Apa Itu Kemarau Basah dan Bagaimana Prediksi BMKG di 2025?

7 hours ago 3

Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian wilayah Indonesia akan mengalami kemarau basah pada pertengahan 2025. Hal ini menjadi perhatian karena berdampak pada sektor pertanian, sumber daya air, hingga potensi bencana.

Kemarau basah bukanlah musim hujan yang berkepanjangan, melainkan kondisi saat hujan masih terjadi meskipun wilayah Indonesia memasuki musim kemarau. BMKG mencatat kondisi ini berkaitan erat dengan pengaruh global, seperti fenomena atmosfer, La Nina.

Apa Itu Kemarau Basah?

Kemarau basah adalah kondisi ketika hujan masih turun secara berkala pada musim kemarau, atau disebut juga sebagai kemarau yang bersifat di atas normal. Biasanya, musim kemarau di Indonesia identik dengan cuaca panas dan minim hujan. Namun, dalam kemarau basah, intensitas hujan masih tergolong tinggi meski frekuensinya menurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemarau basah adalah kondisi ketika hujan masih terjadi secara berkala selama musim kemarau, atau dikenal sebagai musim kemarau dengan sifat di atas normal. Umumnya, musim kemarau di Indonesia ditandai dengan cuaca kering dan minim hujan. Namun pada kemarau basah, intensitas hujan masih relatif tinggi meski frekuensinya menurun.

Mengutip penjelasan BMKG, fenomena ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer regional dan global, seperti suhu muka laut yang lebih hangat, angin monsun yang tetap aktif, atau keberadaan La Nina yang disertai dengan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Dampaknya, hujan masih turun di sejumlah wilayah meskipun sudah memasuki musim kemarau.

Prediksi BMKG soal Musim Kemarau 2025

Untuk tahun ini, BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau pada Mei hingga Juni 2025. Namun, tidak semua wilayah akan mengalami kondisi kering.

Berdasarkan prediksi sifat musim kemarau 2025, rincian wilayah yang akan mengalami kondisi berbeda adalah sebagai berikut:

  • Kemarau Normal (416 Zona Musim/ZOM): meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua.
  • Kemarau Basah (185 ZOM): meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat hingga tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah.
  • Kemarau Kering (98 ZOM): diperkirakan terjadi di sebagian Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan wilayah selatan Papua.

Adapun puncak musim kemarau 2025 diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus. Dibandingkan kondisi normal, puncak musim kemarau tahun ini kemungkinan datang lebih awal dan berdurasi lebih pendek.

Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk menyesuaikan strategi pengelolaan air, terutama di wilayah yang masih mengalami hujan selama musim kemarau. Koordinasi lintas sektor juga penting untuk mitigasi risiko bencana.

Kemarau basah bukan fenomena baru, namun dampaknya bisa signifikan. Memahami karakteristik dan distribusinya akan membantu masyarakat lebih siap menghadapi musim kemarau 2025, yang tidak sepenuhnya kering seperti biasanya.

Simak juga Video 'BMKG: 2024 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah':

(wia/imk)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial