Jakarta, CNN Indonesia --
Menyusul aksi pencurian perhiasan yang menggemparkan di Museum Louvre, Paris, pada akhir pekan lalu, Museum Vatikan kini meningkatkan kewaspadaan keamanan mereka.
Direktur Museum Vatikan, Barbara Jatta, mengakui bahwa insiden nekat serupa bisa terjadi di institusi manapun, termasuk di Vatikan.
"Perampokan nekat seperti dalam film Ocean's Eleven atau Ocean's Twelve memang bisa terjadi di mana saja. Tapi kami berharap, dengan sistem keamanan yang kami miliki, risiko itu bisa diminimalisir," kata Jatta, seperti dilansir Punch, Selasa (21/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Museum Vatikan, yang menjadi rumah bagi mahakarya seperti karya Leonardo da Vinci, Caravaggio, dan Giotto, diketahui telah dilengkapi dengan sistem keamanan berlapis.
Jatta memastikan bahwa seluruh area, termasuk ruang penyimpanan dan kantor administratif, dipasang jaringan sensor dan sistem pengawasan video yang canggih.
Meskipun telah memiliki sistem berlapis, Jatta tidak menampik adanya potensi ancaman dari pihak yang terdorong untuk meniru aksi kriminal terbaru di Museum Louvre.
"Kadang ada dorongan untuk meniru aksi kriminal seperti itu. Karena itu setelah insiden di Louvre, kami minta tim keamanan untuk lebih waspada," ucapnya.
Cukup populer sebagai destinasi wisata, Museum Vatikan diprediksi akan dikunjungi sekitar tujuh juta wisatawan sepanjang tahun ini.
Untuk mengamankan kompleks yang mencakup hampir 30 unit berbeda, mulai dari galeri seni, koleksi sejarah, hingga Kapel Sistina yang ikonik, dikerahkan sekitar 400 petugas keamanan.
Insiden di Louvre, di mana empat perampok bertopeng berhasil membobol jendela pada Minggu pagi dan membawa kabur delapan perhiasan mahkota Prancis dalam waktu singkat sebelum melarikan diri dengan motor, telah memicu perdebatan luas mengenai efektivitas keamanan museum-museum besar dunia.
Sebagai respons, Vatikan menjadi salah satu institusi yang langsung meningkatkan kesiagaan untuk mencegah insiden serupa terulang.
(wiw)