Jakarta -
Idul Adha 2025 (10 Dzulhijjah 1446 H) jatuh pada tanggal 6 Juni, bertepatan dengan Lebaran Haji. Pada momentum ini, umat Islam akan melaksanakan ibadah kurban.
Berikut contoh teks khutbah Idul Adha 2025.
Contoh Teks Khutbah Idul Adha 2025
Dilansir situs Kemenag dan NU Online, ini contoh khutbah Idul Adha 2025 yang bisa dijadikan referensi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ : لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dilimpahkan, termasuk nikmat umur panjang dan kesehatan. Berkat karunia-Nya, pada hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan salah satu kewajiban utama sebagai Muslim, yakni shalat Jumat secara berjamaah.
Selain itu, nikmat panjang umur juga kita rasakan ketika saat ini kita tengah bersiap memasuki bulan Dzulhijjah-bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, di mana kita akan bertemu dengan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban. Nikmat-nikmat ini sudah sepantasnya kita syukuri dengan sepenuh hati. Lebih dari itu, datangnya bulan Dzulhijjah harus menjadi momentum untuk memperkuat komitmen kita dalam meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. Sebab, dalam bulan ini terdapat dua ibadah utama yang sangat mulia dan identik dengan Idul Adha, yaitu menyembelih hewan kurban dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Kedua ibadah ini merupakan wujud konkret dari rasa syukur dan penghambaan kita kepada Allah.
Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah
Ibadah kurban dan haji tidak bisa dipisahkan dari Hari Raya Idul Adha. Keduanya bukan hanya membutuhkan niat atau kemauan, tetapi juga perjuangan. Mengapa? karena kita semua tahu bahwa saat ingin melaksanakan ibadah haji dan kurban, kita harus mengeluarkan harta kita untuk melaksanakannya.
Diperlukan dana yang tidak sedikit untuk melakukan ibadah haji. Hal ini disebabkan oleh jauhnya jarak antara negeri kita dan Kota Suci Makkah. Puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah harus dipersiapkan untuk dapat berhaji ke Tanah Suci. Selain itu, kita juga perlu menyiapkan dana untuk keluarga atau orang-orang yang kita tinggalkan selama menjalankan rukun Islam yang kelima ini.
Tentunya, hal ini bukanlah perkara mudah bagi setiap kita, karena tidak semua diberikan kemampuan finansial. Oleh karena itu, ibadah haji memang hanya diwajibkan bagi mereka yang mampu atau istitha'ah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 97:
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ ٩٧
Artinya: "Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam."
Selain ibadah haji, kita juga disyariatkan untuk mengorbankan sebagian harta yang kita miliki dengan menyembelih hewan qurban. Ibadah ini juga membutuhkan keikhlasan dan keimanan, karena kita harus rela mengeluarkan harta kita untuk membeli hewan kurban yang dagingnya akan dibagikan kepada orang lain.
Bukan hewan sembarangan yang bisa menjadi hewan kurban. Kita dianjurkan untuk memilih hewan kurban yang terbaik dan telah memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Jika tidak sesuai persyaratan, maka kurban kita bisa jadi tidak sah. Rasulullah SAW bersabda:
أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ الْعَوْرَاءُ بَيِّنٌ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ بَيِّنٌ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ بَيِّنٌ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرُ الَّتِي لَا تَنْقَى
Artinya: "Ada empat macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban, pertama yang matanya jelas-jelas buta, kedua yang fisiknya jelas-jelas dalam keadaan sakit, ketiga yang kakinya jelas-jelas pincang, dan keempat yang badannya kurus lagi tak berlemak." (HR At- Tirmidzi dan Abu Dawud).
Dengan syarat-syarat ini, maka jelas bisa dipahami bahwa kita harus merogoh kantong saku lebih dalam untuk menyiapkan uang dan benar-benar menguatkan tekad dan keimanan untuk membeli hewan kurban ini.
Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah
Kedua ibadah yang hadir pada momentum Hari Raya Idul Adha ini benar-benar menguji keimanan dan menunjukkan seberapa besar rasa syukur kita atas nikmat yang telah Allah berikan. Pengorbanan harta dan materi dalam ibadah haji dan kurban sejatinya adalah wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah, yang harus kita gunakan sebaik-baiknya, salah satunya untuk beribadah kepada-Nya.
Karena itu, Idul Adha merupakan momen yang sangat tepat untuk memperkuat keimanan dan mewujudkan rasa syukur kita kepada Allah swt. Ibadah kurban dan haji dengan biaya yang tidak sedikit ini harus memberikan kesadaran pada kita bahwa harta yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah, yang wajib kita syukuri dan manfaatkan di jalan yang diridhai-Nya.
Insya Allah, dengan rasa syukur ini, nikmat yang kita miliki akan terus ditambah sebagaimana janji Allah dalam surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."
Ma'asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Hubungan antara ibadah kurban dengan rasa syukur atas nikmat Allah swt juga termaktub dalam surat Al-Kautsar:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ . اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Artinya: "(1) Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. (2) Maka, laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! (3) Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
Dalam kitab Tafsir Al-Misbah jilid XV dijelaskan, surat ini berisi perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk melaksanakan shalat dan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Perintah ini adalah untuk beribadah dalam pengertian yang lebih luas, yakni menunjukkan rasa syukur dan ketaatan melalui berbagai bentuk ibadah.
Karena itu pada momentum kali ini, mari kita wujudkan rasa syukur dengan menguatkan komitmen untuk bisa beribadah kurban dan juga haji. Insyaallah kita termasuk golongan orang-orang yang beriman dan pandai bersyukur. Amin.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ، وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ
أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
Contoh lain ada di halaman berikutnya.
2. Meneladani Ibrahim: Pengorbanan untuk Kebaikan Alam dan Kehidupan الله أَكْبَرُ ٣ . اللَّهُ أَكْبَرُ . أَكْبَرُ اللَّهُ ۳ . اللهُ أَكْبَرُ، كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزُّ جُلْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لا إله إلا الله، ولا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ، وَلَوْ كَرِهُ الْكَافِرُونَ، وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُونَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الحَمْدُ للهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَيَعْفُوهِ تُغْفَرُ الذُّنُوبُ وَالسَّيِّئَاتُ وَبِكَرَمِهِ تُقْبَلُ الْعَطَايَا وَالقُرُبَاتُ، وَبِلُطْفِهِ تُسْتَرُ العُيُوبُ وَالزَّلَّاتُ الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَمَاتَ وَأَحْيَاء وَمَلَعَ وَأعْطَى وَأَرْشَدَ وَهُدًى وَأَضْحَكَ وَأَنَّكَى وَقُلِ الْحَمْدُ للهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذُ وَلَدًا، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكَ فِي الْمُلْكِ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيُّ مِنَ الذُّلِ، وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا. فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بتقوى الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. وَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وَاعْلَمُوا أَنْ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيلٌ، وَعِيدٌ شَرِيفٌ جَلِيلٌ . قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكريم: إنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنْ شَابِلَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ Jemaah salat Iduladha rahimakumullah, Selanjutnya mari kita berupaya meningkatkan takwa kepada Allah SWT, dalam arti mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Sesungguhnya takwa itu pesan Allah kepada seluruh umat manusia sepanjang zaman dari waktu ke waktu, umat berganti umat, kurun berganti kurun sejak manusia diciptakan. Allah SWT, termasuk saat ia bersedia menyembelih putranya, Ismail, sebagai pengorbanan. Kisah ini yang diabadikan dalam Al-Quran, menunjukkan ketundukan kepada kehendak Allah dan keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik. Pengorbanan ini bukan hanya simbolik, tetapi juga memiliki dampak positif bagi alam لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَلَكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin." Dari kisah ini, umat Islam diajarkan bahwa kurban bukan hanya sekedar penyembelihan hewan, tetapi lebih dari itu merupakan simbol pengorbanan diri, hawa nafsu, dan ego menggapai rida Allah SWT. Keikhlasan Nabi Ibrahim a.s. menjadi cerminan bagaimana seorang hamba seharusnya menundukkan kehendaknya kepada kehendak Sang Khalik. Pengorbanan seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah simbol upaya seorang hamba untuk menjadikan dirinya lebih dekat dengan Allah. Dalam konteks ibadah kurban, Nabi SAW memberikan ilustrasi bagaimana proses kedekatan hamba dengan Allah melalui sabda yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan At-Tirmidzi: مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَخْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَفْعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَفْعَ مِنَ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِمَا نَفْسًا. "Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Iduladha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya." Dalam konteks kehidupan modern, semangat Iduladha mengajarkan umat Islam untuk menumbuhkan nilai solidaritas, empati, dan kepedulian sosial terhadap sesama, terutama kepada kaum duafa. Pengorbanan yang dilakukan bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk waktu, tenaga, dan perhatian yang tulus. Jemaah salat Iduladha rahimakumullah, Prinsip pertama, ketaatan kepada Allah Swt, dengan cara menegakkan kebenaran, seperti Nabi Ibrahim yang menolak penyembahan berhala dan menyebarkan kebenaran tentang tauhid, kita juga harus berani menegakkan kebenaran dan menjauhi kemungkaran. Nabi Ibrahim a.s. berkata dalam Q.S. Al-An'am/6 :79: إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ "Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik." Menjalankan perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim a.s. selalu taat dan patuh pada perintah Allah, termasuk saat diperintah mengungsikan istri dan anaknya ke tempat tandus, atau saat akan menyembelih Nabi Ismail a.s. Kita juga harus berusaha menjalankan perintah Allah dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Berdo'a dan berserah kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai hamba yang selalu berdo'a dan berserah kepada Allah dalam segala urusan. Kita juga harus selalu berdo'a dan berserah kepada Allah dalam menghadapi cobaan dan kesulitan karena Allah adalah pemilik alam semesta dan segala yang ada di dalamnya. Prinsip kedua, keikhlasan dalam berdakwah. Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai seorang yang berdakwah dengan lemah lembut dan bijaksana. Nabi Ibrahim a.s. selalu berdakwah dengan penuh semangat dan tidak pernah menyerah, meskipun menghadapi banyak tantangan, bahkan dengan gagah berani mendakwahkan kepada sang penguasa, yaitu Raja Namrudz. AlQur'an mengabadikan momen ini dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 258, ketika Nabi Ibrahim berkata: ... رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِ وَيُمِيتُ . ... "... Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan..." Prinsip ketiga, kesabaran dalam menghadapi cobaan. Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai hamba yang sabar dalam menghadapi cobaan, hingga digelari sebagai Ulul Azmi. Karena cobaan adalah bagian dari kehidupan dan ujian dari Allah SWT. Memohon pertolongan Allah dalam menghadapi cobaan, karena Allah adalah satu-satunya yang dapat memberikan فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَابَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصُّبِرِينَ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ وَنُدَيْنُهُ أَن يَإِبْرَهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ إِنَّ هُذَا هُوَ الْبَلْوْا الْمُبِينُ وَفَدَيْتُهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ "Maka ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya. Ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah). Kami memanggil dia, "Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Sesuungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orangorang yang datang kemudian, "Salam sejahtera atas Ibrahim." Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." (Q.S. Ash-Shaffât/37: 102-110). Jemaah salat Iduladha rahimakumullah, بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلْ مِني وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ . أَقُولُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ Khotbah Kedua اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بكْرَةً وَأَصِيلًا لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طيبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الأَوَّلِينَ وَالْآخِرِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَالطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَسَلَّمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا، أَمَّا بَعْدُ ، عِبَادَ اللَّهِ، أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، ولا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَلَلَى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بقدسِه، فقال تَعَالَى فِي كِتَابِهِ العَظِيم: إِنَّ اللهَ وَمَلا يُكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابه أجمعين, والتابعين وتابع التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلى يَوْمِ الدِّينِ, وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاء مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيع قريب مجيب الدعوات. اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشنا، وأصْلِحْ لَنَا آجرلنا التي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا من كل شر. اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف وَالْعَلَى رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النار، عباد الله، إن الله يأمرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ بَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تذكرُونَ، فَاذْكُرُوا الله العظيم يذكركم واشكروه على نِعَمِهِ يَرْدُّكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ Simak Video "Video Pemerintah Tetapkan Idul Adha Jatuh pada 6 Juni 2025"
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Alhamdulillah, di pagi yang berbahagia ini, kita semua berkesempatan berada di suatu hari yang istimewa di antara sekian banyak hari. Hari yang patut untuk diperingati dan bukan sekedar dirayakan. Karena tidak semua manusia mampu mengambil hikmah manis-getirnya kehidupan sejarah umat-umat terdahulu. Adapun yang mampu mengambil pelajaran hanyalah orang-orang sabar lagi syukur. Sedang di jauh sana, saudara-saudara kita yang datang dari belahan bumi melaksanakan rangkaian amaliah ibadah haji, baik rukun-rukun haji maupun amaliah haji yang diwajibkan dan yang disunahkan.
dan kehidupan manusia, khususnya dalam hal ibadah kurban dan pengajaran tentang nilai-nilai kebaikan. Sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Hajj/22: 37:
Meneladani Nabi Ibrahim a.s. dalam pengorbanan beliau untuk kebaikan alam dan kehidupan berarti menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi ciri khas beliau, prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Allah SWT, keluarga, maupun masyarakat.
pertolongan dan kesabaran, selalu berusaha dan berdo'a dalam setiap urusan, karena usaha, do'a adalah kunci kesuksesan dan keberkahan dalam hidup. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Ash-Shaffat/37: 102-107:
Dengan meneladani Nabi Ibrahim a.s. umat Islam diharapkan mampu mengaplikasikan nilai keikhlasan dan pengorbanan dalam setiap aspek kehidupan, baik secara personal maupun sosial. Iduladha menjadi momentum untuk memperbaiki diri, mempertebal keimanan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengorbanan demi kebaikan bersama.
[Gambas:Video 20detik]