Jakarta, CNN Indonesia --
Lonjakan harga emas di tengah gejolak ekonomi dunia kembali menempatkan komoditas itu sebagai primadona. Roda ekonomi pun bergerak di bawah kilau sang logam mulia yang kian menjadi sorotan.
Melonjaknya permintaan emas sebagai salah satu instrumen investasi yang memberikan keamanan di tengah gonjang-ganjing ekonomi global, membuat kepastian pasokan menjadi sangat krusial.
Di tengah gairah global tersebut, PT Antam Tbk melalui Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor terus mempercepat langkah untuk memastikan pasokan emas nasional tetap terjaga, khususnya dari tambang emas Pongkor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang kini menjadi tumpuan perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pongkor merupakan tambang kedua Antam yang tumbuh kian kuat menjadi pusat produksi emas terpenting bagi perusahaan dan juga Indonesia saat umur tambangnya justru mulai mendekati fase akhir. Saat ini, cadangan di tambang tersebut sebanyak 166 ribu ounce atau 5,16 ton emas, sementara sumber dayanya mencapai 649 ribu ounce atau 20,19 emas.
General Manager Gold Mining Business Unit (UBP) Emas Antam Nilus Rahmat mengatakan saat ini, tambang Pongkor memproduksi sekitar 1 ton emas per tahun dan menjadi satu-satunya unit tambang emas yang aktif di dalam portofolio UBP Emas.
Tingginya produksi dan potensi cadangan tersebut membuat Antam terus mengoptimalkan kegiatan eksplorasi di Pongkor. Nilus menegaskan hal itu dilakukan untuk mempercepat pencarian cadangan baru agar kesinambungan produksi tidak terputus.
"Untuk memastikan sumber daya dan cadangan masih ada, tim geologi dan mineral melakukan eksplorasi intensif dari dalam tambang," ujarnya dalam kunjungan Peserta MediaMind ke Pongkor, Kamis (16/10).
Eksplorasi bawah tanah menjadi fokus utama. Izin eksplorasi permukaan seperti Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) masih berproses, sehingga seluruh tim eksplorasi dan pengembangan masih bekerja di ruang yang sama dengan tim operasi. Adapun penjadwalan dan pengaturan area kerja dilakukan ketat agar setiap aktivitas berjalan tanpa mengganggu satu sama lain.
"Sehingga nanti mudah-mudahan setiap tahun ada rekonsiliasi untuk mendapatkan data cadangan yang baru," kata Nilus.
Proyeksi awal menyebutkan cadangan Pongkor akan habis pada 2030. Namun, pemodelan terbaru menunjukkan harapan baru.
"Dengan kapasitas yang ada saat ini, kita masih bisa sampai 2031, bahkan lebih dari 2032," tegas Nilus.
Nilus menambahkan eksplorasi menjadi kunci menjaga ritme produksi di tengah permintaan emas dunia yang terus meningkat. Dengan harga emas yang terus menguji level tertinggi sepanjang masa akibat ketidakpastian ekonomi global, keberadaan pasokan emas nasional semakin krusial.
"Yang jelas, eksplorasi tidak boleh berhenti. Kita pastikan cadangan tetap ada agar produksi bertahan stabil," ujarnya.
Koordinasi erat dengan tim tambang, lanjutnya, merupakan fondasi utama eksplorasi bawah tanah. Ruang kerja yang terbatas harus dimanfaatkan seefisien mungkin tanpa mengorbankan faktor paling penting di dunia pertambangan. "Keselamatan tetap nomor satu," tegasnya.
Untuk memperluas peluang penemuan cadangan, eksplorasi menyasar empat front utama, yakni Gudang Handak; Kubang Cicau; Ciguha; dan Ciurug, area yang dinilai masih menyimpan mineralisasi potensial.
Demi Lingkungan yang Tetap Terjaga
Di tengah dorongan agresif menjaga pasokan emas, Antam juga menata langkah menuju target netral karbon (net zero emission/NZE) 2060.
Menurut Nilus, sebagian besar peralatan kini telah beralih ke tenaga listrik, sementara peralatan berbahan bakar diesel perlahan digantikan dengan pemakaian biosolar hingga 40% untuk menekan emisi. Di Pongkor, bauran energi terbarukan bahkan kini mencapai sekitar 60%.
"Penggunaan biosolar terus kita tingkatkan sesuai arahan pemerintah," katanya.
Sementara itu, pengelolaan lingkungan dilakukan dengan pendekatan beyond compliance, yakni bukan sekadar memenuhi regulasi, tetapi memastikan limbah, jejak operasi, dan potensi gangguan ekosistem diolah dengan standar ketat.
"Kami juga melakukan pengelolaan lingkungan yang beyond compliance, terutama kaitan dengan ESG [environmental, social, and governance]. Kami lakukan upaya-upaya, termasuk juga pengelolaan limbah," jelasnya.
Langkah-langkah ini menjadi penting karena standar keberlanjutan kini menjadi faktor besar bagi investor global, terutama di sektor ekstraktif seperti pertambangan. Antam berupaya memastikan bahwa produksi emas bukan hanya stabil, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan ekologis.
Menurut Nilus, kendati umur operasional Pongkor sangat bergantung pada kegiatan eksplorasi, transformasi energi, efisiensi operasional, dan inovasi teknologi juga menjadi hal yang vital dan tak boleh sedikitpun diabaikan.
Jejak Langkah Sang Pilar Antam
Transformasi tambang emas Pongkor yang kini menjadi salah satu pilar bisnis Antam tak terjadi dalam semalam. Perjalanan panjang mengiringi setiap langkah dan perkembangan tambang tersebut.
Marketing & Communication Bureau Head ANTAM UBPP Logam Mulia Arief Armanto mengatakan eksplorasi awal tambang emas tersebut sudah dilakukan sejak 1974 sebelum ditemukan urat emas dan perak pada 1981.
"Di tahun 1988 kita mulai eksplorasi, kemudian di tahun 1991 kita mulai dengan FS [feasibility study] dan produksi pertama," katanya.
Fasilitas pertambangan pun dibangun pada 1992, termasuk sistem terowongan yang menjadi urat nadi aktivitas tambang di Pongkor.
"Kemudian di tahun 1994 ini plant 1 sudah mulai beroperasi, kemudian di tahun 1997 kita mulai operasi dengan plant 2. Jadi ada dua plant di Pongkor," tuturnya.
Proses penambangan pun tidak mudah. Berlokasi di wilayah pegunungan, berdampingan dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), tambang emas Pongkor yang memiliki area seluas 6.047 hektare cukup sulit dijangkau.
Adapun operasi tambang berlangsung selama 24 jam dengan produksi batuan sekitar 303.000 metrik ton yang mampu menghasilkan sekitar 1 ton emas per tahun.
"Metode kami cut and fill ya, jadi batuan itu kita ambil kemudian kita isi kembali," ujarnya.
Bersambung ke halaman berikutnya...

1 hour ago
2

























