Apa Itu FOMO, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

2 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Melihat foto atau video teman-teman di media sosial tanpa keterlibatan Anda kerap kali memunculkan FOMO. Sebenarnya apa itu FOMO?

FOMO bisa dikatakan sebagai perasaan tidak nyaman yang terus tumbuh menjadi rasa sedih, cemburu, hingga menurunkan kepercayaan diri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

FOMO muncul karena perkembangan teknologi dan media sosial yang membuat kita selalu terhubung selama 24 jam sehari.

Informasi dan aktivitas orang lain terus mengalir di layar ponsel kita tanpa henti sehingga kita merasa tidak bisa lepas dari dunia luar. Akibatnya, muncul perasaan bahwa hidup kita tidak sebaik orang lain.

Melansir dari laman Cleveland Clinic, berikut penjelasan apa itu FOMO, penyebab, dampak bagi kesehatan, serta cara efektif untuk mengatasinya agar hidup Anda lebih tenang dan bahagia.

Mengenal istilah FOMO

Apa itu FOMO? FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out yakni istilah yang menggambarkan rasa takut atau cemas karena merasa tertinggal dari orang lain.

Biasanya, FOMO muncul ketika seseorang melihat orang lain tampak lebih bahagia, lebih sukses, atau menikmati hidup yang lebih menarik.

Kemudian, FOMO sering kali dipicu oleh media sosial, ketika seseorang bisa dengan mudah membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di dunia maya.

Bukan hanya itu, FOMO bisa terjadi di berbagai aspek kehidupan misalnya, seorang atlet merasa cemas karena melihat rekan latihannya lebih rajin berolahraga.

Lalu, seorang pembaca merasa kurang pintar karena melihat orang lain mampu menyelesaikan banyak buku dalam waktu singkat.

Selain itu, seseorang merasa tertinggal karena teman-temannya sering bepergian dan memiliki pengalaman seru yang tidak ia miliki.

Penyebab FOMO

Setelah memahami apa itu FOMO, penting untuk mengetahui mengapa kondisi ini bisa terjadi. FOMO bisa dialami oleh siapa saja, tapi lebih sering muncul pada individu dengan tingkat kepercayaan diri rendah atau yang sedang mengalami gangguan mental seperti kecemasan (anxiety) dan depresi.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat meningkatkan risiko munculnya kecemasan dan depresi.

Ketika seseorang menjadikan media sosial sebagai satu-satunya cara untuk terhubung dengan dunia luar, terutama bagi mereka yang kesulitan berinteraksi secara langsung, maka ketergantungan itu dapat memperparah FOMO.

Dr. Sullivan dalam pernyataannya di Cleveland Clinic menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan koneksi sosial.

Namun, ketika hubungan itu bergeser ke dunia maya dan tidak diimbangi dengan koneksi nyata, perasaan tidak cukup, tidak berharga, dan tidak termasuk dalam kelompok bisa muncul dengan kuat.

FOMO juga berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia untuk merasa diterima dan diakui. Ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, seseorang akan mencari pengganti melalui validasi sosial dari media digital.

Kemudian, semakin sering seseorang melihat kebahagiaan orang lain di media sosial, semakin besar pula kemungkinan munculnya FOMO.

Dampak FOMO terhadap kesehatan

FOMO tidak hanya berdampak pada emosi, tetapi juga memengaruhi kesehatan fisik. Rasa cemas yang berlebihan akibat FOMO bisa menyebabkan gejala fisik seperti:

  • Ketegangan pada otot perut dan mual
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot dan tubuh
  • Jantung berdebar cepat
  • Gangguan tidur dan rasa gelisah berlebih

Secara emosional, penderita FOMO cenderung mengalami pikiran negatif yang berulang, membandingkan diri secara terus-menerus, dan merasa tidak cukup baik. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menurunkan harga diri dan bahkan memicu depresi.

Jika perasaan ini mulai mengganggu aktivitas harian seperti sulit fokus di sekolah, pekerjaan, atau hubungan sosial. Maka penting untuk segera mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor.

Cara mengatasi FOMO dengan efektif

Mengetahui apa itu FOMO, penyebab, dan dampaknya bagi kesehatan adalah langkah pertama. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana cara mengelolanya agar tidak berdampak buruk pada keseharian Anda.

Berikut beberapa tips yang direkomendasikan oleh para ahli.

1. Kenali dan akui perasaan Anda

Sadari kapan Anda mulai merasa cemas atau iri karena membandingkan diri dengan orang lain. Jika tubuh mulai merespons secara fisik (misalnya jantung berdebar atau kepala pusing), itu tanda untuk berhenti sejenak dari media sosial.

2. Batasi penggunaan media sosial

Buat jadwal khusus untuk membuka media sosial. Misalnya, hanya pada jam tertentu atau hanya di akhir pekan. Anda juga bisa mengaktifkan pengingat waktu penggunaan aplikasi agar tidak berlebihan.

3. Identifikasi pemicu FOMO

Ketahui hal-hal yang paling sering membuat Anda merasa tertinggal. Bisa jadi akun tertentu, teman tertentu, atau jenis konten tertentu.

Setelah mengenalnya, Anda bisa mengurangi paparan terhadap pemicu tersebut.

4. Bangun rasa percaya diri dan jati diri

Lalu, fokuslah pada kelebihan dan nilai-nilai yang Anda miliki. Tulis hal-hal yang membuat Anda bahagia, apa yang membuat Anda unik, dan kegiatan yang membuat hidup Anda bermakna.

Semakin kuat rasa percaya diri Anda, semakin kecil pengaruh FOMO terhadap diri Anda.

5. Sadari realitas media sosial

Ingatlah bahwa apa yang terlihat di dunia maya hanyalah sebagian kecil dari kenyataan. Banyak orang hanya menampilkan sisi terbaik hidup mereka, bukan perjuangan atau kesulitannya.

Dengan menyadari hal ini, Anda bisa lebih realistis dalam menilai kehidupan orang lain.

6. Cari bantuan profesional jika perlu

Jika FOMO sudah memengaruhi kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog. Terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi interpersonal dapat membantu Anda mengubah pola pikir negatif dan membangun hubungan sosial yang lebih sehat.

Dengan memahami apa itu FOMO dan cara mengelolanya, Anda dapat menjalani hidup dengan lebih tenang, fokus, dan penuh rasa syukur terhadap apa yang Anda miliki saat ini.

(gas/juh)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial