CNN Indonesia
Minggu, 02 Nov 2025 10:40 WIB
Pasukan paramiliter RSF Sudan yang diduga bantai ribuan warga sipil. Foto: AFP/-
Jakarta, CNN Indonesia --
Pasukan Dukungan Cepat atau Rapid Support Forces (RSF) menjadi sorotan setelah menduduki kota di negara bagian Darfur, El Fasher, Sudan hingga diduga menyebabkan sekitar 2.000 warga sipil tewas pekan lalu.
Dalam video yang beredar di media sosial, anggota RSF diduga menyiksa dan mengeksekusi warga. Di masa lalu, personel paramiliter ini bahkan disebut kerap merekam kekejaman yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksekusi itu terjadi saat perang sipil berkobar di Sudan. RSF dan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) saling tempur untuk berebut kekuasaan.
Siapakah RSF?
Kelompok paramiliter ini awalnya dibentuk sebagai "Janjaweed", yakni kelompok bersenjata suku nomaden yang mendukung Presiden Omar Al Bashir.
Kemudian pada 2013, Bashir meresmikan Janjaweed menjadi paramiliter Rapid Support Force dengan anggota saat itu 100.000 orang. Empat tahun berselang, Sudan mengeluarkan undang-undang yang memberi kelompok itu banyak wewenang sebagai pasukan keamanan independen.
Lalu pada 2019, Sudan dilanda pemberontakan. RSF malah memanfaatkan kesempatan dan terlibat menggulingkan pemerintahan Al Bashir. Dua tahun setelah itu, mereka bersekutu dengan SAD untuk melengserkan Perdana Menteri sipil Abdalla Hamdok.
Namun, keduanya mulai tegang. RSF menuntut untuk terintegrasi dengan angkatan bersenjata nasional.
Tuntutan tersebut tak kunjung terlaksana. Mereka juga ribut siapa yang berhak memimpin negara. Kemudian pada 2023, perang sipil di Sudan pecah.
Pemimpin RSF Mohammed Hamdan Hemedeti Dagolo mengatakan kelompok ini ingin memimpin Sudan, menyusul tindakan mereka mengepung wilayah-wilayah.
"Demi menciptakan perdamaian sejati," kata Hemedeti, dikutip Al Jazeera.
RSF juga terus merebut wilayah-wilayah strategis di Sudan. Selama itu pula, mereka kerap melakukan kekerasan hingga pembunuhan.
Dalam dua hari terakhir, lebih dari 26.000 orang mengungsi, sebagian besar jalan kaki menuju Tawila. Sementara itu, sekitar 177.000 warga masih terjebak di Kota El Fasher.
(isa/dna)

14 hours ago
3



























