Dari Warung Hingga Koperasi: Semua Usaha Penting Dicata

2 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Di sudut trotoar, ada warung kopi yang setiap pagi ramai pelanggan. Di kompleks perumahan, ada ibu-ibu yang menjahit pesanan online.

Di desa, koperasi simpan-pinjam melayani puluhan anggota. Di pusat kota, pabrik, dan restoran besar menyerap tenaga kerja.

Semua itu, mulai dari warung, koperasi, atau pabrik besar, adalah bagian dari wajah ekonomi Indonesia. Dan agar wajah itu terlihat utuh, dibutuhkan satu pencatatan besar: Sensus Ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sensus Ekonomi bukan sekadar hitung-hitungan. Ini adalah upaya negara untuk "mencatat" seluruh unit usaha di tanah air, dari pedagang kaki lima hingga perusahaan multinasional.

Hasilnya bukan hanya sekadar angka. Data hasil sensus akan menjadi dasar perencanaan dan kebijakan.

Melalui kebijakan berbasis data, dukungan terhadap UMKM, permodalan, maupun arah pembangunan akan lebih tepat sasaran.

Tanpa data yang lengkap, program bantuan atau kebijakan fiskal bisa meleset dari sasaran, menguntungkan sebagian pelaku, namun meninggalkan yang lainnya.

Bagaimana Keadaan Perekonomian Versi Sensus Terakhir?

Sensus Ekonomi terakhir dilakukan pada Mei 2016. Sensus Ekonomi 2016 mencatat sekitar 26,7 juta unit usaha nonpertanian di seluruh Indonesia.

Angka ini menunjukkan pertumbuhan dibandingkan sensus sebelumnya dan menegaskan betapa luasnya aktivitas ekonomi di negeri ini. (sumber: se2016.bps.go.id)

Menariknya, hampir seluruh jenis usaha tersebut merupakan usaha mikro dan kecil (UMK). Dari total 26,23 juta unit usaha yang didata, 98,18 persen adalah usaha mikro dan kecil.

Ini menggambarkan betapa dominannya peran UMK dalam penyerapan tenaga kerja dan kegiatan ekonomi sehari-hari masyarakat. Oleh karena itu, jika kita ingin memahami denyut nadi ekonomi rakyat Indonesia, maka perhatian kita pada UMK seharusnya menjadi titik awal (sumber: se2016.bps.go.id).

Distribusi usaha juga memperlihatkan pola spasial dan sektoral yang menarik untuk dicermati. Pulau Jawa, sebagai pusat kepadatan penduduk dan aktivitas bisnis, menampung sekitar 60,72 persen dari keseluruhan unit usaha nonpertanian yang tercatat.

Di sisi jenis aktivitas usaha, perdagangan besar dan eceran (termasuk reparasi kendaraan) menjadi kelompok usaha terbesar, menyumbang hampir setengah dari seluruh unit usaha yang berdiri. (sumber: se2016.bps.go.id)

Mengapa Inklusivitas itu Penting?

Bayangkan pemerintah merancang insentif pajak, program pembiayaan mikro, atau pelatihan digital untuk meningkatkan daya saing usaha, tetapi program itu hanya menjangkau usaha yang "tampak" di data formal.

Jika banyak warung, tukang, atau koperasi kecil yang tidak tercatat, mereka tak akan tersentuh bantuan. Sensus yang inklusif memastikan bahwa setiap pelaku ekonomi, termasuk usaha informal yang rutin bertransaksi di lingkungan lokal, mendapat pengakuan dalam data nasional dan berpeluang mendapatkan perhatian kebijakan.

Selain itu, data sensus membantu mengukur struktur tenaga kerja, produktivitas, dan nilai tambah sektor. Dengan mengetahui berapa banyak usaha mikro yang menyerap tenaga kerja, misalnya, pembuat kebijakan dapat merancang program pelatihan kerja yang relevan dan penyediaan fasilitas pendukung yang benar-benar diperlukan.

Warung, Koperasi, dan UMK Lebih dari Sekadar Usaha Kecil

Seringkali keberadaan warung atau tukang jahit dianggap "tidak signifikan" secara makro. Namun bila dicermati lebih dalam, warung demi warung, tukang demi tukang, menjadi tulang punggung ekonomi lokal, sumber pendapatan keluarga, tempat perputaran uang di tingkat RT/RW, serta titik awal rantai nilai produk lokal.

Koperasi simpan pinjam juga menjadi sarana inklusi finansial di banyak wilayah. Mencatat koperasi sama artinya memberi pengakuan terhadap usaha kolektif yang membantu stabilitas ekonomi masyarakat.

Koperasi yang terdata juga memudahkan pemerintah untuk memetakan kebutuhan pembiayaan, kapasitas manajerial, dan potensi pengembangan ekonomi berbasis komunitas. Semua ini berguna untuk memperkuat ekonomi yang berkeadilan.

Bagaimana Sensus Ekonomi Menjangkau Usaha Mikro dan Kecil?

Metode sensus modern tidak hanya mengandalkan pengisian formulir formal. Petugas lapangan akan melakukan pendataan dengan mengunjungi pintu ke pintu (door-to-door) untuk memastikan unit usaha berhasil diidentifikasi. Baik usaha yang belum berbadan hukum atau yang beroperasi secara informal.

Di era digital ini, upaya integrasi data administrasi dengan data sensus terus dijajaki untuk memperkuat akurasi. Karena itu partisipasi aktif pemilik usaha ketika petugas datang atau ketika sensus membuka pendataan online menjadi krusial.

Ikut Dicatat itu Menguntungkan

Bagi pemilik warung, koperasi, atau usaha rumahan, pencatatan dalam sensus bukan sekedar formalitas. Ini adalah pintu agar kebutuhan usaha Anda masuk ke perencanaan kebijakan. Data yang lengkap memungkinkan akses program kredit mikro yang lebih cocok, pelatihan yang relevan, hingga penyusunan kebijakan harga dan perlindungan sosial ketika badai ekonomi datang.

Bagi pembuat kebijakan dan pelaku penunjang ekonomi, data sensus adalah bahan bakar kebijakan. Perencanaan program subsidi, pelatihan vokasi, pembangunan infrastruktur pasar, atau program digitalisasi UMKM akan jauh lebih efektif bila didasarkan pada gambaran usaha yang akurat dan lengkap.

(tim)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial