Jakarta -
Pemerintah terus mencari jalan keluar dalam mengarungi gejolak perekonomian dunia dengan meningkatkan intensitas perdagangan global. Seiring dengan rencana tersebut, industri maritim logistik Indonesia diyakini akan terus tumbuh dan menjelma menjadi salah satu maritime hub penting di kawasan Asia.
"Dan saya kebutuhan itu semua akan membutuhkan ketersediaan jumlah kapal yang banyak," ujar Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Anindya Bakrie, dalam keterangannya, Rabu (11/6/2025).
Hal tersebut ia sampaikan dalam sesi panel Market Outlook for Shipping di ajang Indonesia Maritime Week (IMW) 2025 di Jakarta, Rabu (28/5). Anindya menyebut pemerintah saat ini terus menggenjot intensitas perdagangan berbagai sektor dengan sejumlah negara mitra strategis seperti China, Amerika Serikat, Uni Eropa, negara anggota BRICS, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi demikian, Anindya meyakini industri pelayaran akan semakin cerah hingga beberapa tahun ke depan. IMW 2025 diikuti oleh para pemimpin kunci industri logistik ini membahas tantangan dan peluang industri maritim di tengah gejolak ekonomi dunia.
Seperti diketahui, konflik geopolitik, kebijakan tarif, hingga krisis iklim merupakan variabel penting yang mempengaruhi rantai suplai perdagangan dunia. Selaras dengan upaya pemerintah dalam mendorong perekonomian nasional, Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) dari PT Pertamina (Persero) PT Pertamina International Shipping (PIS) menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi ketidakpastian global guna menjaga performa kinerja perusahaan.
Hal ini dipaparkan oleh Direktur Utama PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) I Ketut Laba, yang mewakili SH IML di panggung IMW. Ia memaparkan saat ini tren pertumbuhan ekonomi masih di sekitar 5%, diikuti dengan permintaan minyak domestik diperkirakan naik sekitar 4,5%, serta pengapalan minyak yang juga tumbuh sekitar 5%.
Di tengah pertumbuhan positif tersebut, Ia menilai pertumbuhan jumlah kapal di Asia belum bisa mengimbangi lonjakan pasar yang diperkirakan hanya tumbuh 2,5% per tahun, serupa dengan pertumbuhan jumlah kapal berbendera Indonesia.
Ketersediaan jumlah dan keandalan kapal diperkirakan jadi pekerjaan rumah yang perlu ditangani guna mengejar kebutuhan pasar. I Ketut Laba mengatakan strateginya adalah mengembangkan kekuatan armada dan menurunkan usia rata-rata kapal.
"Strategi ekspansi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik yang akan terus meningkat, tapi juga menangkap peluang bisnis di pasar internasional dengan menyediakan armada yang andal serta memenuhi regulasi," imbuh I Ketut Laba.
PT Pertamina International Shipping (PIS), yang menaungi PTK sebagai Sub Holding Integrated Marine Logistic (SH IML), saat ini tercatat mengelola lebih dari 700 kapal, dengan 106 kapal milik yang diawaki sekitar 10.000 pelaut andal. PTK sendiri berkontribusi terhadap 402 kapal dari total armada.
PIS juga terus memperbarui armadanya dengan sejumlah kapal tanker baru yang dilengkapi teknologi mumpuni untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan. Total ada 11 armada tanker baru yang PIS hadirkan sepanjang 2024, termasuk 4 kapal Very Large Gas Carrier (VLGC). Dengan penambahan unit-unit baru tahun ini, PIS kini memiliki tujuh tanker VLGC dengan rerata usia 3,42 tahun.
"Selain perawatan armada, kami juga terus memperbarui teknologi dan ramah lingkungan. Dengan demikian, kami tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan domestik, tapi juga dapat menangkap potensi pengangkutan internasional secara maksimal," kata I Ketut Laba.
Bicara soal menjaga ketersediaan kapal bukan tanpa tantangan sama sekali. Salah satu persoalan yang dihadapi industri pelayaran adalah armada yang semakin berumur.
COO Caravel Group sekaligus Chairman The Hong Kong Shipowners Association Ltd Angad Banga di kesempatan yang sama menjelaskan kondisi tersebut mengharuskan peremajaan armada untuk perdagangan ekspor, domestik, serta kebutuhan bahan bakar yang ditentukan untuk pengangkutan tertentu.
(anl/ega)