Demi Pengakuan, Israel Berani Buka Relasi dengan 2 'Negara Gagal' Ini

3 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Israel secara mengejutkan mendukung dan mengakui Somaliland sebagai negara berdaulat pada Jumat (26/12).

Padahal Somaliland, yang merupakan pecahan Somalia, tidak diakui oleh banyak negara termasuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Somaliland mendeklarasikan kemerdekaan dari Somalia pada 1991, setelah cukup lama berkonflik. Kelompok pemberontak Somali National Movement (SNM) adalah yang berperang dengan Somalia hingga kini.

Somalia masuk dalam kategori "negara gagal" bersama sejumlah negara seperti Sudan, Kongo dan Zimbabwe. Salah satu indikatornya adalah konflik internal berkepanjangan.

Sikap Israel ini tak pelak membuat 21 negara Arab hingga Afrika menyatakan penolakan dan kecaman mereka atas keputusan Israel yang mengakui kemerdekaan Republik Somaliland pada Jumat (26/12) lalu. Mereka memperingatkan bahwa langkah Israel telah melanggar hukum internasional dan mengancam stabilitas regional.

Langkah yang diambil Israel mendekati negara Afrika yang mayoritas Muslim, bukan yang pertama.

Pada 2021 Sudan sudah mengumumkan membuka normalisasi dengan negara zionis ini. Pengumuman ini disampaikan tak lama setelah penguasa Sudan sebelumnya, Omar al Bashir tumbang.

Normalisasi Sudan dan Israel diinisiasi oleh Presiden Donald Trum lewat Abraham Accord. Bahkan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin Dewan Kedaulatan transisi sipil-militer di Sudan, telah bertemu secara diam-diam dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Februari 2020 di Uganda. Mereka serius membuka hubungan diplomatik.

Menurut Kholood Khair, seorang analis politik Sudan, Abraham Accord merupakan cara bagi pemerintah transisi Sudan untuk "mencoba dan memperbaiki hubungan antara dirinya dan Amerika setelah jatuhnya [mantan diktator] Omar al-Bashir, dan juga antara dirinya dan Emirat yang sangat anti-Ikhwanul Muslimin," ujar Khair seperti dikutip dari Al Jazeera.

Apalagi Burhan merasa senang dengan sinyalemen Amerika Serikat yang menyatakan bahwa negaranya siap mempertimbangkan untuk menghapus Sudan dari daftar negara sponsor terorisme. Tiga tahun setelah perjanjian Abraham itu, kondisi Sudan malah memburuk.

Sebab meskipun Netanyahu menggambarkan hubungannya dengan Sudan sebagai kemenangan kebijakan luar negeri, hal itu dapat menjadi bumerang jika pemerintahan terpilih di Sudan di masa mendatang mengaitkan perjanjian normalisasi dengan militer.

Dan yang membuat banyak pihak bertanya-tanya, normalisasi Israel terhadap Sudan, justru di tengah perang saudara negara tersebut.

Sudan kini mengalami masa-masa sulit akibat perang saudara antara militer dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah pasukan paramiliter yang kuat, yang dimulai pada April 2023.

Bahkan, Sudan sebenarnya bukan negara sahabat Israel sejak lama. Negara di Afrika ini. Khartoum telah lama dikenang oleh orang Israel sebagai kota tempat Liga Arab pada tahun 1967 mengumumkan resolusi "Tiga Tidak" terhadap Israel - tidak ada pengakuan, tidak ada perdamaian, dan tidak ada perundingan.

Sebab meskipun Netanyahu menggambarkan hubungannya dengan Sudan sebagai kemenangan kebijakan luar negeri, hal itu dapat menjadi bumerang jika pemerintahan terpilih di Sudan di masa mendatang mengaitkan perjanjian normalisasi dengan militer.

Perjanjian taktis semacam itu akan membahayakan peluang di masa depan untuk memulihkan hubungan Israel-Sudan oleh pemerintahan Sudan yang terpilih.

(imf/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial