Washington DC -
Taipan Amerika Serikat Elon Musk mengaku menyesal telah mengkritik Presiden AS Donald Trump.
Penyesalannya itu diungkapkan melalui cuitan di akun pribadi X miliknya, Rabu (11/06). "Saya menyesali beberapa unggahan saya tentang Presiden @realDonaldTrump minggu lalu. Itu keterlaluan," tulis Musk di platform media sosialnya X, seperti dilansir kantor berita AFP.
Ungkapan penyesalan Musk muncul beberapa hari setelah ketegangan di antara kedua "sohib karib" itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dulu, Elon Musk vokal mengkritik Donald Trump saat kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016. Namun, miliarder pendiri Tesla dan SpaceX itu berbalik arah dari akar Partai Demokratnya, dan mulai merangkul kebijakan-kebijakan Trump saat sang Republikan itu menjabat presiden AS di masa kedua.
Kekecewaan terhadap regulasi era Barack Obama yang dianggap menghambat usahanya, membuat Musk mendukung agenda Trump yang menitikberatkan pada pemotongan pajak dan deregulasi.
Kemesraan mereka tumbuh dari saling respek yang menguat menjadi aliansi politik yang kokoh, di mana tahun lalu Musk memberikan dukungan besar untuk kampanye Trump dengan nilai hampir 300 juta dolar AS.
Ketika Trump kembali berkuasa di Gedung Putih pada Januari, pria terkaya di dunia itu mengambil peran sebagai penasihat dalam pemerintahan AS, memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan yang kontroversial (DOGE).
Ditugaskan memangkas pengeluaran publik, peran Musk menimbulkan kontroversi, dan berdampak pada harga saham Tesla dan penjualan mobilnya. Namun setelah berbulan-bulan mendapat tekanan dari para investor, bulan lalu Musk memutuskan untuk mengurangi keterlibatannya dalam pemerintahan Trump. Masa bulan madu mereka mulai berakhir.
Apa yang memicu perseteruan publik antara Trump dan Musk?
Pekan lalu, dengan mengenakan kaos bertuliskan "The Dogefather," Musk mendapat salam perpisahan dari sang presiden di Ruang Oval.
Trump tak mampu menahan kegusarannya atas kritik Musk sebelumnya terhadap rancangan undang-undang pajak dan pengeluaran besar-besaran pemerintahan, yang disebut oleh pendiri Tesla itu sebagai kebijakan yang tidak bertanggung jawab secara fiskal dan "penghinaan yang menjijikkan."
Setelah Musk menuding Trump memiliki hubungan dengan pelaku kejahatan seksual pedofilia Jeffrey Epstein, konferensi pers itu berujung dengan ancaman Trump mencabut kontrak pemerintah kepada Musk, yang berpotensi merugikan kerajaan bisnisnya hingga miliaran dolar AS.
Dalam beberapa jam berikutnya, perseteruan itu berlanjut ke media sosial. Keduanya mengulang pernyataan yang sama seperti di Gedung Putih, hingga sang pemilik SpaceX mengumumkan pembatalan segera proyek pesawat antariksa Dragon, sebelum akhirnya ketegangan berangsur-angsur mereda.
Bagaimana reaksi pasar terhadap perseteruan Trump-Musk?
Saham Tesla melorot sekitar 150 miliar dolar AS dalam nilai pasar pada hari Kamis (05/06) — penurunan terbesar dalam satu hari sepanjang sejarahnya. Bursa saham ditutup dengan penurunan nilai saham Tesla lebih dari 14 persen.
Namun, media outlet Politico melaporkan pada hari Jumat (06/06) bahwa kedua pria itu dijadwalkan berbicara hari itu juga, dengan harapan meredakan ketegangan. Alhasil, saham Tesla berbalik naik tajam. Saham Tesla naik lima persen dalam perdagangan sebelum pasar saham dibuka.
Meski demikian, seorang pejabat Gedung Putih menyatakan Jumat (06/06) bahwa Trump tidak berencana menghubungi Musk, dan bahkan menambahkan, ia mungkin akan melepas saham Tesla yang dibelinya pada bulan Maret sebagai bentuk dukungan menentang Musk di tengah protes anti-Tesla.
Saham Tesla telah mengalami gejolak besar tahun ini, setelah tampil kuat saat pemilihan AS. Setelah mencapai puncaknya di angka 428 dolar AS pada bulan Januari, saham produsen kendaraan listrik itu jatuh hampir separuhnya pada bulan Maret ketika investor merespons negatif keterlibatan Musk dalam pemerintahan Trump.
Saham Tesla kemudian bangkit lagi, saat Trump menunda pemberlakuan tarif terhadap dunia luar dan setelah regulator AS melonggarkan aturan kendaraan swakemudi.
Apa yang dipertaruhkan untuk kerajaan bisnis Musk?
Perseteruan terbuka ini, bersama dengan rencana anggaran Trump, membuat nasib perusahaan-perusahaan Musk menjadi tanda tanya besar.
Tesla, perusahaan paling menguntungkan Musk, bisa terdampak berat oleh rencana Trump yang akan memangkas subsidi kendaraan listrik baru senilai hingga 7.500 dolar AS bagi pembeli. Meski Musk mengkritik dengan keras dan Tesla melakukan lobi, Trump berencana menghapus kredit ini pada akhir tahun, tujuh tahun lebih cepat dari jadwal semula.
Badan berita Bloomberg mengutip analis JP Morgan yang mengatakan bahwa pemotongan ini akan mengurangi laba tahunan Tesla sebesar 1,2 miliar dolar AS. Pemangkasan kredit di tingkat negara bagian, bisa lebih jauh menekan laba produsen kendaraan listrik itu dalam tahun keuangan ini.
Namun, kebijakan ini mungkin mendorong pembeli kendaraan listrik untuk mempercepat rencana pembelian mereka, dan memacu naiknya permintaan kendaraan Tesla dalam jangka pendek.
Tesla sudah terdampak oleh tarif Trump, karena perusahaan ini bergantung pada suku cadang asal China untuk robot taksi Cybercab dan truk listrik Semi. Namun, belum jelas apakah Trump bisa secara sepihak menepati ancamannya, mencabut kontrak pemerintah dengan perusahaan Musk seperti SpaceX.
Sejak tahun 2000, SpaceX telah menerima lebih dari 22 miliar dolar AS dalam bentuk kontrak dari Departemen Pertahanan AS dan NASA. Jika Trump menghentikan kontrak-kontrak itu, dampaknya akan sangat besar bagi SpaceX, dan sekaligus juga dapat mengganggu ambisi luar angkasa pemerintah AS.
Crew Dragon milik SpaceX saat ini adalah satu-satunya pesawat luar angkasa AS yang bersertifikat mengangkut awak ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Penghentian kontrak Pentagon yang melibatkan layanan internet satelit Starlink milik Musk juga akan menjadi kerugian besar bagi kedua pihak, Musk maupun pemerintah AS.
Starlink menyediakan layanan broadband di wilayah pedesaan. Terminal-terminalnya juga digunakan di pangkalan militer AS, kapal, pesawat, dan kendaraan lapis baja. Layanan internet satelit ini sering dimanfaatkan untuk merespons bencana.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Agus Setiawan
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini