Cerita Jaksa 3T: Pertaruhkan Nyawa hingga Pengabdian Tanpa Pamrih

1 day ago 8

Jakarta -

Adhyaksa Awards 2025 menghadirkan nominasi baru yakni Jaksa Pengawal Daerah Tertinggal. Nominasi ini merupakan bentuk penghormatan bagi mereka yang mengemban tugas di daerah tertinggal, terdepan dan terluar Republik ini.

Pulau Rote yang berlokasi di Nusa Tenggara Timur masuk dalam jajaran wilayah yang dinominasikan dalam kategori Jaksa Pengawal Daerah Tertinggal. Terletak di ujung selatan Indonesia, Rote merupakan pulau terpencil dengan akses yang sangat terbatas.

Kepala Kejaksaan Tinggi NTT, Zet Tadung Allo menyebut Rote sebagai salah satu daerah 3T yang paling menantang. Satu-satunya akses menuju wilayah ini adalah melalui jalur laut dengan kapal yang pelayarannya sangat bergantung pada kondisi cuaca.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua orang itu harus tahu bagaimana suka dukanya bertugas di daerah pulau seperti itu yang sulit diakses. Ke sana harus pakai kapal laut yang pelayaran terbatas dan kapal lautnya juga tergantung cuaca," ucap Zet dihubungi detikcom, Rabu (11/6/2025).

Cuaca yang tidak menentu membuat jaksa-jaksa yang bertugas di daerah 3T ini harus bersabar untuk sekadar bertemu keluarga. Tak sedikit dari mereka yang harus menunggu hingga berbulan-bulan lamanya sebab faktor cuaca yang tidak memungkinkan mereka melakukan perjalanan.

"Mereka yang di Rote itu bisa saja berbulan-bulan di sana tidak bisa pulang karena faktor cuaca di waktu-waktu tertentu," kenangnya.

Di Pulau Rote, proses persidangan tidak dapat dilakukan di tempat lantaran belum tersedia tempat pengadilan. Setiap agenda sidang harus dilaksanakan di Kota Kupang yang hanya dapat dijangkau melalui perjalanan laut dengan ombak yang tak menentu.

"Di Rote itu belum ada pengadilan, jadi mereka harus sidang ke kota Kupang dimana mereka harus naik kapal laut. Nah kapal laut ini ombaknya itu sangat besar. Kadang-kadang mereka itu pertaruhan nyawa," ucap Zet.

Perjalanan yang semestinya menjadi bagian dari rutinitas hukum justru berakhir duka karena keganasan laut. Zet lalu mengenang sebuah tragedi yang menjadi bukti nyata beratnya pengabdian di daerah 3T. Seorang jaksa gugur dalam tugas, tenggelam bersama kapal saat mengantar tahanan dari Kupang ke Rote.

"Dulu ada petugas yang mengantar tahanan dari Kupang ke Rote, tenggelam kapalnya sampai Jaksa satu orang ada yang meninggal," tuturnya.

Minimnya jumlah jaksa dan staff yang ingin ditempatkan di wilayah 3T ini juga menjadi tantangan tambahan yang ada. Di beberapa daerah, hanya ada dua hingga tiga orang jaksa yang bertugas.

"Di sana itu rata-rata pegawainya kurang," ujarnya.

Karenanya, Zet berharap dedikasi para jaksa di wilayah 3T dihargai secara setimpal melalui sistem promosi. Ia juga menyebut jaksa-jaksa di daerah 3T harus cukup tangguh dengan rasa pengabdian yang tinggi.

"Jaksa yang pernah ditempatkan di 3T itu harus ada promosinya dan dia berhak untuk mendapatkan promosi setelah dia meninggalkan segala kenyamanan dinas seperti teman-teman yang lain di kota-kota," katanya

"Mereka juga harus cukup tangguh dan punya pengabdian yang tinggi di manapun dia ditempatkan," tutup Zet.

Tahun ini, Adhyaksa Awards 2025 menambahkan dua nominasi baru yakni Jaksa Kreatif dalam Edukasi Hukum dan Jaksa Pengawal Daerah Tertinggal. Masyarakat dapat memberikan penilaian dan masukan kepada panitia siapa saja jaksa yang layak mendapatkan Adhyaksa Award 2025. Panitia berharap masyarakat memberikan informasi dengan benar, runut dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Masyarakat dapat mengisi form di sini.

(whn/whn)

Loading...

Adhyaksa Awards 2025

Usulkan jaksa teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial