatan perjalanan LGBTQ+, yang merupakan peningkatan signifikan dari peringkatnya yang ke-82 di antara 150 negara dalam Indeks Keselamatan Perjalanan LGBTQ+ 2021.
"Saya melihat India punya potensi. Kelompok yang meminta paket terus meningkat dan bisnis saya naik 15 hingga 20% per tahun. Kami memberikan sosialisasi kepada pemandu, staf perjalanan, dan pengemudi kami... ini merupakan perjalanan yang asyik," ujar Rajat Singla dari agen perjalanan LGBTQ+ Pink Vibgyor kepada DW.
Rajesh Khanna, direktur eksekutif Abercrombie & Kent, sebuah agen perjalanan mewah terkemuka, mengatakan kepada DW bahwa mayoritas klien LGBTQ+ dari agen tersebut berasal dari Amerika Utara, dengan segmen yang lebih kecil dari Eropa.
"Permintaan terhadap ceruk ini semakin meningkat. Mereka menyukai festival warna-warni, Holi, dan klien kini mulai menjelajahi wilayah selatan," kata Khanna kepada DW.
Agen perjalanan kelas atas seperti "Serene Journeys," yang menawarkan perjalanan eksklusif dan privat bagi pelanggan, berbicara kepada setiap pelancong sebelum mengatur perjalanan mereka.
Robindro Saikhom, yang mengelola agen perjalanan LGBTQ+ kelas atas "Serene Journeys," mengatakan kepada DW bahwa ia telah melakukan beberapa perjalanan dengan suaminya ke India.
Ia menambahkan agensinya tidak memasarkan India sebagai "destinasi gay" sebagaimana kota-kota seperti Sitges, San Francisco, atau Berlin mungkin dikenal dengan Parade Kebanggaan dan kehidupan malam LGBTQ+.
"Sebaliknya, kami menampilkan India sebagai destinasi yang kaya budaya, aman, dan sangat bermanfaat — destinasi yang menawarkan kesehatan, warisan budaya, alam, pengalaman kuliner, dan hubungan sosial yang bermakna," jelasnya.
Pariwisata LGBTQ+ merupakan sektor yang sedang berkembang
Meskipun jumlah pasti kedatangan pasangan gay di India tidak tersedia karena pertimbangan privasi dan data, IGLTA mengatakan telah melihat indikator pertumbuhan yang jelas, dengan lebih banyak agen perjalanan dan operator tur yang menawarkan opsi berorientasi LGBTQ+ selama setahun terakhir.
"Keanggotaan IGLTA di India hampir dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir, menyoroti meningkatnya pengakuan sektor pariwisata terhadap nilai dan pentingnya menyambut pasar global yang beragam ini," kata Manajer Keanggotaan IGLTA di India, Parth Patnaik kepada DW.
"Dengan negara-negara tetangga, seperti Nepal, yang menjadi lebih inklusif, hal itu membantu membuka mata India terhadap potensinya," tambahnya.
Mahkamah Agung India mendekriminalisasi homoseksualitas pada tahun 2018, tetapi pernikahan sesama jenis masih belum diakui secara hukum. Masalah ini masih tertunda di parlemen.
Tanzella menunjukkan salah satu tantangan terbesarnya adalah menjembatani kesenjangan pengetahuan karena semakin banyak agen perjalanan yang melayani sektor ini. "Kuncinya adalah pendidikan berkelanjutan dan keterlibatan autentik dengan masyarakat. Dan kami berharap bahwa kesetaraan pernikahan akan menjadi langkah penting berikutnya, dalam waktu dekat," pungkasnya.
*Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Yuniman Farid
Tonton juga "India Minta IAEA Awasi Ketat Senjata Nuklir Pakistan" di sini:
Saksikan Live DetikSore:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini